Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Hikmah jumlah rakaat sholat berbeda-beda

Avatar photo
44
×

Hikmah jumlah rakaat sholat berbeda-beda

Share this article

Umat muslim diwajibkan sowan Tuhannya dalam bentuk sholat sehari semalam sebanyak 5 kali. Rasulullah Saw menerima amanat ini secara langsung dari Allah ‘azza wa jalla.

Saking pentingnya, Allah meminta Rasulullah Saw menghadap langsung, tanpa melalui perantara. Sholat adalah ibadah yang memiliki kedudukan paling tinggi. Orang yang meninggalkannya menerima konsekuensi berat, termasuk kafir bila ada orang Islam yang mengingkarinya.

Baca juga: 

Ibadah sholat 5 waktu berbeda-beda jumlah rakaatnya. Mungkin terlintas dalam benak, mengapa bisa demikian?

Sebenarnya dari awal perintah sholat yang diterima Nabi memang sudah begitu. Sebagian ulama menganggap bahwa yang demikian adalah ta’abbudi (dogmatis). Namun ada juga ulama yang menjelaskan alasannya, di antaranya adalah Syekh Sulaiman Al-Bujairimi.

Beliau mengatakan:

حِكْمَةُ كَوْنِ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ بَقَاءُ كَسَلِ النَّوْمِ وَالْعَصْرَيْنِ أَيْ الظُّهْرُ وَالْعَصْرُ أَرْبَعًا تَوَفُّرُ النَّشَاطِ عِنْدَهُمَا بِمُعَانَاةِ الْأَسْبَابِ وَالْمَغْرِبُ ثَلَاثًا؛ لِأَنَّهَا وِتْرُ النَّهَارِ وَلَمْ تَكُنْ وَاحِدَةً؛ لِأَنَّهَا بُتَيْرَاءُ تَصْغِيرُ بَتْرَاءَ مِنْ الْبَتْرِ وَهُوَ الْقَطْعُ، وَأُلْحِقَتْ الْعِشَاءُ بِالْعَصْرَيْنِ لِيَنْجَبِرَ نَقْصُ اللَّيْلِ عَنْ النَّهَارِ، إذْ فِيهِ فَرْضَانِ وَفِي النَّهَارِ ثَلَاثَةٌ لِكَوْنِ النَّفْسِ عَلَى الْحَرَكَةِ فِيهِ أَقْوَى.

Alasan mengapa Subuh berjumlah 2 rakaat adalah karena di waktu ini (pada umumnya) orang-orang masih malas dan letih, sebab baru bangun tidur. Adapun Dzuhur dan Asar dilaksanakan dengan 4 rakaat adalah karena di waktu ini orang-orang pada rajin (tenaganya pun masih bugar). 3 rakaat di Maghrib, karena ini adalah witirnya waktu siang. Sedangkan alasan Isya’ mendapat 4 rakaat sendiri adalah karena sholat Isya berfungsi sebagai penambal kekurangan-kekurangan yang ada di waktu malam, karena di waktu ini terdapat 2 sholat yang diwajibkan. Sedangkan di  waktu siang, ada 3 sholat, sebab pada waktu ini anggota tubuh itu lebih energik untuk dipakai beribadah.

Hikmah Rakaat Sholat Berbeda-beda

Kemudian, Syekh Sulaiman Al-Bujairimi juga menyampaikan hikmah mengapa jumlah rakaat sholat wajib lima waktu itu ada 17.

Beliau menuliskan:

حِكْمَةُ كَوْنِ عَدَدِهَا سَبْعَ عَشْرَةَ رَكْعَةً أَنَّ سَاعَاتِ الْيَقِظَةِ سَبْعَ عَشْرَةَ مِنْهَا النَّهَارُ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً وَنَحْوُ ثَلَاثِ سَاعَاتٍ أَوَّلُ اللَّيْلِ وَسَاعَتَيْنِ آخِرَهُ، فَكُلُّ رَكْعَةٍ تُكَفِّرُ ذُنُوبَ سَاعَةٍ، لِمَا رَوَى ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ مَرْفُوعًا أَنَّهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: «إنَّ الْعَبْدَ إذَا قَامَ يُصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ عَلَى عَاتِقِهِ فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ»

Hikmah mengenai jumlah rakaat sholat wajib ada 17 adalah karena waktu aktifitas manusia (pada umumnya) dalam sehari itu sejumlah 17 jam. Di waktu pagi beraktifitas selama 12 jam, dan di waktu malam beraktifitas sejumlah 5 jam (3 jam di permulaan malam dan 2 jam di waktu akhir malam sebelum pagi). Maka setiap rakaat yang ada di sholat itu melebur dosa yang dilakukan di setiap jam. Pendapat ini berdasar pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibbah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Ketika seorang hamba melaksanakan sholat, niscaya dosanya diletakkan di kepala atau tengkuknya. Setiaap kali dia ruku atau sujud, gugurlah dosa-dosanya.”

Maka dari itu jumlah rakaat itu sebanyak 17 rakaat. Semoga dengan mengetahui hikmah ini, kita lebih semangat dalam menjalankan ibadah sholat, terlebih sholat adalah ibadah yang diperiksa pertama kali kelak di hari kiamat.

Baca juga:

Keterangan jumlah rakaat shalat lima waktu berbeda-beda ini disarikan dari kitab Tuhfat al-habib ala syarh al-khatib (biasa dikenal dengan Hasyiyah Al-Bujairimi ala al-khatib) juz 1 halaman 381.

Kontributor

  • Ahmad Hidhir Adib

    Asal dari Pasuruan. Sekarang menempuh studi program Double degree di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada program studi PAI dan Fikih Muqaran dan tinggal Wisma Ma’had Aly UIN Malang.