Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Dicap Teroris, Ikhwanul Muslimin Balik Serang Ulama Arab Saudi

Avatar photo
23
×

Dicap Teroris, Ikhwanul Muslimin Balik Serang Ulama Arab Saudi

Share this article

Ikhwanul Muslimin menentang keras pernyataan Dewan Ulama Senior Arab Saudi dan menyebut mereka hipokrit, menyusul sikap mereka yang menyebut organisasi bentukan Hasan Al-Banna itu sebagai teroris dan tidak mewakili cara Islam, serta menganjurkan umat Islam untuk menjauhi agenda-agendanya.

Sejumlah tokoh aktivis Ikhwanul Muslimin pun menyindir para ulama Arab Saudi. Tawakkol Karman menyebut orang-orang yang duduk di dewan ulama itu tak ubahnya bak penjilat, sementara Mohamed al-Mukhtar al-Shanqeeti, seorang peneliti di Qatar Foundation yang juga simpatisan IM menyebut pernyataan merekam tentang IM itu “cuma cari sensasi.”

Dewan Ulama Senior Arab Saudi Beberapa hari lalu mengeluarkan pernyataan frontal tentang Ikhwanul Muslimin dengan mengecap mereka sebagai kelompok sesat yang melahirkan pelbagai kelompok teroris ekstremis yang mendatangkan malapetaka terhadap negara dan rakyat.

Pernyataan itu bertepatan dengan kampanye Eropa yang menyinggung pergerakan IM di sejumlah negara di Eropa, terutama dari bahaya strategis yang ditimbulkan oleh ideologi dan metode IM dalam mengincar dan mendoktrin kaum muda dengan ide-ide anti-Barat.

“Gagasan anti-Barat yang berlebihan itu ternyata malah memotivasi mereka untuk membangun komunitas-komunitas yang eksklusif, mudah berprasangka buruk, dan akhirnya malah menebarkan kebencian ke mana-mana.” tulis Albawaba.

Para analis sendiri mengatakan bahwa pernyataan Dewan Ulama Senior Arab Saudi mengandung pesan yang sangat gamblang untuk Eropa bahwa IM tidak mewakili Islam dan ancamannya terhadap Islam juga sama seperti Eropa. IM sudah merasuk tatanan Islam selama beberapa dekade terakhir, bahkan mereka mampu mengontrol masjid-masjid, pusat keagamaan dan kegiatan amal.

Mereka juga melihat bahwa pernyataan tersebut sama saja seperti Kerajaan Arab Saudi cuci tangan dari para kelompok ekstremis dan tidak akan melindungi mereka dengan dalih agama. Di sisi lain, secara tidak langsung ia membiarkan negara-negara Eropa untuk mengejar IM dan memberangus seluruh cabang dan jaringannya di Eropa.

Pernyataan Dewan Ulama Senior Arab Saudi di atas juga selaras dengan motif penyelenggaraan KTT di Eropa yang beranggotakan Perancis, Jerman, dan Austria dalam menetapkan berbagai aturan dasar untuk memerangi tindakan ekstremisme dan pelbagai unsur terkait. Lebih-lebih, motif dasar konferensi ini adalah untuk menyerbu organisasi politik Islam yang berdiri di Eropa.

Abdullatif As-Sheikh, Menteri Urusan Islam, Advokasi dan Bimbingan Islam Arab Saudi, menulis di Twitter, “Saya telah mewanti-wanti terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh kelompok teroris Ikhwanul Muslimin ini selama lebih dari dua puluh tahun karena khawatir akan apa yang bakal menimpa agama, negara, warga negara kami dan umat Islam keseluruhan. Saya sendiri telah menerima banyak hujatan dari mereka atau para korban cuci otak mereka, yang merugikan diri, kehormatan dan harta pribadi. Saya tetap bertahan dan terus bertahan sampai saat dikeluarkannya pernyataan ini, dan sekarang tidak akan ada lagi yang akan menyepelekan atau menganggap remeh mereka.”

Para pengamat politik Saudi menilai bahwa pernyataan Dewan Ulama Senior Arab Saudi merupakan tanggapan atas antusiasme berlebihan IM terhadap kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS dan kemungkinan dampak negatifnya pada hubungan Saudi-Amerika.

Mereka menunjukkan bahwa di balik pernyataan itu, ada pesan tersirat dari Arab Saudi yang menyatakan bahwa upaya Ikhwanul Muslimin yang terlalu terburu-buru untuk menyambut dan merangkul Biden serta upayanya untuk memenangkan simpatinya, tidak akan mengubah pandangan Arab Saudi dalam mempertimbangkan bahwa mereka sebagai organisasi teroris yang banyak melahirkan kelompok-kelompok militan.

Di sisi lain, para aktivis di Yaman juga mendesak Arab Saudi melalui medsos untuk menambahkan Ikhwanul Muslimin cabang Yaman, Partai Islah ke daftar anti–IM mereka. Mereka beranggapan, partai ini terlalu sering membantu Qatar dan Turki, bahkan sampai mengorbankan upaya Arab Saudi untuk mengamankan implementasi dari Perjanjian Riyadh.

Mereka juga menjelaskan bahwa Partai Islah ini seolah-olah sudah menjadi kartu simpanan Turki untuk membuka jalan menjajah situs-situs penting di Yaman. Mereka juga menemukan fakta bahwa para pemimpin partai tersebut berbasis di Turki, di mana mereka terus melancarkan serangan virtual ke negara-negara koalisi Arab untuk mendukung legitimasi di Yaman. Mereka juga menuding, Arab Saudi punya andil dalam menampung para pemimpin IM lainnya dan memberi mereka peran vital dalam mendukung legitimasi Yaman.

Pada Maret 2014, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris. Tiga tahun kemudian, pada Juni 2017, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir mengeluarkan pernyataan bersama di mana merekam menetapkan 59 individu, termasuk tokoh Ikhwanul Muslimin, dan 12 badan amal dari berbagai negara sebagai teroris.

Pada Maret 2018, Pangeran Muhammad bin Salman menyebut Ikhwanul Muslimin sebagai sarang teroris, bahkan dalam sebuah wawancara televisi di jaringan televisi American CBS, dia berjanji untuk memberantas anggota-anggota IM dari sekolah-sekolah Saudi dalam waktu singkat.

Kontributor

  • Umar Abdulloh

    Santri Al-Azhar alumni Fakultas Hukum yang senang menertawakan dunia dan seisinya.