Kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke Lebanon pada Kamis (6/8) memantik kontroversi di jagat media sosial Arab. Kepada massa yang marah di Beirut, Macron berjanji bahwa bantuan untuk membangun kembali kota itu tidak akan diserahkan ke tangan-tangan yang korup.
Sebagian melihat kunjungan ini membawa pesan dukungan untuk Lebanon setelah ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8), sementara sebagian lainnya percaya bahwa ada motif tertentu di balik kunjungannya.
Dalam kunjungannya itu, Presiden Macron bertemu dengan para pemimpin politik Lebaonon, sebagaimana dilaporkan Middle East Monitor Sabtu (8/8). Dia juga mengunjungi jalan Gemmayzeh, area yang dianggap paling parah terimbas ledakan itu.
Macron berbicara dengan warga dan meyakinkan mereka bahwa Prancis akan memberikan bantuan kepada masyarakat bukan kepada politisi. Dia antara lain mengatakan, “Tanpa reformasi, Lebanon akan terus menderita.”
Baca juga:
Wartawan Palestina yang tinggal di Iran Abdelkader Fayez mengatakan dalam tweetnya bahwa Macron mengesampingkan krisis internal di negaranya sendiri dan kegagalan di kancah internasional. Dia berbicara tentang perubahan rezim Lebanon dan kontrak politik baru.
“Perancis seperti sedang mengambil keuntungan di tengah bencana Beirut, untuk memposisikan dirinya kembali di wilayah yang peran dan pengaruhnya telah menurun drastis.” tambah dia.
Sejarawan Palestina yang tinggal di Inggris Bashir Nafie menulis, “Perancis sudah lama tidak menyaksikan seorang presiden yang tidak mampu mengekang ambisi imperialisnya seperti Emmanuel Macron.”
“Pria itu tanpa malu-malu berperilaku seolah-olah Lebanon masih menjadi koloni Prancis,” tambah Nafie.
Aktivis dari Yaman, Yamani Bin Islam As-Salmi bahkan sampai menulis, “Kita hidup di abad ke-21, dan dunia telah menjadi sebuah desa. Era kolonialisme telah lama berlalu, kecuali dalam mentalitas Presiden Perancis Macron.”
Beberapa pengguna Twitter juga mengkritik Presiden Perancis yang menolak berjabat tangan dengan Presiden Lebanon Michel Aoun, saat dia berbaur dengan warga di jalanan dan justru memeluk seorang wanita yang membersihkan jalanan.
Perancis menjajah Lebanon dalam kurun tahun 1920-1943 pasca Perang Dunia I, berdasar pada pembagian wilayah dalam Perjanjian Sykes-Picot atas bekas wilayah-wilayah kekuasaan Turki Utsmani (Ottoman).