Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Menelusuri Arsitektur Turki Utsmani lewat Masjid yang Diubah Jadi Gereja

Avatar photo
41
×

Menelusuri Arsitektur Turki Utsmani lewat Masjid yang Diubah Jadi Gereja

Share this article

Seorang arsitek menelusuri jejak-jejak arsitektur Turki Usmani di 18 negara yang dahulu menjadi bagian dari imperium besar Islam itu. Sekitar 329 bangunan bersejarah termasuk masjid telah diubah menjadi gereja dan menara lonceng.

Mehmet Emin Yilmaz, seorang arsitek kebangsaan Turki telah meneliti masalah ini selama 10 tahun. Mehmet mengidentifikasi tempat ibadah Islam itu telah berubah total menjadi bangunan tinggi berlonceng.

Yilmaz memulai penelitian dari negara-negara Balkan seperti Hungaria, Bulgaria dan Yunani. “Karena di sana, sebagian besar masjid telah diubah menjadi gereja,” kata Yilmaz kepada Anadolu (17/7).

Baca juga: Hari Ini, 1050 Tahun Lalu Masjid Al-Azhar Dibangun

Dilansir dari Daily Sabah, Yilmaz juga telah mengidentifikasi 329 bangunan peninggalan Turki Usmani seperti masjid dan tempat ibadah Islam lainya di 18 negara. Seperti Aljazair, Ukraina, Krimea, Georgia, Armenia, Bosnia, Kepulauan Siprus, Kroasia, Kosoveo, Makedonia, Moldova, Romania, Serbia dan Turki.

Di Bulgaria, sebanyak 117 Masjid, 7 situs Islam lain, satu madrasah dan 3 menara jam diubah menjadi gereja dan menara lonceng.

Sebanyak 8 masjid dan sebuah menara ditemukan di Kroasia, 6 masjid di Krimea dan sebuah masjid di Kosovo elah diubah menjadi gereja. Di Ukraina, 2 masjid disatukan menjadi gereja dan satu menara  dialihfungsikan menjadi menara lonceng.

Di Makedonia, 3 masjid, 2 mushala dan 2 menara dijadikan tempat ibadah Kristen. Lalu 15 masjidi di Serbia dan satu masjid masing-masing di Georgia dan Azerbaijan, telah digerejakan ketika diinvasi Rusia. Di Bosnia, 3 masjid menjadi gereja saat invasi Australia.

Di Aljazair, 3 masjid menjadi gereja ketika negeri itu diinvasi Perancis. Kemudian 2 masjid di Armenia, sebuah bangunan air mancur di Kepulauan Siprus, 4 masjid di Moldova dan 5 masjid di Rumania, sudah dialihfungsikan menjadi gereja.

Yilmaz menemukan bahwa Hungaria menjadi satu-satunya negara di Eropa yang tidak mengubah bangunan Turki Usmani menjadi gereja. Sebanyak 23 masjid, 5 mushala, sebuah kolam dan madrasah baru digerejakan saat diinvasi Australia.

Paling Banyak Terjadi di Yunani

Yunani menjadi negara yang paling banyak memiliki bangunan arsitektur Turki Utsmani yang sampai sekarang “masih digunakan”. Negeri kelahiran filsafat itu telah mengubah 76 masjid, 19 situs keagamaan dan sebuah menara menjadi gereja. Sebanyak 5 menara juga diubah menjadi menara lonceng. Hampir seluruh arsitektur Turki Utsmani di sana telah dikristenkan.

Menurut Yilmaz, di samping alasan regional, pengubahan bangunan berarsitek Turki Utsmani ini juga dilatarbelakangi motif politik. Bangunan megah terutama menara yang berada di tengah perkotaan menjadi target penghancuran karena dianggap simbol dominasi Turki dan Islam. Bahkan, hanya dalam satu malam di kota Sofia, Bulgaria pada tahun 1878, 7 menara hancur karena bom.

Masjid menjadi bangungan yang paling banyak diubah menjadi gereja. Di sana, Yilmaz menemukan 272 masjid dan 36 situs Islam lainnya berubah menjadi gereja. “Belum lagi menara-menara jam Turki Utsmani yang menjadi menara lonceng,” imbuh dia.

Sebuah menara di Kroasia, tempat penampung air di Kepulauan Siprus, dan sebuah tempat ibadah di Yunani, telah digunakan menjadi tempat ibadah Kristen Ortodok.

Yilmaz juga menemukan satu gereja yang dibangun di tengah-tengah caravansary (tempat peristirahatan dan persinggahan rombongan karavan) di Serbia.

“Bukan hanya masjid yang diubah, tetapi mushala, mihrab, menara, kolam, air mancur, dan bangunan arsitektur lain Turki Usmani juga ikut diubah menjadi gereja,” kata Yilmaz.

Komponen bangunan seperti kubah dan arch (lengkungan di atas pintu) sengaja dirusak dan gaya arsitektur banyak bangunan khas Turki Utsmani telah diganti.

Baca juga: Pandemi di Balik Megahnya Masjid Sultan Hasan

Arah Kiblat Jadi Kunci

Biar bagaimanapun, jika dinding utama bangungan menghadap kea rah kiblat, maka bangunan itu pada mulanya adalah masjid. “Saya bahkan bisa mengidentifikasi keberadaan Masjid Mustafa Pasha di Budapest dengan cara ini,” terang Yilmaz.

Menurut Yilmaz, tidak ada negara yang menghormati karya-karya arsitektur melebihi Turki. Orang-orang Turki tidak pernah menutup peradaban kuno. Itulah mengapa mereka tidak mengintervensi komponen arsitektur dari peradaban agama lain yang telah diubah menjadi masjid. “Contoh terbaik dari hal ini adalah Masjid Hagia Sofia.” Tambah dia.

Pada gereja Hagia Sofia, hanya ditambahkan mihrab, mimbar dan menara. “Ketika kamu melihat Hagia Sofia dari luar, dengan mudah kamu akan tahu kalau itu adalah bekas gereja. Kami mencintai Hagia Sofia sejak 1453 tanpa mengubah komponen-komponennya,” kata Yilmaz.  

Namun nasib seberuntung Hagia Sofia tidak dialami oleh masjid-masjid Turki Utsmani di Eropa. “Komponen-komponennya sudah berubah total.” ujar dia.

Tujuan Mehmet Emin Yilmaz dalam penelitian ini adalah mendaftarkan dan mendokumenkan karya-karya arsitektur Turki Utsmani secara resmi. Yilmaz yang sudah meneliti hampir 20 tahun, sering terlibat dalam proyek restorasi  di Turki dan luar negeri.

Yilmaz juga mendirikan lembaga Turkish Architectural Research Center (TARC). Buku hasil penelitiannya selama 10 tahun (2010-2020) yang berjudul Turkish Works Converted Into Churches akan segera terbit.

Kontributor

  • Ahmad Saifudin

    Pria asal Tuban, Jawa Timur. Alumni Universitas Al-Azhar. Selama di Kairo, aktif di LSBNU PCI NU Mesir. Meminati musik, kopi, seni dan sejarah. Penggila berat Manchester United. Sekarang menjadi editor kreatif video di channel Youtube Sanad Media.