Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Fatwa

Perbedaan Ibadah, Qurbah dan Taat Yang Jarang Diketahui

Avatar photo
25
×

Perbedaan Ibadah, Qurbah dan Taat Yang Jarang Diketahui

Share this article

Tidak sedikit orang memahami bahwa ibadah, qurbah dan taat adalah istilah-istilah keagamaan yang bermakna sama. Padahal sejatinya ketiganya memiliki perbedaan mendasar. Salah satunya, menurut Darul Ifta Mesir, “taat lebih luas jangkauannya ketimbang ibadah dan qurbah.”

Sebelum memaparkan letak perbedaan ketiganya, Darul Ifta terlebih dahulu menjelaskan maksud dari ibadah secara etimologis dan terminologis.

Darul Ifta menjelaskan bahwa ibadah secara bahasa bermakna ketaatan, kepatuhan, dan tunduk. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا . إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا

“Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (QS. Maryam: 92-93)

Mengenai ayat ini, Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari mengatakan dalam kitab Tafsirnya, Jami’ Al-Bayan, 18/261, cetakan Mu`assasah Ar-Risalah, “Kecuali ia akan mendatangi Tuhannya kelak di hari kiamat sebagai seorang hamba, yang tunduk dan merendahkan diri di hadapan-Nya, serta mengakui kehambaannya.”

Sebagaimana pula disebutkan dalam firman-Nya:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Yakni (hanya kepada-Mu) kami taat dan tunduk.

Ibnu Al-Atsir mengatakan, makna ibadah secara bahasa adalah ketaatan disertai ketundukan dan kepatuhan. Sebagian ulama pakar etimologi mengatakan bahwa asal atau pokok penghambaan adalah kerendahan diri dan ketundukan. (Lihat Taj Al-‘Arus, karya Az-Zabidi, 8/330-331, cetakan Dar Al-Hidayah)

Baca juga: Darul Ifta: Hukum Baca Al-Quran Lewat Gawai saat Haid

Darul Ifta menegaskan bahwa istilah ibadah secara bahasa menunjukkan sikap seorang hamba merendahkan diri di hadapan Tuhannya, dengan penuh kepatuhan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna terhadap apapun yang diridhai-Nya.

Asal makna dari istilah Ta’abbud adalah At-Tadzallul (merendahkan diri). Dikatakan Ba’ir Mu’abbad, yakni unta yang ditundukkan. Dan Thariq Mu’abbad, yakni jalan yang tertundukkan, alias ditundukkan oleh kaki. (lihat Taj Al-‘Arus, 8/340)

Dalam kitab Al-Mukhashshash, 4/62 cetakan Dar Ihya At-Turats Al-‘Arabi, Ibnu Sidah mengatakan bahwa  asal makna dari istilah ibadah secara bahasa adalah merendahkan diri, dari perkataan Thariq Mu’abbad, yakni tertundukkan karena kebanyakan diinjak atau dilalui. Tharafah mengatakan dalam syairnya yang menggambarkan tentang untanya:

تباري عتاقا ناجيات وأتبعت * وظيفا وظيفا فوق مور معبد

Unta pacu berlomba-lomba saling menyusul

Langkah demi langkah di atas jalan Mu’abbad

Maksud dari jalan mu’abbad adalah jalan yang sering dilalui.

Dari jalan itulah, seorang hamba tunduk dan merendahkan diri di hadapan Tuhannya. Seluruh bentuk ketundukan yang tidak ada lagi ketundukan lain di atasnya, maka ketundukan itu adalah ibadah, entah itu atas dasar ketaatan pada Tuhannya ataupun tidak. Dan seluruh ketaatan kepada Allah atas dasar ketundukan dan merendahkan diri disebut dengan ibadah.

Darul Ifta menerangkan bahwa secara terminologi, makna ibadah tidak jauh dari makna kebahasaannya. Yaitu segala bentuk ketundukan yang disertai niat dan Ma’rifat (pengetahuan) terhadap Tuhan yang disembah. Ada pula yang mendefinisikan, ibadah adalah perbuatan orang mukallaf dalam melawan hawa nafsunya sebagai wujud pengagungan kepada Tuhannya. Keterangan ini bisa dilihat dalam kitab Al-Hudud Al-Aniqah, karya Syekhul Islam Zakaria Al-Anshari, halaman 77, cetakan Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir, Beirut, dan juga dalam kitab At-Ta’rifat, karya Al-Jurjani, halaman 189 cetakan Dar Al-Kutub Al-‘Arabi.

Perbedaan Ibadah, Qurbah dan Taat

Sebagian ulama membedakan ketiga makna dari istilah berikut, yakni Taat, Qurbah (mendekatkan diri), dan Ibadah.

Ibnu Abidin menyebutkan perbedaan ketiganya dengan menukil Syekhul Islam Zakaria Al-Anshari, dengan menetapkan bahwa prinsip-prinsip madzhab Hanafi tidak bertentangan dengan perbedaan makna istilah ini.

Sebagaimana yang juga dinukil dari Al-Hamawi, ulama kalangan Hanafiyah. Dia mengatakan dalam kitab Hasyiyah Radd Al-Muhtar ala Ad-Durr Al-Mukhtar, 1/106, cetakan Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, bahwa Taat adalah melakukan sesuatu yang akan mendapatkan pahala, entah tergantung pada niat maupun tidak, dan juga entah diketahui ia melakukannya karena pahala tersebut ataupun tidak.

Sedangkan Qurbah  adalah melakukan sesuatu yang akan mendapatkan pahala setelah ia mengetahui kepada siapa ia mendekatkan diri, meskipun tidak tergantung pada niat.

Sementara itu, Ibadah adalah segala sesuatu yang akan mendapatkan pahala dengan mengerjakannya, dan tergantung pada niat.

Baca juga: Tata Cara Peminjaman Emas dalam Islam

Amal perbuatan seperti shalat limat waktu, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya yang tergantung pada niat, semua itu masuk dalam kategori qurbah, taat, dan ibadah.

Adapun membaca Al-Qur’an, wakaf, memerdekakan budak, sedekah, dan lain sebagainya yang tidak tergantung pada niat, semua itu masuk dalam kategori qurbah dan taat, bukan ibadah. Dan jika dilihat dari aspek yang dapat menyebabkannya Ma’rifat kepada Allah, maka masuk dalam kategori taat, bukan qurbah maupun ibadah.

Darul Ifta menyimpulkan bahwa taat bermakna lebih umum daripada qurbah dan ibadah sehingga keduanya masuk dalam kategori ketaatan.

Taat adalah segala perbuatan yang pelakunya akan mendapatkan pahala, entah ia berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah atau tidak.

Sedangkan qurbah adalah melakukan sesuatu yang akan mendapatkan pahala dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, meskipun tidak disyaratkan adanya niat dalam pemberian pahala atas perbuatan ini.

“Sementara ibadah adalah melakukan apa yang diperintahkan Allah dan disyaratkan adanya niat untuk bisa mendapatkan pahala dari-Nya.” demikian terang Darul Ifta.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.