Artikel
Menepis Isu Nepotisme Khalifah Utsman bin Affan
Utsman bin Affan (w. 35/656) adalah seorang sahabat Nabi Saw yang menjadi menantu Rasulullah. Dia menikahi Siti Ruqayyah dan Umm Kultsum, sehingga mendapat gelar “Dzun Nurain” (yang punya dua cahaya).
Utsman dibaiat menggantikan Khalifah Umar bin Al-Khattab pada Dzul Hijjah 23 H di usianya yang ke-70, dengan kesepakatan Dewan Syura pilihan Umar.
Khalifah ketiga ini menjabat selama lebih dari 10 tahun. Dia berhasil menorehkan beberapa pencapaian penting dalam Islam.
Di antara prestasinya adalah kebijakan menyatukan tulisan Al-Quran dalam satu mushaf yang disebut dengan “mushaf Utsmani”.
Kebijakan ini diambil untuk menutup kekacauan bacaan Al-Quran akibat lahjah (dialek) bahasa Arab yang semakin beragam. Di masanya, Islam meluas hingga ke Armenia, Azerbaijan, dan Afrika.
Baca juga: Kisah Utsman bin Affan dan Penghayal Perempuan
Perangainya lembut dan sangat pemalu. Sangat dermawan dan pecinta Al-Quran bahkan dia syahid tatkala membaca Al-Quran.
Sifatnya yang demikian dimanfaatkan oleh beberapa politisi yang tidak senang padanya. Sehingga pemerintahannya dianggap nepotisme. Ia dianggap hanya menguntungkan kerabat dekatnya saja, Bani Umayyah.
Menurut seorang sejarawan kontemporer, Raghib As-Sirjani, tuduhan semacam ini tak mendasar. Sebab data di lapangan sangat berbeda.
Beberapa pejabat yang dianggap kerabat Utsman ternyata sudah menjabat jauh sebelum ia menjadi khalifah, yakni semenjak Abu Bakar atau Umar. Selain itu jumlah mereka sangat sedikit bila dibandingkan dengan non kerabat. Jadi tuduhan nepotisme terbantahkan.
Lihat daftar para amir (gubernur) yang ditugaskan Utsman berikut: Ya’la bin Umayyah At-Tamimi sebagai amir Yaman, Abdullah bin Amr Al-Hadrami amir di Mekah, Jarir bin Abdullah Al-Bajali di Hamazan, Al-Qasim bin Rabiah As-Tsaqafi di kota Thaif, Abu Musa Al-Asy’ari di Kufah, Abdullah bin Amir bin Qaridz di Bashrah, Abdullah bin Said bin Abi Sarah di Mesir, Muawiyah bin Abu Sufyan di Syam, Abdurrahman bin Khalid bin Wali Al-Makhzumi di Homs, Hubaib bin Maslamah Al-Qurasyi di Qansirin, Abu Al-A’war As-Sulami Jordania, Alqamah bin Al-Hakam Al-Kan’ani di Palestina, Al-As’ast bin Qais Al-Kindi di Azerbaijan, As-Sa’ib bin Al-Aqra’ As-Saqafi di Asfahan.
Dari semua daftar amir hanya dua orang yang masuk kerabat Utsman: Muawiyah bin Abu Sufyan dan Abdullah bin Amir bin Qaridz. Selebihnya bukan kerabatnya.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Mushaf Al-Quran
Jabatan tinggi negara di masa Utsman kenyataannya diserahkan kepada non-Bani Umayyah: kehakiman diserahkan pada Zaid bin Tsabit Al-Anshari, Baitul Mal diserahkan pada Uqbah bin Amir Al-Juhani, Urusan Haji kepada Abdullah bin Abbas Al-Hasyimi, Urusan Pajak kepada Jabir bin Fulan Al-Muzani dan Sammak Al-Anshari, Urusan perang kepada Al-Qa’qa’ bin Amr At-Tamimi, Kepolisian dan Keamanan kepada Abdullah bin Qunfuz dari Bani Taim.
Jadi isu bahwa Utsman bin Affan nepotisme adalah bohong. Isu ini ‘digoreng’ untuk menyudutkan sang khalifah dan menggembosi kekuasaannya.
Lagi pula, jika kebijakan Khalifah Utsman memang nepotis, para sahabat lain tak akan diam. Mereka adalah para sahabat pilihan Rasulullah yang berani menyuarakan kebenaran. Tak mungkin diam menyaksikan pelanggaran kode etik sang khalifah.
Kiai muda asal Madura. Mengkaji sejumlah karya Mbah Kholil Bangkalan. Lulusan Al-Azhar, Mesir. Katib Mahad Aly Nurul Cholil Bangkalan dan dosen tasawuf STAI Al Fithrah Surabaya
Baca Juga
Wibawa Nabi melebihi ketampanannya
02 Oct 2024