Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

6 adab berpuasa menurut Izzuddin bin Abdissalam

Avatar photo
32
×

6 adab berpuasa menurut Izzuddin bin Abdissalam

Share this article

“Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu. Kalau hanya berilmu iblis pun lebih tinggi ilmunya daripada manusia,” begitulah kata Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, sang guru sufi terkait pentingnya adab dan akhlak mulia dalam Islam.

Tidak terkecuali dalam hal berpuasa (khususnya puasa Ramadhan). Di dalamnya tersimpan segudang adab yang oleh Imam Izzuddin bin Abdissalam (w. 660 H) diringkas menjadi lima adab berpuasa dalam kitabnya Maqashid al-Shaum.

Pertama, menjaga lisan dan anggota badan dari perbuatan maksiat (hifdzul lisan wal jawarih ‘an al-mukhalafati).

Dalam hal ini, berpuasa sesungguhnya menahan diri dari lisan dan perangkat jasadiah dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada maksiat. Maka dari itu, orang yang tidak dapat menjaga lisan, puasanya tidak bernilai apa-apa dan tidak berdampak positif bagi dirinya.

Kata Syekh Izzuddin, “Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan justru mengerjakannya, maka Allah tidak memerlukan makan, minum dan hartanya.” Betapa banyak orang yang makan sahur, betapa banyak mereka yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali dahaga dan lapar.

Kedua, jika ada orang yang mengajak makan atau mengerjakan sesuatu yang dapat membatalkan puasa, maka berkatalah, “Aku sedang berpuasa (inni shaim).”

Dalam hadits Nabi saw, yang dikutip Syekh Izzudin, “Apabila ada orang yang mengajakmu makan, maka katakanlah “Aku berpuasa” (inni shaim)”. Hal ini penting dilakukan agar terhindar dari ajakan dan godaan yang dapat menjerumuskan diri ke dalam hal-hal yang unfaedah.

Ketiga, membaca doa ketika berbuka puasa.

Di dalam kitabnya, Syekh Izzuddin mengutip beberapa riwayat terkait bacaan doa berbuka puasa, di antaranya sebagai berikut

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

“Dahaga telah pergi, urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan, insya Allah.” (HR. Muslim Nomor 1150 dalam bab puasa)

اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت

Rasulullah ketika berbuka, berdoa: “Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka.” (HR. Abu Dawud)

الحمد لله الذي أعانني فصمت ورزقني فأفطرت

“Segala puji hanya milik Allah, yang menolongku sehingga aku berpuasa, dan yang memberi rezeki padaku sehingga aku membatalkan puasa.” (HR. Ibnu Sina dari Mu’adz bin Zuhroh dalam bab amal al-yaum wa al-lailah)

Keempat, berbuka puasa dengan kurma atau air yang dapat menyegarkan tenggorokan.

Kesunnahan ini merujuk kepada baginda Rasulullah saw bahwa sebelum mengerjakan shalat, beliau berbuka dengan makanan yang menyegarkan, beberapa kurma, jika tidak ada maka dengan air (HR. Ahmad, Abu Dawud dan al-Tirmidzi).

Dalam hadits yang lain, “Jika kamu sedang berpuasa, maka berbukalah dengan kurma, jikalau tidak mendapatinya maka dengan air.” (HR. Abu Dawud)

Kelima dan keenam, menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.

Karena di dalam sahur terdapat keberkahan (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi dan Ibn Majah). Selain itu, Nabi saw bersabda, “Senantiasa manusia dalam limpahan kebaikan, selama menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Demikianlah keenam adab berpuasa dari Syekh Izzuddin bin Abdissalam. Semoga puasa kita bernilai ibadah dan diterima oleh Allah swt. Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Senata Adi Prasetia

    Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Penikmat kajian keislaman, pendidikan Islam, pemikiran dan filsafat Islam, sosiologi dan studi al-Quran.