Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Menilik Harta Karun Peninggalan Syaikh Abdurrahman Batuhampar Kakek Bung Hatta

Avatar photo
13
×

Menilik Harta Karun Peninggalan Syaikh Abdurrahman Batuhampar Kakek Bung Hatta

Share this article

Bung Hatta (Moehammad Hatta, 1902-1980), tokoh besar sejarah Indonesia yang juga wakil presiden pertama RI, ternyata berasal dari latar belakang keluarga ulama tradisional Minangkabau di Batuhampar yang sangat religius.

Kakek Bung Hatta adalah Syaikh Abdurrahman b. Abdullah Batuhampar (1783-1899), seorang ulama yang sangat masyhur kebesaran tokohnya sebagai ahli ilmu Qiraat al-Qur’an dan juga ulama tasawuf.

Dalam tasawuf, kapasitas Syaikh Abdurrahman Batuhampar adalah mursyid Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah.

Syaikh Abdurrahman Batuhampar menurunkan beberapa putra yang juga menjadi ulama besar. Di antaranya adalah Syaikh Arsyad b. Abdurrahman (1849-1924) dan Syaikh Muhammad Djamil b. Abdurrahman Batuhampar (1873-1903).

Baca juga: Ziarah Makam dan Surau Syaikh Sa’ad Mungka al-Naqsyabandi, Kawan Satu Thabaqat Syaikh Mahfuzh Termas

Syaikh Muhammad Djamil b. Abdurrahman Batuhampar inilah yang kemudian memiliki anak bernama Muhammad Hatta (Bung Hatta), yang kelak dicatat sebagai sosok besar proklamator kemerdekaan Indonesia dan wakil presiden pertama RI.

Siang hari Selasa (17/11) kemarin, kami berkesempatan menziarahi kompleks pemakaman, masjid dan surau keluarga besar Syaikh Abdurrahman Batuhampar.

Makam kakek Bung Hatta, Syaikh Abdurrahman Batuhampar

Di sana kami juga merasa beruntung karena diperlihatkan sejumlah koleksi manuskrip peninggalan Syaikh Abdurrahman Batuhampar dan anak-anak beliau.

Di antaranya adalah naskah kuno cetak batu al-Qur’an (litograf) yang di dalamnya terdapat bubuhan catatan tulis tangan Syaikh Abdurrahman Batuhampar berisi Qiraat Sab’ah (Qiraat tujuh).

Selain itu, terdapat juga nasah kuno tulis tangan (manuskrip) berisi sanad Qiraat al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Syaikh Arsyad b.Abdurrahman Batuhampar bertitimangsa 9 Safar tahun 1302 Hijri (bertepatan dengan November 1884 Masehi).

Di dalam manuskrip tersebut juga terbubuh beberapa cap beridentitas nama Syaikh Abdurrahman b. Abdullah Batuhampar, Syaikh Arsyad b. Abdurrahman Batuhampar.

Manuskrip lainnya yang kami jumpai adalah yang berisi manual tatacara berdzikir Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah peninggalan Syaikh Abdurrahman Batuhampar.

Baca juga: Sayyid Ahmad Zaini Dahlan: Ahlul Bait Maha Guru Ulama Nusantara

Selain itu, yang paling menarik adalah manuskrip berisi memoar catatan perjalanan Syaikh Arsyad Batuhampar ke Makkah dan Madinah (Hijaz), serta ke Kairo, Suez, Thantha dan Alexandria (Mesir). Catatan perjalanan tersebut berasal dari kurun masa akhir abad 19 M.

Alhamdulillah, ziarah kali ini dibersamai oleh KH. Idrus Ramli, KH. Ma’ruf Khazin, Gus Najih Ramadhan, Buya  Apria Putra Abiya Hilwa, serta para abna PERTI Sumatera Barat dan kawan-kawan NU Sumatera Barat. Wallahu A’lam.

Batuhampar, Rabiul Tsani 1442 Hijri

Kontributor

  • A. Ginanjar Syaban

    Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.