Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Umar bin Khattab dan Kisah Islamnya Panglima Persia Hurmuzan

Avatar photo
51
×

Umar bin Khattab dan Kisah Islamnya Panglima Persia Hurmuzan

Share this article

Saat Hurmuzan menjadi tawanan Umar bin Khattab ra., orang-orang berkata kepadanya, “Wahai Amirul mukminin, orang ini adalah pemimpin kaum ajam dan sahabat karibnya Rustum.”

Umar bin Khattab lantas berkata kepada Hurmuzan, “Aku tawarkan agama Islam kepadamu karena menginginkan kebaikanmu di dunia dan di akhirat.”

Hurmuzan lalu berkata, “Wahai Amirul mukminin, aku hanya meyakini keyakinanku selama ini dan tidak berminat untuk masuk Islam hanya karena sedang ketakutan.”

Umar lalu meminta dibawakan sebuah pedang.

Saat hendak membunuhnya, Hurmuzan berkata, “Duhai Amirul mukminin, memberi satu tegukan minum kepadaku yang kehausan lebih baik daripada membunuhku dalam keadaan dahaga.”

Umar lantas menyuruh Hurmuzan untuk minum. Ketika hendak meneguknya, Hurmuzan bertanya, “Apakah aku dijamin aman sampai aku selesai meminumnya?”

Umar menjawab, “Ya.”

Hurmuzan lantas melempar air minum itu dan berkata, “Menepati janji itu, wahai amirul mukminin, sungguh merupakan cahaya yang bersinar-sinar.”

Umar berkata, “Kau benar. Aku akan menunda eksekusimu dan mempertimbangkan kembali urusanmu. Jauhkan pedang itu dari lehernya!”

Ketika pedang tersebut dijauhkan darinya, Hurmuzan berkata, “Dan sekarang, wahai Amirul mukminin, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Aku juga bersaksi bahwa apa yang dibawanya adalah benar berasal dari Allah.”

Umar lalu berkata, “Kamu masuk Islam dengan baik, apa yang membuatmu menundanya?”

Hurmuzan menjawab, “Aku tidak ingin orang-orang menyangka bahwa aku masuk Islam karena takut terhadap pedang dan memilih agama Allah karena ketakutan.”

Umar berkata, “Sungguh penduduk Persia memiliki akal cemerlang yang membuat mereka pantas memiliki kerajaan besar selama ini.”

Setelah itu Umar bin Khattab memerintahkan agar Hurmuzan diperlakukan dengan baik dan dimuliakan.

Kisah ini diambil dari kitab “Al-‘Iqd al-Farid”, salah satu ensiklopedia terpenting dalam sastra Arab karya sastrawan raksasa asal Cordoba, Ibnu Abdi Rabbih (w. 940 M). Buku-buku tarikh Islam selanjutnya mengisahkan cerita yang pelik mengenai nasib Hurmuzan ini.

Setelah Umar bin Khattab ditusuk oleh Abu Luluah al-Majusi, putranya yang bernama Ubaidillah bin Umar mencurigai Hurmuzan sebagai salah satu aktor percobaan pembunuhan terhadap ayahnya sehingga ia membunuh Hurmuzan, di samping anak perempuan Abu Luluah.

Di kemudian hari, tuduhan Ubaidillah tidak terbukti dan dia diancam hukuman kisas karena telah membunuh tanpa alasan yang sah.

Kisas ini dibatalkan saat Usman bin Affan menjadi khalifah karena alasan kemanusiaan (setelah Umar dibunuh, ia tidak tega melihat anaknya juga dibunuh karena kisas) yang menuai kontroversi dari banyak sahabat senior. Salah satunya Imam Ali bin Abi Thalib yang tetap meminta Ubaidillah bin Umar dikisas.

Di tengah protes itu, Usman memilih untuk membayarkan diat Ubaidillah dan memintanya untuk pergi meninggalkan Madinah.

Di kemudian hari, Ubaidillah bin Umar memilih bergabung bersama pasukan Muawiyah dan bertempur melawan Imam Ali pada peperangan Shiffin.

Kontributor

  • Ade Gumilar

    Alumni Mahasiswa Al-Azhar Mesir. Melanjutkan S2 di Universitas Indonesia konsentrasi Kajian Timur Tengah. Sekarang menjadi dosen sejarah peradaban Islam IAIN Syekh Gunung Djati Cirebon