Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Fatwa

Bolehkah Posting Privasi Keluarga Di Media Sosial?

Avatar photo
30
×

Bolehkah Posting Privasi Keluarga Di Media Sosial?

Share this article

Banyak kejadian lucu atau unik
yang terjadi di rumah, mulai dari tingkah laku anak ataupun orang tua. Di era
online, banyak orang tidak bisa menahan diri untuk mempostingnya di media
sosial kita. “Pokoknya dunia harus tahu hal ini!” mungkin begitu di benak
mereka.

Hal ini mungkin memang terlihat
lumrah, tetapi bagaimana pandangan syariat terhadap fenomena tersebut?

Dilansir dari laman resmi
Youm7
, Pusat Fatwa Elektronik Al-Azhar mengatakan bahwa seseorang yang
menceritakan perihal keluarganya di hadapan orang lain, baik itu keluarga atau
temannya, adalah hal yang ditentang oleh syariat.

Terlepas apakah yang dia
publikasikan di media sosial adalah sesuatu yang remeh atau yang paling privasi
sekalipun karena penyebab rusaknya rumah tangga terkadang muncul dari sesuatu
yang sepele.

Dalam
hal ini, Syeikh Ali Jumah menjelaskan panjang lebar dalam salah satu wawancara
di saluran resmi CBC pentingnya menekankan fungsi درء
المفاسد مقدم على جلب المصالح
, yaitu meninggalkan sesuatu yang mudlarat
lebih baik daripada mengambil sebuah maslahat.

Selain itu, patut kita
perhatikan bahwa dunia maya adalah dunia tanpa privasi. Akun medsos kita bisa
diakses siapa pun, di mana dan kapan saja. Bahkan tidak sedikit tindakan
kriminalitas yang memanfaatkan dunia maya mulai dari penculikan, bullying,
jual beli identitas, penipuan, dan banyak lagi.

Merujuk pada survei yang
dilakukan Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk
(PPAPP), jumlah kekerasan seksual lewat media internet meningkat sejak pandemi
di Juni 2020, menduduki nomor 2 setelah KDRT.

“Modusnya berupa ancaman atau
eksploitasi seksual secara virtual. Biasanya pelaku mengancam dengan
menyebarkan foto atau ada juga yang modus memeras minta uang. Seringnya pelaku
menggunakan akun palsu atau justru malah orang terdekat korban,” ujar
Direktur LBH APIK, Siti Mazumah di laman resmi Tempo.

Syeikh Mukhtar Muhsin juga
pernah menekankan bahwa hal-hal tersebut termasuk dalam hifdzu an-nafs
alias menjaga diri. Memang jika merujuk urutan maqasid syariat menurut Imam
Ghazali r.a. menjaga diri terletak dalam urutan kedua setelah hifdzu ad-din,
menjaga agama.

“Jika tidak ada an-nafs
(jiwa) maka bagaimana kita bisa menjaga agama, akal, keturunan dan harta?
Karena itu kami lebih menekankan hifdzu an-nafs dalam urutan pertama
sebelum hifdzu ad-din,” ujar pengajar di Darul Ifta tersebut seperti
dikuti dari saluran resmi Azhar TV.

Pusat Fatwa Elektronik Al-Azhar
juga menegaskan bahwa kecanduan perhatian saat bermediasosial adalah penyakit.
Memang banyak sisi positif yang bisa dipelajari dari media sosial dalam
pengembangan diri terutama fungsinya sarana pembelajaran dan pengetahuan. Islam
juga tetap mengijinkan penggunaan media sosial selagi tidak
keluar dari koridor syariat.

Dalam hal ini Al-Azhar
mewajibkan para orang tua untuk mengawasi setiap anak mereka di media sosial.

Perlu diingat juga, dalam
bermedsos seorang Muslim masih harus meyakini bahwa ia tak lepas dari
pengawasanNya. Allah SWT mengetahui gerak dan diam kita di dunia nyata maupun
di dunia maya. Maka sepatutnya seorang Muslim bermediasosial dengan sehat dan
cerdas dengan menjaga privasi diri sendiri dan keluarga. Bukan berarti
mengorbankan privasi dan resiko lainnya hanya untuk di-like atau dipuji.

Allah SWT berfirman:

أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ مَا
يَكُونُ مِن نَّجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا
هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَىٰ مِن ذَٰلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ
أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ
إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidakkah engkau
perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang
keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan
tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada
bersama mereka di mana pun mereka berada. Dia akan memberitakan kepada mereka
pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
(QS: Al-Mujadalah: 7)

Kontributor

  • Sultan Nurfadel

    Seorang mahasiswa Al-Azhar jurusan Akidah dan Filsafat. Warga Sunda yang mengaku sebagai calon presiden 2029.