Dalam falsafah Islam, hubungan manusia dengan alam dan lingkungan adalah hubungan cinta kasih. Tidak benar hubungan itu sekadar hal-hal materiil saja seperti makan, minum, dll. Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan tanggung jawab.
Grand Syekh Al-Azhar menyebut bumi sebagai ibu kedua manusia. Orang yang merenungkan ayat-ayat al-Quran tentang penciptaan bumi akan merasakan tanggung jawab yang besar atas ciptaan agung Allah yang indah ini dan akan muncul dalam dirinya perasaan layaknya apa yang dirasakan seorang anak terhadap ibu kandung yang melahirkannya.
Apa yang disampaikan oleh Imam Besar al-Azhar itu mewakili fakta bahwa dunia saat ini sedang mengalami perubahan iklim ekstrem. Ulama dan agamawan harus menularkan kesadaran umat beragama untuk mengambil peran menjaga dan melestarikan lingkungan.
Menurut beliau, Islam tidak melihat benda materiil yang statis seperti melihat makhluk mati yang tidak memiliki kesadaran. Sebaliknya, semua yang ada di dunia mulai dari manusia, hewan, tumbuhan hingga benda-benda mati lainnya dilihat Islam sebagai wujud entitas yang hidup dan beribadah kepada Allah dengan bahasa yang tidak dipahami manusia.
“Bila kita mengimani bahwa semua makhluk di dunia ini bertasbih, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak keberadaan mereka sebagai makhluk hidup. Materi yang mati tak mungkin dapat bertasbih dan beribadah,” ujar beliau.
Simak paparan selengkapnya Syekh Ahmed at-Tayeb tentang pentingnya restorasi alam sebagai berikut: