Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Sanad Media

Mengapa Orang Muslim Kerap Jadi Sasaran Intoleransi di India?

Avatar photo
29
×

Mengapa Orang Muslim Kerap Jadi Sasaran Intoleransi di India?

Share this article

Observatorium Al-Azhar untuk Memerangi Ekstremisme dalam rilis laporan terbarunya, menemukan terjadinya banyak tindakan intoleran, kekerasan dan diskriminasi dari kelompok Hindu ekstremis di India, negara yang diklaim sebagai salah satu negara paling demokratis di dunia. Umat Islam menjadi sasaran paling sering mereka. Masyarakat muslim India, di mata mereka, bagian dari warga negara.

Data sensus 2011, Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Hindu di India. Jumlah umat Islam di sana sekitar 14,2% atau 172 juta jiwa. Artinya, mereka tidak bisa dikatakan sebagai kaum minoritas, namun layak dianggap kalangan mayoritas kedua yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban sebagaimana mayoritas utama.

Lembaga think-tank Al-Azhar yang berfokus memantau arus radikalisme dan ekstremisme global, seperti dikutip Akhbarelyom Senin (17/8,) menyatakan bahwa anggapan minoritas yang disematkan untuk mereka inilah yang dicoba untuk dihilangkan Al-Azhar.

Asumsi di atas dapat mendatangkan pengaruh negatif dalam kehidupan bermasyarakat, yakni memunculkan superioritas-inferioritas. Padahal semua lapisan masyarakat yang tinggal di suatu negara, layak dan harus dianggap satu kesatuan yang sempurna tanpa ada diskriminasi.

Maka dari itu, Al-Azhar senantiasa menyuarakan bahwa terorisme dan ektrimisme tidak ada kaitannya dengan agama dan keyakinan, namun berkaitan dengan pribadi masyarakat yang cenderung pada praktik-praktik kekerasan dan diskriminasi terhadap golongan-golongan yang dianggap tidak seagama dengan mereka. Dari sini sel kanker radikalisme dan kekerasan menyebar di masyarakat India.

Pada 2014 muncul kampanye “Cow Protection” di India, sebuah gerakan melindungi sapi dari penyembelihan, jual beli, dan pencurian, yang secara khusus menyoroti aktivitas umat Islam hingga 2019. Kemunculannya menyebabkan banyak orang muslim dibunuh karena hanya diduga telah menyembelih sapi dan memperjuabelikan dagingnya.

Penyembelihan dan konsumsi daging sapi dianggap melanggar UU di 20 negara bagian di India, termasuk Jharkhand. Berbeda halnya dengan kerbau dan banteng.

Dalam data yang dihimpun Human Rights Watch (HRW), sejak Mei 2015 hingga Desember 2018, setidaknya sudah ada 44 korban yang terbunuh akibat serangan kelompok Hindu garis keras. Dan berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat yang dirilis belakangan ini melalui Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), bahwa tindak kekerasan sektarian terhadap minoritas di India meningkat sembilan kali lipat dalam rentang waktu dua tahun (2015-2017).

Sejak “Cow Protection” lahir dan meluas ke berbagai daerah di India, angka kekerasan dan diskriminasi terhadap umat Islam mengalami peningkatan.

Mereka Yang Dipersekusi Kelompok Hindu Garis Keras

Berikut sebagian tragedi yang diakibatkan oleh kelompok Hindu garis keras ini selama tahun 2019:

1. (14/4): Seorang lelaki muslim mengalami serangan brutal dari kelompok garis keras di timur laut Assam, India, karena diduga menjual daging sapi, meskipun tidak ada larangan untuk menyembelih atau mengkonsumsi daging sapi di wilayah tersebut.

2. (22/5): Sepasang suami istri muslim mengalami persekusi dari lima orang anggota “Cow Pretection” di wilayah Madhya Pradesh karena kedapatan memiliki daging sapi.

3. (1/7): Seorang laki-laki muslim dibunuh setelah dikeroyok oleh sekelompok orang Hindu garis keras di wilayah Rajhestan karena dituduh memperjualbelikan daging sapi.

4. (23/9): Seorang laki-laki berusia 34 tahun mengalami penyiksaan oleh sekelompok orang garis keras di sebuah desa di wilayah Jharkhand karena dicurigai memperjualbelikan daging sapi. Nasib serupa dialami dua orang lainnya yang mendapatkan persekusi hingga menderita luka parah.

5. (23/11): Dua orang dituduh mencuri beberapa ekor sapi di wilayah Koch Bihar, India barat. Mereka berdua dipukuli oleh sekelompok garis keras hingga meninggal.

Selain Muslim Juga Menjadi Kobran

Meskipun sasaran utama kelompok garis keras adalah orang-orang muslim, namun tidak sedikit pula memakan korban orang-orang non muslim lainnya.

Pada bulan April kemarin, seorang lelaki Kristen terbunuh, dan tiga lainnya mengalami luka-luka akibat serangan kelompok Hindu ekstrem. Mereka dipukuli dengan tongkat besi oleh kelompok bersenjata di wilayah Jharkhand, karena kedapatan sedang menguliti lembu di ladang mereka.

Perlu dicatat bahwa korban pembunuhan dan angka kejahatan dari kelompok Hindu garis keras di India, mengalami peningkatan signifikan semenjak Partai Bharatiya Janata (BJP) berkuasa pada tahun 2014.

Faktor Keabaian Pemerintah India

Meskipun PM Narendra Modi sendiri mengutuk keras beberapa aksiden seperti ini, dan menegaskan pentingnya konsolidasi serius serta perhatian yang besar agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali, namun kutukan hanya sebatas kutukan, tanpa ada tindakan konkret untuk mengatasi permasalahan ini. Kepala Komisi HAM Asia Selatan telah meminta pemerintah India agar serius memberantas kelompok-kelompok garis keras ini demi membersihkan citra India.

Wabah covid-19 memunculkan kelompok Hindu garis keras lainnya ketika mereka menuduh bahwa titik penyebarannya berasal dari wilayah-wilayah komunitas umat Islam. Kelompok ini juga meyakini bahwa kotoran dan air kencing sapi bisa digunakan untuk mengobati pasien covid-19. Dengan begitu mereka semakin getol dan semangat dalam mendukung gerakan “Cow Protection”, karena bagi mereka sapi adalah hewan suci dan sumber keberkahan.

Meskipun UU negara India menjamin kebebasan beragama dan beribadah, namun masih saja banyak tindakan diskriminatif yang menyasar pemeluk agama selain Hindu, khususnya umat Islam.

Strategi Mengurangi Tindakan Intoleransi dan Diskriminasi

Untuk meminimalisir tindakan-tindakan intoleransi dan diskriminasi dari kelompok-kelompok garis keras, perlu dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Mengkampanyekan kesatuan bangsa dan nasionalisme di seluruh lapisan dan golongan masyarakat.

2. Menyebarkan spirit gotong royong antar sesama warga dengan mengampanyekan edukasi progresif dan etika sosial yang lurus semenjak kecil.

3. Menjelaskan bahayanya sikap intoleran dan diskriminatig kepada kelompok-kelompok garis keras dengan memanfaatkan media dan informasi.

4. Perlunya dibentuk beberapa lembaga negara dengan prinsip keadilan dalam mengatur interaksi sosial kemasyarakatan berdasarkan UU yang melindungi keadilan seluruh warga India tanpa ada diskriminasi.

4. Menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi yang benar dan komprehensif untuk menjamin ketenangan hidup warga minoritas yang kerap kali tertindas.

Tidak diragukan lagi, Al-Azhar selalu memperjuangkan hak-hak kemanusiaan guna melawan segala bentuk sikap intoleran dan diskriminatif, baik yang menimpa umat Islam maupun pemeluk agama lain di seluruh dunia.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.