“Sebetulnya ilmu mantiq adalah penyempurnaan dari ilmu logika klasik Yunani. Artinya ilmu ini telah melalui proses asimilasi dan pemeriksaan yang ketat oleh sarjana-sarjana Islam zaman dulu. Bisa dikatakan, mayoritas ulama besar Islam punya buku yang membahas tentang mantiq.”
Jakarta – Umat Islam punya warisan besar, tetapi warisan itu hanya diambil setengah-setengah, bahkan ada yang tidak menyadari bahwa dirinya punya warisan. Layaknya sebuah harta, umat Islam pantas memperebutkan warisan itu, apalagi warisannya berupa ilmu pengetahuan paling mendasar, yaitu Ilmu Mantiq, atau ilmu logika.
Ilmu Mantiq adalah warisan umat Islam yang besar, kalau tidak disebut paling besar. Alasannya, ia adalah fondasi untuk memahami segala apapun, baik yang bersifat rasional atau empirikal. Landasan ilmu yang satu ini menentukan kemajuan suatu peradaban. Peradaban yang punya cara berpikir paling logis lah yang berhak menahkodai peradaban.
Obrolan ringan namun penting ini terjadi saat kru Sanad Media sowan dengan Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid di kediamannya di Ciputat, Tangerang Selatan pada Senin (12/1/2025).
Gus Jazil, sapaan akrab politisi senior Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengaku sangat perhatian dengan pendidikan di pesantren saat ini yang mulai mengabaikan ilmu mantiq. Padahal ilmu ini sangat penting untuk mengasah nalar kritis para santri.
Pada konteks yang lebih pragmatis, ilmu mantiq justru menjadi alat utama membedah, meneliti dan mengkritisi fenomena agar terhindar dari sesat pikir yang berdampak pada langkah yang keliru dalam semua praktik kehidupan. Namun, faktanya pelajaran ini baru diajarkan pada santri tingkat lanjut, seolah santri baru tidak boleh berkenalan dengan mantiq.
”Mungkin ada stigma di beberapa aliran agama yang menganggap ilmu mantiq berpotensi pada pemikiran yang sesat karena hanya mengandalkan logika. Padahal logika yang baik dapat mengantarkan pada pemahaman agama yang baik pula,” kata Gus Jazil.
Sebetulnya ilmu mantiq adalah penyempurnaan dari ilmu logika klasik Yunani. Artinya ilmu ini telah melalui proses asimilasi dan pemeriksaan yang ketat oleh sarjana-sarjana Islam zaman dulu. Bisa dikatakan, mayoritas ulama besar Islam punya buku yang membahas tentang mantiq.
Sebut saja Imam Al Ghazali dengan Mi’yarul Ilm, Ibn Rusyd dengan Talkhis Al Burhan dan Syarh Aql, atau yang paling populer kitab As Sullam Al Munawraq karya fenomenal Al Akhdari. Dan tentu masih berderet kitab-kitab mantiq karya ulama Islam dari masa ke masa. Ini semua adalah warisan yang lebih berharga dari segepok emas sekalipun.
“Sebetulnya ulama-ulama kita sudah menyediakan ilmu mantiq dalam berbagai level, mulai dari tingkat pemula seperti kitab Isaghuri hingga level expert seperti Kitab al-Mabahith al-Mashriqiyyah karya Ibnu Sina. Ini semua adalah harta kekayaan logika umat Islam yang mulai ditinggalkan,” tegas Gus Jazil.
Pria lulusan Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) ini menyebut sudah tidak relevan lagi bagi pesantren untuk membatasi santri dalam mempelajari ilmu mantiq hanya untuk level tinggi saja.
“Ilmu mantiq harus dikenalkan kepada santri junior sehingga manfaat dari ilmu ini dapat langsung dirasakan. Kalau dirasa terlalu berat, ya diturunkan dosisnya, bukan tidak diajarkan sama sekali,” tegas Gus Jazil.
Kalau kita tengok ke belakang, dunia Barat baru mulai menerjemahkan ilmu logika dan filsafat Islam pada abad ke-12. Padahal Al Farabi sudah mengarang Al-Mantiq al-Kabir pada sekitar abad ke-10.
“Artinya Barat ketinggalan 2 abad dengan umat Islam terkait ilmu logika ini. Tetapi saat ini Barat telah memetik hasil dari ilmu ini dengan menjadi negara terdepan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata dia.
Kenyataan tersebut memang sangat memilukan bagi umat Islam, khususnya bagi kalangan pesantren yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam meruwat warisan maha dahsyat tersebut. Untuk itu, dirinya meminta kepada seluruh santri di Indonesia untuk secara serius merawat ilmu mantiq ini.
Tak hanya berbicara, keresahan Gus Jazil ini telah diterjemahkan menjadi langkah konkret dengan mendirikan pondok pesantren khusus Ilmu Mantiq. Pondok yang berlokasi di Gresik ini diniatkan khusus untuk meruwat Ilmu Mantiq dengan metode pengajaran modern.
“Kendalanya satu, pengajar yang memang konsern di ilmu mantiq ini tidak banyak. Saya berharap alumni Al Azhar bisa berkontribusi lebih di pondok ini. Saya juga mengapresiasi Sanad Media sebagai media yang cukup konsen dengan keresahan saya ini,” pungkasnya.