Rasulullah SAW menasehati para sahabat dan umat Islam bahwa barang siapa menggibah atau membicarakan orang lain dalam suatu majelis, hendaklah dia membaca doa kafaratul majelis.
Doa kafaratul majelis sebagaimana namanya adalah doa yang berisi 12 kata dan berisi kalimat-kaliamt tasbih, tahmid dan istighfar.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ جَلَسَ في مَجْلس فَكثُرَ فيهِ لَغطُهُ فقال قَبْلَ أنْ يَقُومَ منْ مجلْسه ذلك: سبْحانَك اللَّهُمّ وبحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إله إلا أنْت أسْتغْفِركَ وَأتَوبُ إليْك: إلا غُفِرَ لَهُ ماَ كان َ في مجلسه ذلكَ
“Barang siapa duduk di satu majelis dan ia banyak melakukan kekeliruan di dalamnya lalu ia berdoa sebelum berdiri dari majelisnya itu: ‘Mahasuci Engkau Ya Allah dan dengan memuji-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu,’ kecuali akan diampuni kekeliruannya di dalam majelisnya tersebut.” (HR. at-Tirmidzi)
Penjelasan Hadits Doa Kafaratul Majelis
Al-Mubarakfuri dalam Tuhfah al-Ahwadzi ketika menerangkan doa kafaratul majelis berkata: Sabda Rasulullah SAW “fakatsura” maksudnya adalah berbicara dengan kata-kata yang mengandung dosa. Hal ini ditunjukkan oleh sabda beliau selanjutnya, “ghufira lahu”.
Imam at-Thayibi berkata: Makna “Laghath” adalah berbicara dengan kata-kata bernada ejekan dan cemooh, dan bentuk ucapan lain yang tidak bermakna.
Kemudian sabda Nabi “Subhanaka allahumma wa bihamdika…” adalah kutipan dari firman Allah,
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ
“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.” (QS. ath-Thur: 48)
Hadits di atas menunjukkan bahwa seseorang ketika duduk dalam suatu majelis lalu dia banyak berbicara salah dan keliru, maka dosanya akan terhapus bila dia mengucapkan doa kafaratul majelis sebelum beranjak berdiri.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhanaka allahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika
“Mahasuci Engkau Ya Allah dan dengan memuji-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Apabila dia mengucapkan doa itu, maka kalimat itu menghapus kesalahan dan kekeliruan bicara yang dia lakukan.
Karena itu dianjurkan dalam suatu pertemuan untuk menutup majelis dengan membaca doa ini.
Dalam membuat majelis, dianjurkan untuk menyediakan ruangan yang luas karena majelis yang baik adalah majelis yang luas sehingga mampu menampung kehadiran banyak orang.
Rasulullah SAW bersabda,
خير المجالس أوسعها
“Sebaik-baik majelis adalah yang paling lapang.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
لأنها إذا كانت واسعة حملت أناسا كثيرين وصار فيها انشراح وسعة صدر وهذا على حسب الحال قد يكون بعض الناس حجر بيته ضيقة لكن إذا أمكنت السعة فهو أحسن لأنه يحمل أناسا كثيرين ولأنه أشرح للصدر
Hadis di atas menunjukkan tentang keutamaan majelis yang lapang karena majelis-majelis yang lapang termasuk sebaik-baik majelis. Sebab, jika majelis tersebut lapang (luas) maka dapat menampung banyak orang sehingga terdapat di dalamnya kelegaan dan kelapangan dada. Dan ini tergantung keadaan, karena terkadang sebagian ruangan rumah orang sempit, namun jika memungkinkan ruangannya lapang maka itu lebih baik berdasarkan alasan di atas. Wallahu a’lam.