Scroll untuk baca artikel
Talaqqi Akbar
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Fenomena Sedekah Bumi dalam Tradisi Masyarakat Jawa

Avatar photo
74
×

Fenomena Sedekah Bumi dalam Tradisi Masyarakat Jawa

Share this article

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan nilai keberagaman budaya serta kearifan lokal yang harus dilestarikan secara turun-temurun.

Salah satu contohnya adalah tradisi yang terdapat dalam masyarakat Jawa. Tradisi orang Jawa selalu berpegang pada dua hal. Pertama, menjunjung tinggi nilai-nilai filosofi kehidupan religius dan mistis. Kedua, menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai kehidupan.

Tradisi mereka ialah tradisi yang selalu menghubungkan segala sesuatu kepada Tuhan dengan hal-hal yang bersifat spiritual, mistik, dan magis tanpa melupakan para leluhur mereka (Herusatoto, 2003:79).

Arifin (2007:66) mengatakan bahwa masyarakat dan budaya bagaikan dua sisi mata uang yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Di antara tradisi masyarakat Jawa yang masih eksis hingga sekarang dan menjadi rutinitas setiap tahunnya ialah tradisi sedekah bumi.

Tradisi sedekah bumi biasanya dilakukan setahun sekali pada hari-hari tertentu atau pasca panen raya dalam rangka menjaga hubungan mereka dengan nenek moyang atau dengan alam.

Masyarakat percaya bahwa sedekah bumi itu akan mendatangkan kebaikan. Karena apabila mereka ikhlas bersedekah kepada bumi, maka bumi pun akan ikhlas memberikan kekayaan alamnya kepada mereka. Masyarakat meyakini bahwa dengan memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sedekah bumi, diharapkan agar bumi selalu lestari dan menghasilkan kekayaan yang melimpah serta tidak menimbulkan bencana bagi umat manusia (Arinda, 2016).

Contoh Bentuk Sedekah Bumi pada Masyarakat Jawa

Salah satu contoh sedekah bumi yang berada di daerah Yogyakarta adalah Grebeg Syawal yang dilakukan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri, Grebeg Syuro yang dilakukan pada saat tanggal 1 Muharram, dan Grebeg Maulud yang dilakukan sebagai peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dikutip dari National Geographic Indonesia (2011), grebeg ini dilakukan dengan cara membawa “gunungan” yaitu hasil panen masyarakat yang disusun hingga membentuk sebuah gunung. Berbagai jenis hasil bumi, mulai dari umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, bahkan biji-bijian akan disusun sedemikian rupa.

Proses pengarakan gunungan ini dilakukan mulai dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Setelah sampai di masjid, gunungan tersebut kemudian didoakan oleh para petinggi keraton bersama para abdi ndalem. Setelah prosesi berdoa selesai, gunungan kemudian dibawa ke Alun-Alun Utara yang disambut dengan suara tembakan salvo. Setelah sampai di Alun-Alun Utara, gunungan akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, orang yang berhasil mendapatkan hasil bumi dari gunungan tersebut, maka akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Makna dan Nilai yang Terkandung dalam Sedekah Bumi

Tradisi sedekah bumi dapat dimaknai sebagai pemberian sesuatu kepada bumi atas hasil panen yang melimpah, sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan berkecukupan.

Dalam upaya melestarikan tradisi sedekah bumi, tentunya masyarakat sangat mengapresiasi dan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan seluruh upacara dan ritualnya mulai awal hingga akhir. Hampir seluruh kegiatannya dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.

Menurut mereka, mengikuti sedekah bumi berarti ikut serta dalam melestarikan budayanya sendiri. sedekah bumi pada dasarnya ialah kegiatan memberikan sesaji kepada alam (bumi) atas limpahan rezeki baik berupa rezeki materil maupum non materil kepada masyarakat. Tujuannya ialah agar bumi tetap subur, tetap memberikan hasil alam yang melimpah bagi manusia, serta tetap terjaga kelestariannya (Novianti, 2012). Setiap daerah memiliki nama yang berbeda terkait dengan kegiatan sedekah bumi seperti nyadran dan manganan.

Maksud dan Tujuan Diadakannya Tradisi Sedekah Bumi

Penelitian Arinda (2014) mengatakan bahwa, ada beberapa maksud dan tujuan diadakannya sedekah bumi menurut masyarakat. Di antaranya: Pertama, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan-Nya berupa hasil panen yang melimpah.

Kedua, menghormati dan menghargai jasa para leluhur yang telah berjasa membuka lahan (babat alas) yang sekarang digunakan masyarakat sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat mencari kehidupan yang layak dan berkecukupan.

Ketiga, dalam penyelenggaraan sedekah bumi akan dapat memperkokoh hubungan silaturrahmi antar sesama.

Keempat, sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah dilakukan secara turun-temurun.

Di antara nilai-nilai yang terkandung dalam sedekah bumi adalah: ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, pelestarian lingkungan, pelestarian budaya, bangga terhadap jati diri bangsa, dan timbulnya solidaritas antar sesama. Penelitian Harmawati (2017) menyimpulkan bahwa sedekah bumi sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyucian diri dari sifat-sifat tercela seperti perusakan lingkungan menjadi sifat-sifat terpuji seperti perbaikan dan perawatan terhadap lingkungan.

Bagaimana Sedekah Bumi Jika Dilihat dari Sudut Pandang Islam?

Bagi masyarakat kegiatan rutinitas yang berulang kali dilakukan hingga menjadi sebuah tradisi turun-temurun merupakan sebuah simbol ketaatan beragama. Lalu, bagaimana pandangan Islam mengenai tradisi yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat?

Penelitian dari Wiwid Naluriana Kasih (2017) mengatakan bahwa masuknya agama Islam di Nusantara khususnya di Jawa penyebarannya lebih sufistik dibandingkan dengan penyebaran Islam di daerah lain. Agama Islam mampu mengakulturasikan dan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam budaya lokal, meskipun ada beberapa budaya yang masih tampak sinkretisnya. Dalam tradisi sedekah bumi ini, masyarakat berdoa, meminta dan memohon pertolongan, serta mengharap ridho murni hanya ditujukan kepada Allah SWT.

Selain itu, menurut Abu Syuja (2021) pada intinya masyarakat melakukan sedekah bumi hanya untuk menghormati tradisi para leluhur saja yang sudah bertahun-tahun dilakukan secara turun-temurun.

Tradisi-tradisi tersebut dalam Islam biasa disebut dengan ‘urf shahih karena merupakan tradisi yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena tradisi ini dimaksudkan dalam rangka mensyukuri atas karunia dan nikmat Allah SWT karena para petani mendapat hasil panen yang melimpah serta tanah yang subur dan makmur sehingga dapat menghasilkan panen yang bagus dan sangat memuaskan.

Penelitian Arinda (2014) mengatakan bahwa tradisi sedekah bumi merupakan wujud dari sebuah akulturasi antara budaya Jawa dengan dengan nilai-nilai keislaman. Sehingga pada saat prosesi sedekah bumi akan tampak budaya Jawa terdahulu seperti halnya adanya kemenyan, membawa gunungan (hasil bumi) ke tempat-tempat yang dianggap sakral, kemudian ada juga pementasan kesenian seperti wayang kulit, tayuban, gending-gending dan gamelan Jawa, dan lain sebagainya. Ada juga unsur-unsur Islami yang terdapat dalam prosesi sedekah bumi, diantaranya: pembacaan tahlil (tahlilan), zikir, istighosah, ziarah ke makam para leluhur, dan ceramah agama (pengajian) di malam harinya.

Kontributor

  • Dimas Aldi Pratama

    Asal Jombang Jawa Timur. Mahasiswa S1 Jurusan PAI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Talaqqi Akbar