Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Sayyidina Hasan, Husein dan Muawiyah di Mata Syekh Yusri

Avatar photo
45
×

Sayyidina Hasan, Husein dan Muawiyah di Mata Syekh Yusri

Share this article

Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani menyampaikan bahwa para shahabat radhiyallahu ‘anhum adalah orang yang ‘udul (adil). Mereka tidak berdusta sedikit pun dalam meriwayatkan apapun dari Sayyiduna Rasulullah SAW.

Tapi, tidak berarti mereka sama dalam derajat pemahaman, fikih dan keluasan cara pandang. Derajat mereka berbeda satu dengan yang lainnl.

Meskipun begitu, derajat terendah dari sahabat sangat agung dan tidak bisa dijangkau oleh generasi muslim setelah mereka, karena kemuliaan bersama Rasulullah SAW.

Kecintaan kita pada Ahlul Bait berbeda dengan kaum Syiah yang hanya memuliakan Sayyidina Husein dan12 imam. Mereka bahkan tidak peduli dengan Sayyidina Hasan radhiyallahu ‘anhu.

Sayyiduna Hasan radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah selama 6 bulan, menggenapkan 30 tahun khilafah yang dikabarkan Sayyiduna Rasulullah SAW.

Setelah 30 tahun, kekuasaan berubah menjadi sistem kerajaan.

Pada waktu itu, terjadi persiapan perang antara pasukan beliau dengan pasukan Sayyidina Muawiyah radhiyallahu ‘anhuma.

Pasukan Sayyiduna Hasan jauh lebih besar dan kuat daripada pasukan Sayyidina Muawiyah.

Sayyiduna Hasan memilih untuk damai dengan syarat.

Diam meski Dicela

Tentu saja, banyak yang mencela pilihan Sayyiduna Hasan. Bahkan dari mereka yang dekat dengan beliu sendiri, termasuk Sayyiduna Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang terkenal dengan kealimannya.

Itu menunjukkan bahwa sebagian hal boleh jadi tidak diketahui beliau tentang sistem khilafah hanya 30 tahun.

Hal itu juga menunjukkan tingkat tinggi keilmuan Sayyidina Hasan dan jauhnya pandangan beliau dalam menghadapi permasalahan umat.

Sayyiduna Hasan dicela, tapi beliau memilih diam, meskipun beliau punya alasan kuat karena tidak ingin jadi raja pertama setelah sistem khilafah. “Beda denganmu yang kalau beda dan punya alasan, tentu akan bikin pengumuman untuk menyebutkan sebab-sebab kamu memilih berbeda.” ujar Syekh Yusri.

Beliau diam, tidak ingin menyakiti perasaan Sayyidina Muawiyah. Karena kalau mengetahui hadits itu, boleh jadi Sayyiduna Muawiyah juga mengundurkan diri, sehingga menyebabkan kehilangan kepemimpinan umat.

Beliau diam, untuk menjaga umat dari fitnah. Diam karena tidak semua yang diketahui layak diucapkan.

Dari penerimaan Sayyidina Muawiyah kita mengetahui bahwa beliau tidak setaraf pemahaman dengan Sayyidina Hasan.

Adapun syarat yang disepakati antara Sayyidina Hasan dan Sayyidina Muawiyah adalah:

– Kekuasaan sepeninggal Sayyidina Muawiyah akan diserahkan kepada syura (musyawarah)

– Sayyiduna Muawiyah menyerahkan sejumlah uang setiap tahun pada Sayyidina al-Hasan, karena banyaknya orang fakir dan miskin yang dinafkahi oleh beliau.

Sayyiduna Muawiyah adalah salah satu orang yang sangat cerdas dan berakhlak mulia. Kepribadian beliau menyebabkan warga Syam (daerah Suriah dan sekitarnya) jatuh cinta dan fanatik padanya.

“Seandainya kamu hidup berinteraksi dengan Sayyidina Muawiyah, boleh jadi kamu pun ikut terpesona pada beliau.” ungkap beliau.

Karenanya, sebagian mereka tidak menginginkan kekuasaan keluar dari tangan Sayyidina Muawiyah dan keluarga. Warga Syam sudah terbiasa dengan sistem kekaisaran yang dulu menguasai mereka.

Sebagian mereka, merencanakan pembunuhan pada Sayyidina Hasan dengan meracuni lewat salah satu istri beliau.

Sayyiduna Hasan menikah sekitar 300 kali. Beliau dipaksa oleh para suku yang menginginkan dapat berkah. Beliau dibunuh dalam usia 48 tahun.

Syekh Yusri berkata, “Aku berkeyakinan bahwa Sayyidina Muawiyah tidak mungkin di belakang pembunuhan Sayyidina Hasan, seperti yang diriwayatkan oleh kaum Syiah.”

“Aku berkeyakinan bahwa yang membunuh adalah warga Syam yang sudah nyaman dengan kekuasaan Sayyidina Muawiyah,” lanjut beliau.

Beda Pandangan Politik antara Husein dan Muawiyah

Setelah itu, Sayyiduna Muawiyah dirayu oleh warga Syam untuk menjadikan Yazid sebagai calon pemimpin setelah beliau. Sayyiduna Muawiyah juga mengira bahwa telah selesai perjanjian dengan Sayyidina Hasan untuk menyerahkan kekuasaan pada syura, sebab Sayyidina Hasan sudah meninggal.

Itulah pemahaman beliau. Pemahaman yang berbeda dengan Sayyidina Husein yang memandang bahwa perjanjian itu adalah perjanjian dengan umat bukan dengan Sayyidina Hasan saja.

Sayyiduna Husein memandang bahwa Yazid tidak berhak berkuasa setelah ayahnya, di samping Yazid juga terkenal dengan reputasi yang sangat buruk.

Yazid dibaiat oleh seluruh warga Syam yang biasa dengan sistem kerajaan. Warga Madinah menolak baiat. Sementara warga Irak, sebagian berbaiat, sebagian tidak. Warga Mesir masih berpikir, melihat situasi.

Sayyiduna Husein memilih untuk beribadah sampai mati dan tidak mau berbaiat, tidak punya keinginan untuk berkuasa.

Warga Irak mengirim surat menyatakan bahwa mereka berjanji setia untuk menjaga keamanan Sayyidina Husein dalam mengambil sikap apapun yang beliau pilih.

Sayyiduna Husein memang ingin keluar dari Makkah dan Madinah, karena beliau mengetahui Yazid tidak akan membiarkan beliau tanpa baiat. Yazid akan berani menyerang Makkah atau Madinah jika beliau berada di sana.

Sayyiduna Husein tidak ingin kedua tanah mulia itu diserang. Yazid yang mengetahui keinginan Sayyidina Husein untuk datang ke Irak, segera melancarkan berbagai hadiah, rayuan dan janji agar warga Irak berpihak padanya.

Sayyiduna Husein keluar menuju Irak.

Beliau keluar. Sebelumnya sudah dinasehati oleh Farazdaq agar tidak pergi, karena warga Irak itu bersama Sayyidina Husein secara hati, tapi pedang di tangan mereka siap membunuhmu.

Sayyiduna Husein keluar menuju Irak. Beliau tahu persis akan dibunuh di Karbala. Beliau sangat mengetahui hal itu. Sayyiduna Jibril ‘alahi as-salam sudah memberitahukan tentang hal itu pada Sayyidina Rasulullah (shalawat dan salam untuk beliau) saat Sayyiduna Husein masih kecil. Bahkan Sayyidina Jibril membawa segumpal tanah Karbala pada beliau.

Begitulah. Beliau keluar untuk menemui takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT. Keluar bukan untuk mencari kekuasaan. Tapi menunjukkan bahwa beliau menolak sistem kekuasaan yang ada.

Beliau meninggal pada Dhuha hari Asyura. Padahal di shalat fajarnya, Sayyiduna Husein menjadi imam untuk kedua pasukan yang paginya bersama beliau dan membunuh Beliau.

Mesir dimuliakan dengan keberadaan kepala Sayyidina Husein, badan beliau di Karbala.

Syekh Yusri berkata, “Aku meyakini bahwa Allah SWT mengumpulkan badan dan kepala beliau di Mesir.”

Kita mencintai ahli al-bait karena cinta pada Rasulullah SAW.

Barang siapa meninggal dalam keadaan mencintai Ahlul Bait maka meninggal dengan pahala seorang syahid.

Sebagian faedah dari Maulana Syekh Yusri Rusydi al-Hasani hafizhahullah dalam majlis hari Asyura 1441 H, senin 9 September 2019 M.

Baca tulisan menarik lainnya tentang Sayyidina Husein di sini.

Kontributor

  • Hilma Rosyida Ahmad

    Bernama lengkap Ustadzah Dr. Hilma Rasyida Ahmad. Menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Beliau juga salah satu murid Syekh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani asy-Syadzili.