Dunia Islam telah kehilangan seorang ulama besar lulusan Al-Azhar, pakar tafsir, hadits dan fikih dari Suriah. Syekh Nuruddin Itr wafat pada Rabu 23 September 2020 Masehi bertepatan pada 6 Shafar 1442 Hijri. Banyak universitas di dunia Arab diberkahi dengan kegiatan mengajar beliau di sana.
Syekh Nuruddin Itr lahir di Aleppo Suriah dari keluarga yang memiliki tradisi keagamaan yang shaleh dan keilmuan yang kuat. Beliau bermarga al-Hasani, menganut akidah Asy’ariyah, bermazhab Hanafi sekaligus seorang sufi. Kepakaran beliau dalam disiplin ilmu hadits diakui sentaro dunia Islam. Beliau rajin mengajar, tekun menulis dan mentahqiq.
Syekh Nuruddin Itr lahir di kota Aleppo Suriah pada 1937 M/ 1356 H. Sang ayah Al-Hajj Muhammad Itr termasuk salah satu murid kinasih Al-Allamah Al-Jalil Al-Imam Asy-Syekh Al-Arif billah Muhammad Najib Sirajuddin. Ayah beliau seorang pengajar, pendidik dan pekerja keras.
Syahdan Al-Hajj Muhammad bernadzar memiliki keturunan yang akan dikhidmahkan untuk melayani agama. Dan Allah swt. pun mengabulkan. Lahirlah seorang putra yang kelak menjadi pelita umat. Nuruddin remaja menimba ilmu jenjang pendidikan menengah atas di Madrasah Tsanawiyah Syar’iyah Al-Khasrawiyah dan dikenal sebagai pelajar cerdas dan giat melebihi rata-rata teman sebangkunya. Dia lulus pada 1954 dan meraih prediket cumlaude.
Nuruddin muda kemudian melanjutkan studinya ke luar negeri. Universitas Al-Azhar Mesir menjadi destinasi intelektualnya. Dia kuliah lancar empat tahun dan meraih gelar license pada 1958. Dia tercatat sebagai alumni pertama dari angkatannya. Tidak dinyana, Nuruddin muda menjadi perhatian para gurunya dari kalangan masyayikh dan ulama-ulama besar Al-Azhar, tatkala mereka melihat kecerdasan, kegigihan dan keshalehan dalam pribadinya.
Baca juga: Kisah Kesederhanaan Guru Besar Al-Azhar yang Masih Naik Angkot
Allah swt. memudahkan dia menimba ilmu dari banyak ulama rabbani. Guru-guru beliau antara lain Syekh Musthafa Mujahid, Syekh Muhamamd Muhammad As-Samahi, Syekh Abdul Wahab Al-Buhairi dan Syekh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid. Namun sosok guru yang membentuk kecerdasan ilmu dan kebeningan spiritualnya adalah Sirajul Ummah Syekhul Islam Al-Allamah Syekh Abdullah Sirajuddin Al-Husaini pada tahun-tahun terakhir hidup beliau. Gurunya ini seorang pakar hadits bergelar Al-Hafizh dan ulama ahli tafsir. Syekh Nuruddin adalah keponakan beliau sendiri.
Pada tahun 1964, Syekh Nuruddin meraih gelar doktoral dari Jurusan Tafsir dan Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar dengan predikat mumtaz ma’a syaraf alias summa cumlaude. Judul disertasi beliau berjudul Thariqah At-Tirmidzi fi Jami’ihi wa Al-Muwazanah Bainahu wa Baina Ash-Shahihain. Disertasi ini dianggap sebagai percontohan disertasi yang baik dari segi penulisan muatan isi dan metodologi. Metode beliau dalam membuat kategorisasi bab perbab menjadi rujukan para pengkaji metodologi para ulama hadits.
Syekh Nuruddin Itr kemudian langsung kembali kampung halaman di Suriah. Beliau mengajar madrasah menengah atas dalam waktu tidak lama hingga kemudian diangkat menjadi dosen pengajar mata kuliah Hadits di Universitas Islam Madinah sejak 1965 hingga 1967.
Sesudah itu, Syekh Nuruddin Itr pulang ke Damaskus, mengajar di madrasah hingga kemudian menjadi dosen di Fakultas Syariah Universitas Damaskus. Beliau mengajar mata kuliah Hadits dan Tafsir di Fakultas Sastra di dua kampus; Universitas Damaskus dan Universitas Aleppo.
Selain kiprah mengajar di Madinah dan Damaskus, Syekh Nuruddin juga mengajar di sejumlah universitas Arab dan Islam dalam waktu yang tidak terlalu lama. Di samping itu, beliau juga mengisi majlis pengajian di beberapa masjid. Beliau masih aktif mengajar di kampus meski dalam usia beliau yang sudah terlampau sepuh. Dari keikhlasan dan kealiman beliau, lahir ribuan guru agama yang di antaranya menjadi ulama besar.
Syekh Nuruddin Its juga pernah diminta menjadi tenaga ahli yang mengkaji dan mengoreksi metode pendidikan jenjang sarjana dan pascasarjana di sejumlah universitas Arab.
Sepanjang karir, beliau sudah menjadi dosen pembimbing tesis dan disertasi. Karena beliau dikenal sangat teliti dan detail dalam memberikan penilaian.
Baca juga: Kisah Kesederhanaan Guru Besar Al-Azhar yang Masih Naik Angkot
Syekh Nuruddin Itr telah menulis lebih dari 50 kitab dalam bentuk karangan buku atau tahqiqan kitab. Yang paling terkenal antara lain Manhaj An-Naqd fi ‘Ulum Al-Hadits (Metodologi Kritik dalam Studi Ilmu Hadits). Kitab ini dinilai sebagai fase sejarah baru dalam ilmu Musthalah Hadits sesudah fase Syekhul Islam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Kitab beliau yang berjudul I’lam Al-Anam Syarh Bulugh Al-Maram didapuk sebagai “hadiah istimewa” bagi metodologi Hadits Tahlili. Syekh Nuruddin Itr menciptakan kebaruan dalam menjelaskan bagaimana para ulama fikih beristinbat menggali hukum-hukum yang berbeda-beda dari satu nash (teks) yang sama.
Karya-karya beliau identik dengan inovasi dalam kategorisasi bab perbab dan berisikan informasi yang padat dan jelas pada saat bersamaan. Sebagian besar karangan beliau dipercaya menjadi buku pegangan dan buku ajar mata kuliah di banyak universitas seperti Universitas Damaskus dan Universitas Al-Azhar.
Syekh Nuruddin Itr adalah bapak yang welas asih, guru yang tegas dan murabbi ruhani bagi murid-murid beliau. Yang pernah menjadi murid beliau pasti memiliki kesan mendalam dalam kehidupan ilmu dan dakwah mereka. Tidak sedikit madrasah dan ma’had berdiri berkat sokongan dana dari beliau. Diam-diam beliau juga sering memberikan uang kepada para pelajar.
Al-Allamah Syekh Nuruddin Itr merupakan sosok ulama rabbani dengan aura spiritual yang kuat. Penyucian jiwa adalah tujuan hidup beliau. Beliau berlaku zuhud dan tidak berambisi dengan jabatan dan kenikmatan dunia. Ridha Allah dan Rasulullah adalah cita-cita beliau. Sosok ulama yang rendah hati, toleran, khusyuk dan berhati lembut tercermin dalam pribadi beliau.
Orang-orang yang pernah menghadiri majlis beliau pasti tidak bakal menyangkal kalau-kalau Syekh Nuruddi Itr hidup dalam dunia orang-orang yang hatinya berpaut dengan Rasulullah SAW. Itulah sebabnya, beliau memilih menjauh dari sorot ketenaran di tengah berjibun prestasi yang telah beliau raih.
Maka tidak berlebihan bila kami mengatakan bahwa manhaj hidup beliau adalah meredam nafsu dan mendisiplini rendah hati meski kehormatan dan kewibawaan banyak diberikan kepada beliau layaknya anugerah yang Allah SWT berikan kepada orang-orang yang jujur, tulus dan istiqamah.
Saking cintanya kepada Al-Azhar, Syekh Nuruddin Itr pernah berkata, “Hal yang aku persiapkan untuk berjumpa dengan Allah adalah cintaku pada Al-Azhar.”
Semoga Allah SWT melimpahkan samudera rahmat dan menempatkan beliau di surga-Nya.
Diterjemahkan dari laman resmi Facebook Syekh Ali Jum’ah