Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Tentang Menyakiti Binatang, Bagaimana Islam Memandang?

Avatar photo
29
×

Tentang Menyakiti Binatang, Bagaimana Islam Memandang?

Share this article

Rasulullah mengabarkan dalam Sahih Bukhari  seorang perempuan yang masuk neraka gara-gara kucing yang dikurungnya.

دخلت امرأة النارفي هرة ربطتها فلا هي أطعمتها ولا هي أرسلتها تأكل من خشاش

Ada seorang perempuan masuk neraka gara-gara kucing yang diikatnya, dia tidak memberinya makan, tidak pula melepaskan sehingga kucing itu bisa makan hewan-hewan kecil. Dalam riwayat lain rabatatha, mengikat, diganti dengan habasatha, mengurung. 

Kalau kita renungkan hadist ini maka kita akan menemukan empat unsur: Perempuan, kucing, perbuatan mengurung, dan neraka.

Apakah ketika Rasulullah menyampaikan kabar ini hanya sekadar menceritakan keadaan perempuan itu? Bahwa perempuan yang mengurung kucing itu masuk neraka? Tentu saja tidak. Para ulama memahami hadis ini lebih umum, Rasulullah hanya menyebutkan simbol-simbol.

Ketika membaca kata seorang perempuan, para ulama merenungkan kata itu, lalu mengambil kesimpulan: seorang perempuan hanya simbol yang diinginkan adalah semua manusia. Artinya siapa saja manusia yang mengurung kucing maka akhirnya adalah neraka.

Ketika membaca kucing, para ulama merenungkan, apakah kalau mengikat anjing tidak berdosa? Kalau tidak memberi makan ikan di akuarium tidak berdosa? Apakah hanya mengurung kucing yang berdosa? 

Lalu para ulama menyimpulkan: kucing hanya simbol, yang diinginkan adalah hewan, makhluk hidup. Siapapun yang menyakiti makhluk hidup maka akan masuk neraka.

“Mengurung”. Apakah manusia hanya berdosa ketika mengurung hewan? Bagaimana kalau menyakiti? Memukul? Melukai? Ternyata ‘mengurung” juga hanya simbol, yang diinginkan adalah seluruh perbuatan buruk.

Dan neraka adalah simbol pembalasan. Artinya siapapun yang menyakiti hewan, makhluk hidup, maka akan mendapatkan pembalasan.

Ada hadis lain, Rasulullah mengabarkan seorang tunasusila yang masuk surga gara-gara memberi minum anjing.

أن امرأة باغيا رأت كلبا في يوم حار يطيف ببئر قد أدلع لسانه من العطش فنزعت له بموقعها فغفر له

Seorang pezina melihat seekor anjing pada hari yang sangat panas mengelilingi sumur dengan menjulurkan lidahnya karena kehausan. Dia ambilkan air itu untuk anjing, iapun diampuni.

Dari hadis ini para ulama mengambil kesimpulan: Kasih sayang adalah keharusan bagi setiap muslim.  Orang yang pengasih disayangi oleh Allah. Berinteraksi dengan penuh kasih terhadap alam adalah keharusan.

ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

Penuh rahmatlah terhadap apa saja yang ada di bumi maka akan dikasihi Allah yang maha tinggi.

Tentang berinteraksi dengan Alam dan lingkungan Syekh Ali Jum’ah dalam buku beliau al-Bi’ah menyebutkan: Kebanyakan orang memahami lingkungan adalah apa yang ada di sekitarnya, memperbaiki lingkungan adalah memperbaiki sekitar. 

Tidak, mereka melupakan bagian paling penting dari lingkungan itu: yaitu diri mereka sendiri. Iya, sebab baiknya diri akan mempengaruhi baiknya lingkungan.

Kontributor

  • Fahmi Ain Fathah

    Alumni Al-Azhar Kairo Mesir, Fakultas Bahasa Arab. Asal dari Tanjung, Kalimantan Selatan. Kini tengah melanjutkan studi jenjang S2 Al-Azhar. Meminati kajian Manthiq dan Balaghah