Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Ngaji Gus Baha: Orang Alim lebih Mulia dari Wali

Avatar photo
30
×

Ngaji Gus Baha: Orang Alim lebih Mulia dari Wali

Share this article

Melanjutkan tulisan sebelumnya yang berjudul “Mengapa Kedudukan Orang Alim itu Mulia”, Gus Baha juga menyoroti sebagian masyarakat yang mulai bergeser dalam memandang siapa itu wali.

Zaman sekarang, masyarakat umum lebih gemar menganggap sosok wali hanya sebatas mereka yang memiliki kejadugan atau keramat belaka. Keramat bisa membaca isi pikiran seseorang, bisa menyembuhkan, doanya manjur dan lain sebagainya.

Lantaran anggapan itu ayahanda Gus Baha pernah melempar guyonan.

Masak iya yang hafal dua ayat dikatakan wali, yang hafal 30 juz nggak dikatakan wali juga, kan aneh-anaeh saja.” cerita Gus Baha sambil tertawa.

Beda Wali dan Ulama

Satu perumpamaan, seorang wali terkenal yang biasa disowani dan mendapat salam tempel (amplop) dari tamu-tamunya. Mungkin itu bagus, tetapi kebaikan itu terhenti hanya untuk dirinya sendiri. Sementara bagi agama Islam sedikit sekali memperoleh keuntungan darinya.

Sedangkan, para alim ulama yang mengajarkan hukum fikih kepada masyarakat awam. Seperti mengajarkan najis, suci, halal, dan haram. Menjabarkan tuntunan shalat jumat yang sah dan tidak sah seperti apa. Meskipun tampak hal yang biasa saja, justru inilah yang menjadikan tatanan Islam lebih tertata.

Maka mengherankan bila para alim ulama tidak dianggap wali juga. Padahal mereka sudah menebar kebermanfaatan dan memastikan tatanan ajaran Islam berjalan dengan rapi dan tertib. Bagi Gus Baha anggapan seperti itu sangat egois dan berbahaya.

Tidak masalah, siapa saja boleh kamu anggap sebagai wali, tapi jangan sampai kamu tidak menganggap seorang ulama itu wali juga!” tegas santri kinasih Mbah Maimoen Zubair itu

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Al-Qur’an LP3IA ini juga mengutip perkataan dari Imam Syafii.

Kalau para alim ulama sudah tidak dianggap wali, maka sudah tidak ada wali di dunia ini.

Ilmu dan akhlak orang yang alim adalah cahaya di alam semesta ini yang menerangi manusia dari kegelapan kepada alam yang terang-benderang. Maka betul adanya ungkapan yang berbunyi “matinya orang alim sama dengan matinya alam semesta”.

Kontributor