Kewajiban fidyah umumnya sebagai pengganti dari puasa. Di beberapa keadaan, fidyah dijadikan sebagai kewajiban tambahan selain mengqadha puasa.
Beberapa keadaan yang mengharuskan untuk mengeluarkan fidyah adalah sebagai berikut:
1. Fidyah saja
a. Orang tua renta yang tidak mampu lagi berpuasa.
b. Orang sakit yang tidak memungkinkan untuk sembuh.
c. Orang yang wafat dan masih meninggalkan hutang puasa (menurut Qoul Jadid Imam Syafi’i).
2. Fidyah plus qadha
a. Orang hamil dan/atau menyusui yang takut akan keselamatan janin dan bayinya.
b. Orang yang punya hutang puasa dan belum mengqadhanya (dengan sengaja dan tanpa udzur) sampai datang Ramadhan berikutnya.
Ukuran fidyah yang dikeluarkan menurut mazhab Syafi’i adalah satu mud per satu hari puasa. Ukuran satu mud sekitar 600 gr.
Jenis fidyah yang dikeluarkan sama seperti apa yang dikeluarkan saat zakat fitrah. Jumhur ulama berpendapat bahwa tidak boleh mengeluarkan fidyah dalam bentuk uang.
Dalam mazhab Hanafi boleh mengeluarkan fidyah dalam bentuk uang, tapi perlu diketahui bahwa fidyah dalam madzhab Hanafi itu setengah sha’ (kira-kira 2,4 kg), dan satu sha’ menurut mereka kira-kira 4,5 kg. (Al-Bahru Ar-Ra‘iq, 2/308)
Barang siapa bertaklid dengan madzhab Hanafi dalam masalah ini harus mengeluarkan fidyah sesuai dengan ukuran mereka.
Fidyah diberikan hanya kepada fakir dan miskin, tidak boleh kepada golongan lain dari 8 orang yang berhak menerima zakat.
Boleh memberikan fidyah dua hari atau lebih kepada satu orang miskin. Bahkan boleh memberikan fidyah 30 hari Ramadhan kepada satu orang miskin, walaupun ini bukan afdhal.
Sulthanul ulama Imam Izzuddin bin Abdissalam mengatakan:
سد جوعة عشرة مساكين أفضل من سد جوعة واحدة عشرة أيام
“Mengganjal lapar 10 orang miskin lebih bagus dari mengganjal lapar satu orang miskin 10 hari.”
Tidak boleh memberikan fidyah kurang dari satu mud kepada 2 orang miskin sebagai ganti dari satu hari puasa. Misalnya setengah mud untuk satu orang miskin dan setengah lagi untuk orang miskin yang lain.
Waktu mengeluarkan fidyah minimal di malam hari atau sebelum terbit matahari di mana keesokan harinya dia tidak berpuasa. Jadi tidak sah mengeluarkan fidyah sebelum masuk Ramadhan sebagai ganti puasa dari puasa Ramadhan yang akan tiba atau mengeluarkan fidyah di awal Ramadhan untuk hari-hari berikutnya.
Dan sah jika mengeluarkan fidyah di akhir Ramadhan untuk hari-hari sebelumnya atau mengeluarkan fidyah puasa di bulan-bulan setelah Ramadhan.
Orang yang tidak mampu berpuasa karena tua renta misalnya ternyata tidak mampu juga mengeluarkan fidyah karena miskin maka ia tetap berkewajiban untuk melunasinya nanti ketika ia sudah mampu. (Pendapat Imam Ramli, Imam Syirbini, dll. Ada khilaf dalam madzhab)
Orang tua renta atau orang sakit yang tidak memungkinkan untuk sembuh ketika mengakhirkan bayar fidyah sampai datang Ramadhan berikutnya tidak dikenai kewajiban tambahan satu mud lagi.
Fidyah ini dinamai juga “Kaffarot Sughro” sebagai sandingan dari “Kaffarot Kubro” pada masalah jimak di siang Ramadhan. Wallahu a’lam.
Disarikan dari kitab Mi`ah Mas`alah wa Mas`alah fi ash-Shiyam karya Dr. Labib Najib.