Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Fatwa

Hukum Mengajarkan Musik kepada Anak

Avatar photo
33
×

Hukum Mengajarkan Musik kepada Anak

Share this article

 Tidak sedikit orang tua yang melatih dan membiasakan anak
sejak dini untuk mengikuti jejak mereka. Terlebih untuk profesi yang
membutuhkan kemampuan tertentu, misalkan seni.

Buah tidak jatuh jauh dari pohon, anak dari pasangan
seniman biasanya juga memiliki bakat atau hobi yang sama seperti orang tuanya,
contoh: musik. Banyak musisi yang melahirkan keturunan musisi juga. Meski perlu
dipertanyakan, bolehkah mengajari musik kepada anak sejak dini?

Dalam penjelasan sebelumnya Darul Ifta Mesir telah menerangkan
bagaimana boleh mendengarkan lagu atau bermain musik. Lagu atau musik berfungsi
menyenangkan hati. Hukumnya bisa beralih haram jika digunakan untuk maksiat,
mungkin dalam liriknya mengandung unsur vulgar atau diperdengarkan di sarang
maksiat, dan lain sebagainya.

Seperti dilansir dari Youm7, Darul Ifta Mesir juga
menjelaskan, syariat tidak pernah melarang dalam mengajari anak bermain musik. Seumpama
si anak di sekolah belajar lagu-lagu kebangsaan atau relijius dan semacamnya, jelas
tidak ada masalah.

Apalagi jika dengan lagu-lagu tersebut karakter si anak berkembang
semakin baik. Diksi dalam lagu-lagu nasional atau relijius pasti sudah dipilih
dengan hati-hati. Kata-kata yang baik jika diperdengarkan dan diucapkan seorang
anak turut membantu jiwanya menjadi baik.

Tidak jarang lirik lagu tersebut juga mengajarkan si anak
untuk melakukan hal-hal terpuji seperti anjuran agar gemar bershalawat, saling
tolong-menolong, setia kawan, dan banyak lagi.

Syeikh Al-Mawaq al-Maliki (w. 897 H) menyebutkan dalam Al-Taj
wa Al-Iklil Li Mukhtashar Khalil
(cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, jilid 2,
hal. 363) bahwa Syeikh Ibnu Arafah pernah mengutip perkataan dari Imam Izzudin
bin Abdul Salam,

الطريق في صلاح
القلوب يكون بأسباب، فيكون بالقرآن، فهؤلاء أفضل أهل السماع، ويكون بالوعظ
والتذكير، ويكون بِالْحِدَاءِ والنشيد، ويكون بالغناء بالآلات

Jalan untuk memperbaiki
hati ada bermacam-macam. Boleh jadi dari al-Qur’an, dan itu adalah kalam paling
mulia untuk diperdengarkan. Bisa juga dengan dakwah dan berdzikir, atau dengan lantunan
sajak dan nyanyian. Bisa juga dengan bermain musik
.”

Bahkan diriwayatkan juga dalam
sebuah hadits,

لما أنكحت السيدة
عائشة رضي الله عنها ذات قرابة لها من الأنصار، جَاءَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ فَقَالَ: «أَهْدَيْتُمُ الْفَتَاةَ؟» قَالُوا: نَعَمْ،
قَالَ: «أَرْسَلْتُمْ مَعَهَا مَنْ يُغَنِّي؟» قَالَتْ: لَا. فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْأَنْصَارَ قَوْمٌ فِيهِمْ
غَزَلٌ، فَلَوْ بَعَثْتُمْ مَعَهَا مَنْ يَقُولُ: أَتَيْنَاكُمْ أَتَيْنَاكُمْ
فَحَيَّانَا وَحَيَّاكُمْ
»

Ketika Sayyidah Aisyah ra.
menikahkan seorang kerabat dari Bani Ansar, Rasulullah SAW turut hadir,
kemudian bertanya, “Apakah kalian memberi hadiah kepada mempelai wanita?” Mereka
menjawab, “Sudah.”

Rasulullah kembali bertanya, “Apakah
kalian sudah mengutus seseorang kepadanya untuk bernyanyi bersama?” Mereka
lantas menjawab, “Belum.”

Rasulullah SAW segera
menimpali, “Sesungguhnya kaum Anshar gemar bernyanyi. Jika kamu mengutus
seseorang kepadanya, pasti nanti ada yang bersenandung, ‘Kami datang, kami
datang. Salam kepada kami, salam juga kepada kalian.’ (HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya
dan Ahmad dalam Musnad-nya)   

Syeikh Ali Jum’ah, mantan Mufti Republik Mesir, seperti
dilansir di El-Nabaa, pernah menyebutkan sebuah hadits lain yang
diriwayatkan oleh Al-Tabrani dalam kitabnya Al-Ausath.

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa
dengan suatu kelompok yang mengiringi seorang wanita. Nabi lantas bertanya apa
yang sedang mereka lakukan. Salah satu dari mereka pun menjawab bahwa wanita
tersebut adalah calon mempelai wanita dan mereka sedang dalam perjalanan menuju
rumah mempelai si lelaki.

Rasulullah SAW lantas menimpali,
“Jangan lupa untuk mengutus seseorang yang pandai bermain musik dan bernyanyi
untuk mengiringi pesta pernikahan tersebut.”

Kontributor

  • Umar Abdulloh

    Santri Al-Azhar alumni Fakultas Hukum yang senang menertawakan dunia dan seisinya.