Persatuan Bangsa-bangsa menetapkan tanggal 15 Maret sebagi hari internasional untuk melawan Islamophobia. Al-Azhar menilai keputusan ini penting dalam upaya memerangi islamophobia di dunia Barat.
Al-Azhar Observatory for Combating Extremism (AOCE) menegaskan dalam sebuah pernyataan Kamis (17/3) lalu bahwa keputusan ini memberikan kontribusi signifikan dalam memadamkam sumbu-sumbu kebencian dan kekerasan yang menargetkan orang-orang muslim, terutama mereka yang tinggal di negara-negara nonmuslim.
AOCE menekankan bahwa keputusan tersebut merupakan pukulan menyakitkan bagi gerakan sayap kanan ekstrem yang mempromosikan kebencian terhadap orang-orang muslim dan lainnya di Barat.
Resolusi Majelis Umum PBB menegaskan hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta mendasarkannya pada resolusi 1981 yang menyerukan “penghapusan segala bentuk intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama atau kepercayaan.”
Resolusi PBB meminta semua badan afiliasinya, organisasi internasional dan regional serta semua negara di dunia untuk mengatur dan mendukung sejumlah besar acara penting yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di semua tingkatan berkaitan dengan penghentian fenomena Islamofobia.
Sebelumnya, Al-Azhar Observatory for Combating Extremism menghargai upaya pemerintah Kanada dalam meredam fenomena kebencian dan permusuhan terhadap Islam dan orang muslim.
Dalam sebuah pernyataan akhir Januari lalu, AOCE memuji pengumuman pemerintah Kanada yang menetapkan serangan terorisme di Masjid Agung Quebec pada 29 Januari 2017, yang menewaskan enam orang dan melukai puluhan jemaah sebagai hari nasional untuk memerangi Islamofobia. Dalam peringatan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam tindakan permusuhan terhadap Islam dan orang-orang muslim.
AOCE menekankan perlunya negara-negara Barat untuk meniru apa yang dilakukan Kanada dalam untuk menghadapi fenomena Islamofobia.