Kisah

Hubungan Baiat Aqabah dan Hijrah Nabi ke Madinah

10 Aug 2021 10:20 WIB
2223
.
Hubungan Baiat Aqabah dan Hijrah Nabi ke Madinah

Sebelas tahun Rasulullah SAW menderita keterasingan di tengah kaumnya sendiri, dan di antara suku-suku yang ada di sekitar Makkah.

Sebelas tahun Rasulullah SAW berjuang menghadapi berbagai rintangan dan penderitaan yang sangat berat tanpa mengenal istirahat dan ketenangan. Setiap saat kaum Quraisy terus mencari peluang untuk menyakiti bahkan membunuh beliau. Namun, semua itu tidak mengendurkan tekadnya, tidak pula melemahkan semangat dan perjuangannya.

Sepanjang fase ini, setiap musim haji tiba, Nabi SAW memperkenalkan diri kepada orang-orang yang datang ke Masjidil Haram dari berbagai suku yang berbeda-beda. Beliau membacakan Kitabullah dan mengajak mereka mengesakan Allah. Namun, tidak seorang pun menyambut ajakan beliau.

Buah yang dinanti-nantikan ini justru datang dari luar Quraisy, jauh dari kaum Rasulullah SAW sendiri, padahal beliau telah bergaul dan hidup di tengah mereka sekian lama.

Ketika berada di Aqabah (antara Mina dan Makkah, tempat melempar jumrah Aqabah), beliau bertemu dengan sekelompok orang dari Suku Khazraj, yaitu As‘ad bin Zurarah, Auf bin Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin Amir, Uqbah bin Amir, dan Jabir bin Abdullah. Merekalah yang dikehendaki kebaikan oleh Allah SWT.

Nabi bertanya, “Siapakah kalian?”

Mereka menjawab, “Kami orang Khazraj.”

Beliau kembali bertanya, “Apakah kalian sekutu (aliansi) kaum Yahudi?”

Mereka pun menjawab, "Iya."

Kemudian  beliau mengajak mereka berbincang, memperkenalkan Islam,  menyeru mereka ke dalam Islam, dan membacakan Al-Qur'an.

Karena faktor kedekatan dengan kaum Yahudi, menjadikan mereka mau menerima seruan Islam. Sudah diketahui bahwa kaum Yahudi adalah Ahlul Kitab dan dikenal sebagai kelompok yang berilmu. Kabar tentang Nabi baru ini pula datangnya dari orang Yahudi.

Selama tahun itu, tersebarlah Islam di Madinah. Pada musim haji berikutnya, dua belas laki-laki Anshar datang menemui Rasulullah SAW di Aqabah. Inilah Baiat Aqabah Pertama. Orang-orang yang ikut dalam Baiat Aqabah Pertama ini antara lain As‘ad bin Zurarah, Rafi’ bin Malik, Ubadah bin Ash-Shamit dan Abu Al-Haitsam bin At-Tihan.

Sebelum mereka pulang ke Madinah, Rasulullah SAW menugaskan Mush‘ab bin Umair untuk pergi bersama mereka guna membacakan Al-Quran, mengajari mereka tentang Islam, dan membantu mereka memahami agama. Karena tugas inilah, Mush‘ab bin Umair dijuluki Muqri’ Al-Madînah (pembaca Al-Quran bagi Madinah).

Mush’ab bin Umair kembali ke Makkah pada musim haji berikutnya bersama serombongan besar kaum Muslim Madinah yang berjumlah 70 orang laki-laki dan dua orang perempuan, yaitu Nasibah binti Ka‘b dan Asma binti Adi. Mereka secara diam-diam menemui Rasulullah SAW dan beliaupun membaiat mereka. Inilah baiat Aqabah kedua.

Baiat Aqabah Kedua merupakan langkah pertama yang menyiapkan hijrahnya Nabi SAW dan kaum Muslimin ke Madinah Munawwarah. Karena intensitas gangguan, musibah dan cobaan semakin berat menimpa kaum Muslimin yang dilancarkan kaum musyrik, akhirnya para sahabat menemui Rasulullah SAW dan meminta izin untuk hijrah. Beliau pun menjawab, “Aku telah diberitahu bahwa tempat hijrah kalian adalah Yatsrib. Siapa saja yang ingin pergi, pergilah ke sana.”

Semua sahabat Rasulullah SAW hijrah secara diam-diam, kecuali Umar bin Al-Khathtab RA. 

Diriwayatkan bahwa saat Umar RA hendak hijrah, ia mengikat pedang di pinggangnya serta membawa busur, panah, dan tongkatnya lalu berjalan menuju Ka'bah yang dipadati kaum Quraisy. Setelah melakukan tawaf tujuh kali dengan mantap dan tenang, ia menghampiri Maqam Ibrahim dan mendirikan shalat. Lalu ia berdiri seraya berkata, “Hai wajah-wajah yang celaka! Wajah-wajah yang hanya akan dikalahkan Allah! Siapa saja yang ingin ibunya kehilangan anaknya, atau anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda,temuilah aku di balik lembah ini.”

Demikianlah seterusnya. Sambung-menyambung kaum Muslimin hijrah ke Madinah sehingga yang tersisa di Makkah hanya Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ali, orang yang disiksa, orang yang dikurung, orang yang sakit, atau orang yang terlalu lemah untuk pergi.

Disarikan dari kitab Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah, karya Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthi.

Arif Khoiruddin
Arif Khoiruddin / 102 Artikel

Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: