Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Mengenal Ritual Haji Agama-agama Selain Islam

Avatar photo
15
×

Mengenal Ritual Haji Agama-agama Selain Islam

Share this article

Ribuan umat Islam baru saja selesai melaksanakan ritual ibadah haji di tanah suci, terhitung sejak tanggal delapan Dzulhijjah, dua hari sebelum Idul Adha.

Sebagai salah satu hari besar suci kaum muslimin, Idul Adha memiliki kaitan erat dengan kewajiban ibadah haji.

Bila terdengar kata haji atau pilgrimage, pikiran akan langsung membayangkan sebuah perjalanan tahunan umat Islam menuju Makkah dan momen pertemuan terbesar kaum muslimin setiap tahun.

Namun seperti dikutip dari Youm7 Minggu (2/8), ada sejumlah agama dan sekte keagamaan yang melakukan ritual mendatangi tempat-tempat suci menurut kepercayaan mereka. Ada juga beberapa sekte yang tidak mewajibkan ibadah haji, bahkan ada yang pemeluknya tidak menunaikan haji sama sekali.

Druze

Para anggota kaum Druze tidak menunaikan ibadah haji ke Mekah setelah mengetahui ada sejumlah manuskrip tua yang menunjukkan sejumlah tokoh Druze pada masa Abdullah At-Tanukhi, berangkat untuk menunaikan manasik haji dan mencukupkan pelaksanaan kewajiban agama mereka yang berkaitan dengan Idul Adha dengan mendatangi khalwat, sebuah tempat yang mereka anggap sebagai masjid.

Sebelum hari raya Idul Adha, terlebih dahulu mereka melakukan puasa yang sifatnya opsional, mujahadah dan menghidupkan malam wukup sebagai pengganti shalat Shubuh di masjid yang biasanya dilakukan kalangan Sunni dan Syiah.

Kaum Druze menghentikan keberangkatan haji pada tahun 1713 ketika rombongan haji mereka mendapat ancaman pembunuhan massal dalam perjalanan. Dari situ, kaum Druze beranggapan bahwa mereka tergolong orang yang tidak menemukan jalan untuk mampu menunaikan ibadah haji.

Perayaan Idul Adha di kalangan penganut Druze terbatas pada persiapan Id siang hari, mulai dari membeli pakaian baru, menghiasi rumah dan menghidangkan aneka kue.

Para tokoh agama mereka biasanya menunaikan puasa selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Puasa mereka berlanjut sampai malam kesembilan Dzulhijjah. Selama periode puasa ini, mereka hidup hemat dan memperbanyak berdoa dan ibadah, mengajak orang untuk bertoleransi dan saling mengasihi antar sesama kerabat dan tetangga, serta bersedekah.

Budha

Ibadah haji bukan kewajiban atau ritual agama yang dianggap penting bagi penganut agama Buddha. Kitab suci mereka tidak menyebutkan kewajiban untuk melakukan perjalanan ke tempat suci seperti perjalanan haji yang terdapat dalam Islam.

Namun umat Buddha mulai melakukan ritual perjalanan kelompok dan kunjungan ke tempat-tempat suci selang lama bertahun-tahun setelah kematian Budha, ke tempat-tempat yang disucikan mereka.

Tempat-tempat suci yang menjadi destinasi haji merek antara lain Lumbini di Nepal yang merupakan tempat kelahiran Buddha, Bodh Gaya yang menjadi tempat Budha menerima wahyu di bawah pohon Tin, Sarnath tempat ia pertama kali mengajar dan Cucinara sebagai kuburannya. Ketiganya berada di India.

Kristen

Meskipun jutaan orang Kristen di seluruh dunia melakukan perjalanan haji, namun bagi mereka tidak dianggap sebagai kewajiban agama.

Tidak ada teks dalam kitab suci mereka yang menganjurkan untuk melakukan kunjungan ke tempat-tempat suci mereka.

Ritual haji dalam kepercayaan Kristen, tidak ada kaitannya dengan keselamatan spiritual pemeluknya. Bahkan tidak ada ritual khusus haji dalam agama ini.

Meskipun demikian, umat Kristen dari berbagai belahan dunia sudah terbiasa menunaikan haji dengan mengunjungi Yerusalem di tengah-tengah puasa 40 hari. Perjalanan haji berakhir dengan melihat cahaya suci yang terpancar dari kuburan Yesus.

Dalam literatur-literatur Kristen, tidak ada ritual haji khusus karena awal-awal kemunculan agama ini lebih berfokus pada “keberadaan” Yesus daripada inkarnasi fisiknya.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.