Berita

Sultan Mehmed II Lihat Drone, Terobosan Pameran Miniatur dari Istanbul

26 Aug 2020 04:44 WIB
1251
.
Sultan Mehmed II Lihat Drone, Terobosan Pameran Miniatur dari Istanbul

Sebuah pameran miniatur digelar di Istanbul bulan Agustus. Seniman dari berbagai mancanegara digaet  untuk memberikan sentuhan baru dua dimensi.

Pameran miniatur berjudul Miniature 2.0: Miniature in Contemporary Art diadakan di Museum Pera yang terletak di distrik Beyoglu, Istanbul. Distrik di sisi Eropa ibukota itu merupakan salah satu tempat bersejarah Turki. Rencananya, pameran ini akan berlangsung sampai 17 Januari tahun depan.

Awalnya, pameran Miniature 2.0 digelar pada 26 Maret lalu. Namun 10 hari sebelum dibuka, Musem Pera ditutup karena pandemi Corona. Diberitakan TRT World, Selasa (25/8), eksibisi ditunda sampai musem dibuka kembali 16 Juni lalu.

Gulce Ozkara dan Azra Tuzungolu, Founder Galeri Pilot di Istanbul didaulat menjadi kurator. Pameran miniatur ini berhasil memenuhi dua lantai Musem Pera yang baru selesai direnovasi. Beberapa seniman mancanegara juga turut hadir, mulai dari Iran, Irak, Pakistan, Saudi Arabia, hingga Azerbaijan.

Dahulu, miniatur hanya terbatas pada buku yang dihias dengan indah. Kemudian ia berkembang menjadi bentuk seni dua dimensi yang mengagumkan. Namun titik fokus miniatur sekarang tertuju pada kolonialisme, orientalisme, ketimpangan ekonomi, gender, dan politik identitas. Miniatur sedang mengambil kehidupanya sendiri.  

Menurut website Musem Pera, para seniman yang hadir tidak menjadikan miniatur semata-mata sebagai objek sejarah. Mereka juga menekankan potensi miniatur sebagai sebuah bentuk seni kontempoter.

Menggunakan bentuk-bentuk seperti skluptur, video, tekstil, dan instalasi, para seniman berhasil mengeluarkan seni miniatur yang berabad-abad hanya terdiam di dalam buku-buku. Mereka berhasil menciptakan dimensi baru, mencari cara agar seni miniatur mampu bertahan di dunia seni kontemporer.

Para seniman dengan ciamik mengulik bentuk dari representasi karya seni bersejarah masa lampau lalu menambahkan padanya perkembangan sosial politik zaman sekarang dari berbagai belahan dunia.

Karya seniman Turki, Halil Altindere tahun 2018 yang berjudul Sultan’s Accession to the Throne Ceremony with Drone, dibuat dengan bantuan para miniaturis seperti Filiz Adiguzel, Fatma Akdas dan Ayse Yilmaz Ozturk, mencipta-ulang lukisan Konstantin dari Kapidag tahun 1789.

Sultan Mehmed II melihat drone.

Lukisan tersebut seolah-olah membawa pengunjung kembali ke masa silam dengan memasukkan lukisan Sultan Mehmed II (Sultan Muhammad Al-Fatih) menengok ke atas seakan-akan tengah melihat pesawat nirawak. Ada juga lukisan seseorang yang sedang selfie di dalamnya. Sangat berbeda dari karya miniatur tradisional.

Baca juga: Kaligrafi, Mistisisme, dan Segudang Kerumitannya

Dalam karya instalasi Dana Awartani tahun 2017 yang berjudul “I Went Away and Forgot You. A While Ago I Remembered. I Remembered I’d Forgotten You. I Was Dreaming”, seniman berdarah Palestina-Saudi itu menggunakan pasir warna untuk membuat pola ubin tradisional islami yang terinspirasi dari sebuah rumah terlantar di Jeddah, yang dulu pernah ditinggali kakeknya.

I went away and forget you, karya Dana Awartani

Selesai mengerjakan instalasi, Awartani mulai menyapu pasir yang prosesnya didokumentasikan menggunkan video. Video tersebut kemudia ikut dipamerkan di belakang patern pasir yang rumit.

Karya Awartani menjadi “simbol tentang destruksi identitas dan warisan budaya kita,” ulas sebuah tulisan di situs Museum Pera. “Motif dia bukan untuk menyerang modernisasi, namun untuk menunjukkan pentingnya budaya lama dan baru untuk hidup berdampingan.”

Selain dua karya di atas, ada juga karya salah satu seniman Amerika kelahiran Irak, Hayv Kahraman.

Kahraman menciptakan lukisan portrait seorang wanita yang duduk di bawah pohon Naboq dengan kulit yang terang dan pipi yang merona. Dia menggunakan fotonya sendiri sebagai model, seolah ingin menanyakan, "Apa yang membuat seseorang menjadi warga negara Irak? Wanita, pengungsi ataukah seorang berkebangsaan Swedia?”

Naboq

Semua karya tersebut mengingatkan pengunjung terhadap kemampuan menangkap kembali momen masa lalu pada masa sekarang seraya menampilkan kisah masing-masing seniman.

Baca juga: Katedral Notre-Dame; Bagaimana Peradaban Barat Mencurinya dari Timur

"Karya-karya dalam pameran miniatur ini,” seperti dikatakan Gulce dan Azra, “mengajak aksi melawan nostalgia yang membekukan miniatur dalam waktu dan memisahkannya dari konteks budayanya.”

Dua kurator itu menambahkan bahwa pada era sekarang, seiring dengan tumbuhnya kerinduan pada sejarah palsu, mungkin masa lalu itu sendiri perlu diperdebatkan. “Agar masa kini dan masa depan menjadi lebih baik,” imbuh mereka.

Mereka mengatakan wacana-wacana “berpikir lokal bertindak global” seperti pameran miniatur ini menunjukan urgensi berpikir lintas budaya dan berskala internasional. Bentuk-bentuk perlawanan kreatif terbukti sudah mulai bermunculan di berbagai penjuru dunia. “Kita wajib menyegarkan cara berpikir kita dalam melihat dunia, seperti seni miniatur yang terus berkembang dan terperbarui.” jelas mereka.

Ahmad Saifudin
Ahmad Saifudin / 10 Artikel

Pria asal Tuban, Jawa Timur. Alumni Universitas Al-Azhar. Selama di Kairo, aktif di LSBNU PCI NU Mesir. Meminati musik, kopi, seni dan sejarah. Penggila berat Manchester United. Sekarang menjadi editor kreatif video di channel Youtube Sanad Media.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: