Artikel
5 Pemberian Allah untuk Umat Nabi Muhammad di Bulan Ramadhan
Umat Nabi Muhammad merupakan umat yang sangat dimuliakan oleh Allah swt. Meski harus diakui, bahwa umat beliau merupakan umat akhir zaman, yang itu berarti menjadi umat paling dekat dengan hari kiamat, namun sangat dihormati oleh Allah.
Allah mengistimewakan umat Nabi Muhammad dengan nikmat-nikmat yang agung dan pemberian yang mulia. Karunia demikian merupakan penghormatan kepada Nabi Muhammad dan umatnya. Bahkan ada pemberian yang Allah berikan secara khusus tanpa melibatkan umat-umat sebelumnya.
Ada 5 pemberian Allah pada umat Nabi Muhammad yang tidak diberikan pada umat-umat sebelumnya. Dalam sebuah hadist Rasulullah saw bersabda:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌ قَبْلِي: أَمَّا وَاحِدَةٌ، فَإِنَّهُ اِذَا كاَنَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا. وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يَمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ. وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيِّنِي لِعِبَادِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِحُوْا مِنْ تَعْبِ الدُّنْيَا إِلَى دَارِيْ وَكَرَامَتِي. وَأَمَّا الخَامِسَةُ: فَإِذَا كاَنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا». فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: «لَا، أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ إِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَفّوُا أُجُوْرَهُمْ».
Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan, lima pemberian yang belum pernah diberikan kepada nabi-nabi sebelumku.
Pertama, pada awal bulan Ramadhan, Allah swt melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya.
Kedua, bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari bau minyak misik (kasturi).
Ketiga, para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam.
Keempat, Allah swt memerintahkan (penjaga) surga-Nya. Dia berkata kepadanya, “Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku.”
Kelima, pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka semuanya.
Seorang sahabat bertanya, “Apakah itu lailatul qadr wahai Rasulullah?”
Nabi menjawab, “Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya. (HR. Al-Baihaqi)
Syekh Abu al-Fadl al-Ghumari memberikan penjelasan lebih lanjut dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadhli Syahri Ramadhan terkait hadist di atas. Beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud pemberian pertama adalah, Allah melihat umat nabi Muhammad dengan pendangan inayah dan penuh rahmah, sehingga orang yang dilihat oleh-Nya dengan pandangan inanyah, tidak akan disiksa selamanya disebabkan rahmah Allah kepadanya.
Kemudian yang dimaksud “mulut orang berpuasa lebih baik dari bau minyak misik” ialah, dengan puasa oleh Allah akan memberikan pahala, sehingga dengan pahala tersebut bau orang berpuasa akan melebihi harumnya minyak misik. Atau bisa juga diartikan bahwa orang puasa akan mendapatkan pahala melebihi orang yang menggunakan minyak misik.
Dengan dua penjelasan di atas, Imam asy-Syafi’i menghukumi makruh bersiwak setelah tergelincirnya matahari (dzuhur), karena siwak bisa menghilangkan bau mulut orang berpuasa, padahal bau mulut orang puasa lebih baik dari minyak misik.
Selanjutnya, yang dimaksud “para malaikat memohon ampunan” ialah sebagai ganti dari kekeliruan mereka. Kekeliruan itu disebabkan sanggahan malaikat kepada Allah ketika hendak menciptakan manusia. Dalam al-Quran, Allah swt. berfirman:
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
“Mereka (malaikat) berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” (QS. al-Baqarah: 30)
Dengan kejadian tersebut, Allah memerintah para malaikat untuk memohon ampunan untuk menutupi kekeliruan tersebut. Namun, yang terpenting adalah bahwa para malaikat memohon ampunan untuk nabi Muhammad merupakan sebuah kenikmatan luar bisa yang tidak Allah berikan pada selain umat nabi Muhammad.
Berikutnya, yang dimaksud pemberian Allah yang keempat ialah, surga sudah mempersiapkan dirinya dengan penuh kenyamanan dan kenikmatan selama bulan puasa untuk orang-orang yang berpuasa.
Terakhir, yang dimaksud “Allah mengampuni dosa umat Islam pada malam akhir Ramadhan” ialah Allah akan mengampuni dosa umat Nabi Muhammad ketika selesai melakukan puasa pada akhir bulan ramadhan, dan sama-sama melakukan takbir kepada Allah atas nikmat yang Allah berikan berupa nikmat bisa melakukan puasa dan ibadah lainnya.
Dalam sebuah keterangan juga disebutkan, bahwa pada malam tersebut dikenal dengan istilah malam kebolehan (lailatul jaizah), karena keesokan harinya, Allah memberikan kebebasan perihal makanan untuk umat Nabi Muhammad, serta Allah berikan ampunan dan ridha-Nya kepada mereka.
Pada akhir penjelasan dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Romadhon, Syekh Abu al-Fadl al-Ghumari mengatakan bahwa pemberian Allah swt, kepada umat Nabi Muhammad secara khusus tidak hanya 5 pemberian di atas, karena masih banyak pemberian Allah khusus untuk mereka selain yang telah disebutkan. Diantaranya adalah:
Pertama, menyelamatkan manusia dari neraka setiap buka puasa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadist. Rasulullah bersabda:
لِلّهِ عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عُتَقَاءُ
“Allah memiliki dalam setiap buka puasa orang-orang yang diselamatkan (dari api neraka).” (HR. Al-Baihaqi)
Hanya saja, ada syarat yang harus dipenuhi orang puasa agar bisa mendapatkan jaminan kebebasan dari api neraka ketika buka puasa. Yaitu: tidak boleh buka puasa dengan sesuatu yang haram, karena orang yang buka puasa dengan makanan haram tidak akan mendapatkan jaminan selamat dari neraka.
Kedua, dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka, serta dibelenggunya setan.
Ketiga, diterimanya doa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadist. Rasulullah bersabda:
اِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ مَا تُرَدُّ
“Sesungguhnya orang berpuasa memiliki doa yang tidak ditolak ketika buka puasa.” (HR. Al-Baihaqi)
Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.
Baca Juga
Wibawa Nabi melebihi ketampanannya
02 Oct 2024