Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Memahami Duduk Perkara ‘Keramat’ dalam Islam

Avatar photo
34
×

Memahami Duduk Perkara ‘Keramat’ dalam Islam

Share this article

Orang Jawa sering mengidentikan kesaktian ataupun ‘daya linuwih’ seseorang dengan keramat. Adakalanya bisa terlihat oleh mata atau maknawi tak terlihat. Ia bisa berupa kekebalan seseorang terhadap benda tajam, menggerakan benda tanpa kontak fisik, mendengar bahasa dan tasbih bebatuan, berjalan di atas air bahkan terbang di udara.

Peristiwa keramat itu, meski kurang tepat disematkan, namun ada benarnya juga. Terlebih jika peristiwa itu terjadi pada seorang mukmin yang saleh.

Keramat adalah kejadian atau kemampuan luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT kepada seorang mukmin yang soleh selain para nabi, begitu disebut dalam kitab Al-Muthrib bimasyahiri Auliyail Maghrib.

Apa yang terjadi pada Ashabul Kahfi adalah salah satu contoh keramat yang dikisahkan dalam al-Quran. Mereka tertidur lebih dari tigaratus tahun di dalam gua. Para ulama sepakat bahwa mereka adalah para pemuda mukmin yang saleh.

Contoh lain adalah kisah sahabat Nabi Sulaiman AS yang mampu memindahkan singgasana Bilkis sekejap mata. Kemampuannya bahkan melebihi Ifrit yang siap melalukannya namun dengan waktu yang lebih lama. Kisah Maryam kecil yang senantiasa dikirim makanan dari sisi Allah SWT juga diceritakan oleh Al-Quran.

Dalam sebuah hadis panjang, Imam Muslim meriwayatkan seorang anak kecil yang mampu memyembuhkan orang buta bawaan dan orang sakit kusta. Anak kecil itu masih dalam gendongan, ia berkata pada ibunya: “Bersabarlah ibu, engkau berada dalam kebenaran.”

Demikian al-Quran dan hadis mengisahkan. Disusul banyak sekali riwayat sahih yang menceritakan hal serupa dalam berbagai macam bentuk, dari zaman terdahulu hingga sekarang ini.

Keramat adalah hak adanya. Dikisahkan al-Quran, diriwayatkan hadits dan diceritakan oleh para ulama umat ini bahkan terjadi pada diri mereka sendiri.

Keramat adalah hadiah, sebagai bonus dari Allah SWT atas ketaatan seorang mukmin yang salih dan teguh dalam pendiriannya (istikamah). Allah mengirimkan para malaikat menjadi kawan mereka. Menemani dan menjaga mereka dari berbagai mara bahaya. Sebagai penguat dan pengokoh iman para kekasih-Nya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.” QS: 41: 30-31

Segala perbuatan baik atupun buruk sekecil apapun, ada nilai dan balasan yang diperhitungkan. Baik di dunia maupun di akhirat.

Siapapun yang menjaga matanya dengan taat dan menjauhkanya dari berbagai maksiat, ada pahala yang ia dapat. Siapa yang menjaga farjinya, siapa yang menjaga telinganya, perutnya dan anggota badan yang lain maka ada pahala dan upah kebaikan baginya. Sebagai keramat untuknya di dunia ataupun di akhirat kelak.

Sebagai contoh keramat mata. Mata yang senantiasa digunakan dalam kebaikan dan jauh dari segala maksiat maka keramat yang bisa ia dapat adalah mampu melihat orang yang hendak berkunjung sebelum kedatangannya dari kajauhan. Pandangannya juga mampu menembus alam malakut, alam ruhani, para malaikat, jin, melihat nabiyullah Khidir AS dan para wali abdal.

Telinga, keramat yang mungkin seorang dapat ketika menjaga dan menjauhkannya dari maksiat adalah mendapat kabar gembira bahwa ia ditetapkan menjadi ahli hidayah dan pemilik akal yang cerdas, seperti yang temaktub dalam surat Al-Zumar ayat 17-18.

Keramat yang lain seperti bisa mendengar bahasa bebatuan dan tumbuhan dalam bertasbih dan berbicara selayaknya bahasa manusia.

Misal lain dari keramat adalah bisa berjalan di atas permukaan air seperti yang terjadi pada kisah masyhur wali soleh Hasan Basri, dan melayang di udara yang dilakukan waliyah Rabiah Al-‘Adawiyah dan juga mampu melipat bumi.

Ini semua merupakan keramat yang bisa didapat oleh seorang mukmin salih yang senantiasa menjaga farjinya dari maksiat. Lihat penjelasan Syekh Abdullah al-Talidi dalam al-Muthrib.

Mungkin kita sering bertanya-tanya, mengapa keramat seringkali dialami oleh orang-orang saleh namun mereka justru bukan dari kalangan sahabat?

Ini dikarenakan, masih dari penjelasan Syekh Abdullah Talidi yang mengutip jawaban Imam Ahmad dan yang lain, bahwa iman para sahabat sudah sangat kuat maka tidak membutuhkan keramat sebagai penguat iman mereka.

Berbeda dengan selain sahabat. Di masa mereka iman semakin melemah sehingga membutuhkan penguat dengan tampaknya keramat pada mereka orang orang soleh. Demikian salah satu faidah keramat terhadap iman.

Para sahabat adalah kurun terbaik dari umat ini. Masa dimana iman berada pada puncaknya yang tertinggi. Istikomah atas keyakinan mereka tidak diragukan lagi. Keramat sebagai hadiah dan anugerah pada hamba-hamba Nya yang solih akan mengokohkan iman mereka serta sebagai pintu hidayah iman bagi sekitarnya.

Benar sekali bahwa istikamah lebih baik daripada seribu keramat sekalipun. Istikomah adalah tingkat teragung dan tertinggi dari keramat itu sendiri.

Kontributor

  • Muhammad Makhludi

    Tinggal di Cilacap Jawa Tengah Block 60. Seorang khadam kampung. Pernah nyantri di Leler dan Universitas Cady Ayyad Maroko.