Benarkah pergi jauh untuk ziarah makam Nabi dan lain-lain tidak boleh berdasarkan hadits berikut?
لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إلّا لِثَلاثَةِ مَسَاجِد: المَسْجِدِ الحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذا وَالمَسْجِدِ الأقْصَى
“Tidak boleh mengencangkan pelana (melakukan perjalanan jauh) kecuali untuk mengunjungi tiga masjid : Masjid al-Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid al-Aqsha.” (HR. Al-bukhari)
Tiga masjid yang disebut di dalam hadits di atas merupakan pengecualian (مستثنى) dari sesuatu (مستثنى منه) yang tidak disebut di dalam hadits. Maka timbul pertanyaan: tiga masjid itu dikecualikan dari apa?
Baca juga: Masjid Amr Bin Al-Ash Bukan Masjid Pertama di Afrika
Sekiranya apa yang tidak disebut itu dimunculkan, maka kemungkinnya ada tiga:
1. Sesuatu yang sangat umum, yaitu tempat (مكان).
Maka bunyi hadits itu menjadi begini:
لا تشد الرحال لمكان إلا لثلاثة مساجد : المسجد الحرام، ومسجدي هذا ، والمسجد الأقصى
Tidak boleh melakukan perjalanan jauh ke tempat manapun, kecuali ke tiga masjid: Masjid al-Haram, masjidku ini, dan Masjid al-Aqsha.
Ini mengandung pengetian bahwa pergi jauh untuk menuntu ilmu, berdagang dan lain sebagainya tidak boleh.
2. Kubur (قبر).
Maka bunyi hadits itu menjadi begini:
لا تشد الرحال لقبر إلا لثلاثة مساجد : المسجد الحرام، ومسجدي هذا، والمسجد الاقصى
Tidak boleh melakukan perjalanan jauh ke kuburan siapapun, kecuali ke tiga masjid: Masjid al-Haram, masjidku ini, dan Masjid al-Aqsha.
Tni tidak nyambung, karena masjid bukan merupakan bagian dari kuburan (المستثنى ليس في ضمن المستثنى منه).
Baca juga: Hukum dan Aturan Shalat Jumat Dua Shift dalam Satu Masjid
3. Masjid (مسجد).
Maka bunyi hadits itu menjadi begini:
لا تشد الرحال لمسجد إلا لثلاثة مساجد : المسجد الحرام ومسجدي هذا والمسجد الاقصى
Tidak boleh melakukan perjalan jauh ke masjid manapun kecuali ke tiga masjid: Masjid al-Haram, masjidku ini dan Masjid al-Aqsha.
Dapat dipastikan kemungkinan yang ketiga ini yang benar.
منقول من منهج السلف في فهم النصوص بين النظرية والتطبيق للسيد محمد بن علوي المالكي
Dinukil dari kitab Manhaj as-Salaf fi Fahmi an-Nushush baina an-Nazhariyah wa at-Tathbiq karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.