Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Fatwa

Muharram: Asal Usul Nama dan 6 Amalan yang Dianjurkan

Avatar photo
30
×

Muharram: Asal Usul Nama dan 6 Amalan yang Dianjurkan

Share this article

Pusat Fatwa Al-Azhar menyarankan umat Islam untuk tekun
mengerjakan 6 amal ibadah dan ketaatan berikut
pada bulan Muharram serta bulan-bulan mulia lainnya.

Amal
ibadah yang
pertama adalah memperbanyak amal shaleh dan
bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan.

Kedua, bergegas dan melestarikan amal shaleh supaya menjadi
penggugah atau pendorong dalam mengerjakannya di bulan-bulan lain.

Ketiga, menggunakan kesempatan untuk mengerjakan
ibadah-ibadah yang bersifat temporer yang ada pada bulan-bulan mulia seperti
haji, puasa Arafah, dan puasa Asyura.

Keempat, Al-Azhar memperingatkan agar umat Islam
meninggalkan segala bentuk kezaliman pada bulan-bulan mulia ini karena besarnya
keagungan bulan tersebut di sisi Allah SWT.
Khususnya tidak menzalimi diri sendiri, hingga menahan diri
dari bentuk
-bentuk
kezaliman di bulan lainnya.

Kelima, memperbanyak sedekah. 

Dan keenam adalah memperbanyak puasa.

Mengapa Dinamakan Muharram?

Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender qamariyah atau
hijriyah. Pada masa jahiliah, bulan ini disebut bulan Mu`tamir.
Sementara nama “Muharram” mereka gunakan untuk menyebut bulan Rajab.

Dinamakan Muharram karena pada bulan ini, umat Islam
diharamkan berperang
.
Dan
bulan Muharram termasuk dalam empat bulan yang diharamkan
(dimuliakan), sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا
عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَأوَاتِ وَالْأَرْضَ
مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ
أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ
كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan
ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
(QS. At-Taubah:
36)

Imam As-Suyuthi mengatakan: “Saya pernah ditanya, mengapa
bulan Muharram secara khusus disebut bulan Allah, bukan bulan-bulan lainnya,
padahal dalam bulan-bulan lainnya juga sama-sama terdapat keistimewaan dan
keutamaan, bahkan lebih, seperti bulan Ramadhan? Lalu saya jawab bahwa nama
Muharram ini
baru ada
sejak Islam datang, sementara nama bulan-bulan lainnya sudah ada sejak masa
jahiliah. Orang-orang jahiliah menyebut bulan Muharram ini sebagai bulan Shafar
Awal,
dan bulan setelahnya adalah Shafar
Kedua.
Ketika Islam datang, Allah menamainya dengan sebutan Muharram
. Maka dari
itulah bulan Muharram ini disandarkan pada Allah.”

Ibnu Al-Jauzi meriwayatkan bahwa semua bulan qamariyah
ini memiliki nama-nama lain pada masa jahiliyah. Nama bulan Muharram adalah
Ba`iq, bulan Shafar adalah Nafil, bulan Rabi’ul Awal adalah Thaliq, bulan
Rabi’ul Akhir adalah Najiz, bulan Jumadal Ula adalah Aslah, bulan Jumadal Akhir
adalah Aftah, bulan Rajab adalah Ahlak, bulan Sya’ban adalah Kusu’, bulan
Ramadhan adalah Zahir, bulan Syawwal adalah Buthth, bulan Dzulqa’dah adalah
Haqq, dan bulan Dzulhijjah adalah Na’isy.

Berpuasa pada Bulan Muharram

Rasulullah SAW telah mewasiatkan agar umat Islam berpuasa
di bulan Muharram. Dalam sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ
اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ
اللَّيْلِ

“Puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa
di bulan Allah, yakni Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat
fardhu adalah shalat Lail (malam).”

Diriwayatkan dari Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW
bersabda:

صوم عاشوراء يكفِّر السّنة الماضية، وصوم عرفة
يكفِّر سنتين: الماضية والمستقبَلة

“Puasa Asyura (pahalanya) dapat melebur dosa satu tahun
yang lalu, dan puasa Arafah (pahalanya) dapat melebur dosa dua tahun, yaitu
yang telah lalu dan yang akan datang.”
(HR.
An-Nasa`i)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Aku tidak
pernah melihat Nabi SAW sengaja berpuasa pada suatu hari yang beliau istimewakan
dibanding hari-hari lainnya kecuali hari ini, yaitu hari Asyura, dan bulan ini,
yaitu bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa`i, dan Ahmad)

Hari Asyura adalah hari ke-10 dari bulan Muharram menurut
pendapat yang shahih dari jumhur ulama, bukan hari ke-9 menurut sebagian ulama.
Hal itu karena kata Asyura merupakan akar kata dari kata ‘Asyir yang bermakna
hari kesepuluh. Sementara hari kesembilan disebut Tasu’a`.

Dalam kitab Majmu’, Imam An-Nawawi mengatakan
bahwa puasa Arafah bisa melebur dosa dua tahun dan puasa Asyura bisa melebur
dosa setahun, masing-masing bisa melebur jika terdapat dosa-dosa kecil. Adapun
jika tidak terdapat dosa kecil maupun besar maka tertulis baginya beberapa
kebaikan (pahala) serta dapat mengangkat derajatnya. Sementara jika terdapat
dosa besar namun tidak ditemukan dosa kecil, maka kami berharap hukuman atas
dosa besar tersebut bisa diringankan.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.