Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Tafsir Syekh Sya’rawi Tentang Ayat “Maka Nikmat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan?”

Avatar photo
18
×

Tafsir Syekh Sya’rawi Tentang Ayat “Maka Nikmat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan?”

Share this article

Berikut ini adalah teks, terjemahan, dan kutipan tafsir Syekh Mutawali asy-Sya’rawi, perihal ayat-ayat larangan mendustakan nikmat Allah. Berkaitan dengan hal ini, ada satu surat Al-Quran yang memiliki keunikan jika dibandingkan dengan surat lainnya, tepatnya pada surat Ar-Rahman.

Dalam surat Ar-Rahman, terdapat satu ayat yang diulang-ulang oleh Allah SWT. Tentu pengulangan tersebut memiliki makna dan kandungan yang sangat luar biasa. Ayatnya berbunyi:

فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)

Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab tafsirnya mengatakan, ada beberapa pelajaran yang penting untuk diketahui dan dimengerti perihal ayat di atas; mulai dari alasan pengulangan, nikmat yang Allah berikan sampai-sampai Dia menegaskan dengan bentuk pertanyaan sebagaimana ayat di atas.

Hikmah Pengulangan

Menurut Syekh Mutawalli, bentuk penegasan Allah SWT pada ayat ini, dengan mengulangnya sampai tiga puluh kali, menggunakan kata istifham (kata tanya), bukan berarti hendak menakut-nakuti pembaca, dan menjadikan pengulangannya sebagai legitimasi untuk memberikan beban kepada hamba-Nya ketika menggunakan atau mengkonsumsi nikmat-Nya.

Akan tetapi, tujuan pengulangan itu tidak lain, agar tercipta dalam hati seorang hamba, bahwa Allah memang tidak pernah membiarkan mereka hidup tanpa ada nikmat yang bisa mereka peroleh.

Perhatian dan empati besar Allah SWT kepada hamba-Nya, seharusnya mengantarkan kesadaran kepada mereka, bahwa tidak sepatutnya mengingkari Dzat Pemberi nikmat atas segala nikmat yang telah diberikan.

Dengan kata lain, ayat tersebut seharusnya tertanam dalam jiwa manusia, dan menjadi bahan renungan sebagai bukti bahwa manusia tidak pernah lepas dari menggunakan nikmat Allah SWT yang sangat banyak.

Baca juga: Tafsir Syekh Sya’rawi tentang Nikmat Allah Tidak Bisa Dihitung Manusia

Tidak hanya itu, menurut Syekh Mutawalli, adanya pengulangan ayat ini seharusnya menjadi sebuah renungan bagi manusia, perihal dirinya dengan makhluk-makhluk yang lain.

Manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran, surat At-Tin: 4. Hanya saja, banyak yang tidak menyadari bahwa di balik kesempurnaan itu terdapat nikmat yang sangat besar.

Semua jenis anggota tubuh manusia memiliki nilai yang sangat penting, dan kepentingan itu memiliki hubungan erat dengan diri manusia itu sendiri. Misalnya, tangan memiliki peran penting untuk mengkonsumsi, membawa, mengambil, memberi dan lainnya. Hal ini tentu sangat membantu mereka untuk bisa menyelesaikan semua kepentingan-kepentingan yang diperankan oleh anggota tubuh lainnya. Tanpa tangan, mulut tidak bisa merasakan makan dengan sempurna. Tanpa tangan, badan tidak bisa menggunakan pakaian dengan sempurna.

Tidak hanya tangan, semua anggota tubuh memiliki peran penting untuk bisa membantu peran-peran anggota yang lain. Semua itu merupakan nikmat yang Allah berikan kepada manusia secara gratis, tanpa perlu biaya, tinggal mereka rawat sebaik mungkin. Ketika sudah demikian, nikmat Allah manakah yang patut manusia dustakan?

Kandungan Ayat

Setelah kita tahu, bahwa ada hikmah luar biasa yang Allah berikan kepada manusia, dan tidak selayaknya mereka dustakan, maka kita perlu mengetahui kandungan ayat di atas.

Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi kembali menegaskan, bahwa ayat di atas memiliki kandungan yang sangat besar. Menurutnya, jika diangan-angan lebih dalam, semua yang ada di dunia, telah Allah ciptakan untuk melayani manusia. Misalnya, semua benda padat memiliki peran penting di balik adanya tumbuhan, tanpanya, tumbuhan tidak bisa hidup. Sedangkan tumbuhan, memiliki peran penting dalam memberikan manfaat dan nikmat kepada manusia. Hal itu bisa ditandai dengan adanya beberapa tumbuhan yang dijadikan sebagai pangan oleh mereka.

Jika benda padat memiliki peran untuk tumbuhan, dan tumbuhan untuk manusia, maka sejatinya Allah menciptakan semuanya hanya untuk memberikan layanan yang sempurna kepada manusia. Lagi-lagi semua itu diberikan oleh Allah dengan gratis. Maka, nikmat Allah manakah yang patut manusia dustakan?

Dari penjelasan di atas, seharusnya memberikan kesadaran kepada semua manusia, yaitu kebesaran Allah dengan segala otoritas-Nya yang mampu mengatur pola kehidupan dengan sangat teratur dan sistematis. Jika demikian, seharusnya manusia semakin sadar dan semakin bertakwa kepada Allah, karena Allah sudah memberikan fasilitas yang sangat nyaman kepada mereka.

Baca juga: Indahnya Syeikh Mutawalli asy-Sya’rawi Menafsirkan Cinta

Ayat “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” seharusnya tertanam dalam hati manusia, bahwa memang tidak ada yang perlu disombongkan dan dibanggakan, karena sejatinya, semua yang mereka gunakan adalah murni nikmat dari Allah SWT. Manusia tidak memiliki peran apa pun dalam dunia.

Oleh karenanya, tidak ada nikmat sedikit pun yang patut mereka dustakan. Sebab, selain memiliki peran atas nikmat-nikmat yang lain, ia juga menjadi salah satu tanda kebesaran Allah yang diberikan kepada manusia secara mutlak, tanpa terkecuali.

Demikian penjelasan Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab tafsirnya, Tafsir asy-Sya’rawi, juz XI, halaman 281. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.

Kontributor

  • Sunnatullah

    Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.