Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Mengapa Moco Qur’an Sak Maknane Menjadi Tombo Ati?

Avatar photo
166
×

Mengapa Moco Qur’an Sak Maknane Menjadi Tombo Ati?

Share this article

Pujian, itulah tradisi yang kita kenal sejak dulu hingga kini yang terus dilantunkan oleh masyarakat muslim di Indonesia untuk mengisi waktu antara adzan dan iqomah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa waktu di antara azan dan iqomah adalah waktu mustajab. Pujian yang mayoritas berisi panjatan doa ini tentu bagian dari menjalankan perintah berdoa di waktu yang mustajab. Masyru’.

Selain doa, pujian ini tidak jarang berisi nasihat-nasihat. Di antara yang masyhur adalah pujian Tombo Ati. Dan di antara Tombo Ati ini adalah moco Qur’an sak maknane; membaca Al Qur’an dengan memahaminya; tilawah dan mengkaji tafsirnya.

Sayyidina Abi Bakar Al Shiddiq, sosok sahabat yang diyakini sebagai sahabat terhebat yang sudah mendapatkan jaminan masuk surga, dalam kitab Mawa’idz al-Shohabat karya Syeikh Sholih Ahmad Al-Syami berkata,

إن الله تعالى ذكر أهل الجنة فذكرهم بأحسن أعمالهم وتجاوز عن سيئاتهم فإذا ذكرتهم قلت إني لأخاف أن لا ألحق بهم

“Allah telah menyebutkan penduduk surga dengan (menerima) amal-amal terbaiknya dan mengampuni segala kesalahan-kesalahanya. Jika aku mengingat mereka maka aku berkata, ‘Sungguh, aku takut untuk tidak bisa berkumpul dengan mereka.’”

وإن الله تعالى ذكر أهل النار فذكرهم بأسوأ أعمالهم ورد عليهم أحسنه فإذا ذكرتهم قلت إني لأرجو أن لا أكون مع هؤلاء

“Dan Allah menyebutkan penduduk neraka dengan (membalas) kriminal-kriminal terparah yang telah dilakukan dan menolak kebaikan-kebaikan mereka. Jika aku mengingat mereka maka aku berkata, ‘Sungguh, aku berharap untuk tidak bersama mereka.’”

Khouf dan Roja’ Sayyidina Abi Bakar lahir di antaranya dari penghayatan beliau terhadap wahyu-wahyu Allah. Dalam penggalan nasehat ini tampak ketika beliau mengingat gambaran penduduk surga dan penduduk neraka. Tentu hal ini tidak bisa dilepaskan juga dari bimbingan Hadhrotur Rosul Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Betapa indahnya ketika pembacaan diiringi kepahaman serta kejernihan hati untuk mengamini dan melakukan isi bacaan. Pasti dari proses ini akan terlahir pribadi qur’ani, sehingga Al Qur’an benar-benar menjadi syifa’ (obat) baginya.

Di sinilah harapan kita semua, bagaimana ayat al-Qur’an yang kita baca atau bahkan kita hafal bisa berkualitas lafdhon wa ma’nan wa ‘amalan. Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Ahmad Roziqi

    Alumni Al-Azhar Kairo Mesir Fakultas Syariah Islamiyah. Mudir Ma'had Ali Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang Jawa Timur.