Artikel
Empat Nasihat Abu Bakar agar Hidup Bernilai Ibadah
"Mung mampir ngombe," itulah nasihat bahasa Jawa yang sering kita dengar. Hanya singgah minum. Karena memang kehidupan dunia tidaklah abadi. Semua kita pasti tahu ini tapi tidak semua dari kita bergegas untuk menyiapkannya.
Sayyiduna Abu Bakar dalam sebuah nasihatnya yang diabadikan dalam kitab Mawa'idh ash-Shahabah karya Syekh Shalih Ahmad asy-Syami menyatakan:
أما تعلمون أنكم تغدون وتروحون في أجل معلوم؟
“Apakah kalian mengetahui bahwa kalian semua akan meninggalkan (dunia ini) dalam waktu yang sudah ditentukan?”
Pertanyaan ini tentunya tidaklah membutuhkan jawaban. Pertanyaan ini semacam penegasan bahwa kehidupan di dunia tidaklah abadi. Pasti kembali pulang. Mati. Hanya menunggu waktu saja. Tidak lebih.
Lalu apa yang kita siapkan? Tentunya adalah ibadah yang kita harapkan darinya keridhaan Allah. Sebisa mungkin semua gerak dan diam kita bisa bernilai ibadah.
Baca juga: Sebuah Seni untuk Mengabadikan Nasihat guru
Sayyiduna Abu Bakar melanjutkan nasihatnya seraya memberi jalan bagaimana agar aktifitas kita bernilai ibadah. Beliau dawuh:
ولا خير في قول لا يراد به وجه الله تعالى
“Ucapan itu tiada bernilai kebaikan sama sekali jika tidak diniatkan untuk ibadah.”
Berkata adalah aktifitas yang hampir pasti dan paling sering kita lakukan. Sebisa mungkin marilah ucapan ini bisa bernilai ibadah dengan cara menghindari ucapan yang diharamkan oleh syariat. Syukur-syukur jika ucapan kita mengandung kemanfaatan bagi orang lain. Beribadah dengan bertutur kata yang baik.
ولا خير في مال لا ينفق في سبيل الله عز وجل
“Harta yang tidak dibelanjakan di jalan Allah tidaklah bernilai kebaikan.”
Harta yang kita miliki bisa menjadi pundi-pundi kebaikan bagi kita, yaitu dengan cara menggunakannya sesuai dengan syariat, bukan digunakan untuk maksiat. Mencukupi kebutuhan diri, anak dan keluarga terlebih orang lain adalah salah satu cara menyalurkan harta kita dengan benar. Terlebih menggunakannya untuk memperjuangkan ilmu dan pendidikan, ini adalah harta yang bernilai ibadah.
ولا خير فيمن يغلب جهله حلمه
“Tidak ada kebaikan bagi akal yang terkalahkan dengan kebodohan.”
Baca juga: Nasihat Syekh Yusri Jika Kamu Merasa Dunia Tidak Adil
Akal adalah karunia Allah kepada manusia. Dengannya manusia menjadi lebih dibanding makhluk hidup yang lain. Tiadalah bisa memberikan nilai lebih bagi kita manakala kita masih kalah dengan hawa nafsu sehingga kita masih dalam kubangan maksiat sebagai pertanda kita belum bisa memahami bahwa kita adalah hamba yang diatur oleh Sang Pencipta yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya.
ولا خير فيمن يخاف في الله لومة لائم
“(Patuh dan tunduk) kepada Allah dengan masih memperhitungkan celaan orang lain belumlah bernilai kebaikan.”
Belajar ikhlas; memurnikan ibadah kita benar-benar untuk Allah, inilah target utama kita sebagai hamba Allah. Kepatuhan kita kepada Allah bukan lagi dipengaruhi oleh faktor yang lain. Murni karena Allah.
Inilah sepenggal nasihat Sayyidina Abu Bakar untuk kita semua. Semua gerak dan diam kita; ucap dan perilaku kita semoga bernilai ibadah bagi kita. Amin.
Alumni Al-Azhar Kairo Mesir Fakultas Syariah Islamiyah. Mudir Ma'had Ali Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Baca Juga
Belajar Nahwu dulu, Balaghah kemudian
05 Nov 2024