Al-Azhar Mesir mengenang peristiwa pembakaran Masjidil Aqsa Palestina pada 21 Agustus 1969 silam oleh seorang turis Australia bernama Michael Dennis Rohan.
Dalam mengenang 51 tahun kebakaran kiblat pertama umat Islam itu, Al-Azhar menegaskan bahwa peristiwa tersebut merupakan insiden terorisme terparah yang menarget tempat-tempat ibadah.
Peristiwa ini akan menjadi memori menyakitkan dalam ingatan seluruh kaum muslim sekaligus saksi nyata perjuangan rakyat Palestina. “Al-Azhar selalu mendukung bangsa dan rakyat Palestina dalam ikhtiar mendirikan negara merdeka dengan menjadikan Al-Quds sebagai ibukotanya.” Bunyi pernyataan resmi Al-Azhar seperti dikutip Youm7.com pada Jumat (21/8).
Rohan ketika itu berumur 28 tahun. Seorang turis yang berniat pakansi. Namun, tak disangka malah berniat buruk membakar Masjid Al-Aqsha. Tak hanya itu, Mimbar Salahuddin dan beberapa ornamen langka di dinding masjid juga hangus terbakar. Dan protes dari negara Arab dan umat Islam membahana di mana-mana.
Carlo Androvaldi, seorang pengamat politik Timur Tengah di Universitas Dublin, dalam podcast bersama ABC Australia mengatakan dampak politik peristiwa Rohan masih terus terasa hingga kini. Bahkan menurut Androvaldi peristiwa itu menjadi dasawarsa terburuk hubungan negara-negara Timur Tengah dengan Israel.
Dalam pengadilan di Israel, Michael Dennis Rohan divonis mengidap penyakit kejiwaan dan tidak berhak untuk diadili. Rohan tinggal di Israel hingga 1974 dan kembali ke Australia karena tekanan keluarga dan masalah kejiwaan yang dialaminya. Rohan meninggal pada Oktober 1994.
Diberitakan Mobtada Jumat (21/8), Observatorium Al-Azhar untuk Memerangi Ekstremisme menegaskan bahwa peringatan peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa 51 tahun silam menyuarakan lonceng bahaya tentang upaya jahat kelompok Zionis yang bertujuan menghancurkan Masjid Al-Aqsa dan melenyapkan jejak-jejak peninggalan sejarah Islam di Al-Quds.
Observatorium Al-Azhar mencatat bahwa pembakaran Masijidil Aqsha setengah abad lalu itu bukan satu-satunya serangan yang menimpa tempat suci itu. Sejak awal pendudukan Israel di Al-Quds dan hingga hari ini, Yahudi Zionis telah menutup mata atau memfasilitasi berdirinya pemukiman Yahudi dengan mula-mula membakar puluhan masjid di berbagai wilayah di Palestina.
Yang terakhir adalah pembakaran dua masjid pada tahun ini. Masjid Al-Badriya di Beit Safafa yang terletak di selatan Al-Quds pada Januari dan masjid Al-Barr Wal Ihsan di Tepi Barat pada Juli lalu. Di samping itu, tembok-tembok masjid ditulisi oleh kalimat-kalimat rasis dan provokatif berisi hasutan dan ujaran kebencian terhadap Arab dan Muslim.
“Tidak ada tempat ibadah umat Islam yang aman di wilayah Palestina yang masih dijajah Israel,” ungkap lembaga think-tank Observatorium Al-Azhar itu.