Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Imam Abu Dawud membeli surga seharga 1 dirham dari orang bersin

Avatar photo
28
×

Kisah Imam Abu Dawud membeli surga seharga 1 dirham dari orang bersin

Share this article

Sudah jamak diketahui bahwa di antara adab ketika seseorang bersin adalah mengucapkan hamdalah. Kemudian seseorang yang kebetulan di situ dan mendengar juga disunnahkan untuk menjawab dengan doa tasymit “yarhamukallah”. Sedangkan orang yang bersin kemudian memberikan respon doa lagi “yahdikumullah”.

Adab dan doa bersin memang terkesan sepele, namun sebenarnya ada hikmah dan keutamaan yang luar biasa di balik doa tersebut. Secara medis, bersin sendiri merupakan mekanisme alami hidung untuk membersihkan berbagai kotoran dan zat berbahaya yang memasuki tubuh. Oleh sebab itu, wajar rasanya jika ajaran islam hadir membawa adab dan etika yang baik ketika mengalami bersin sebagai manifestasi rasa syukur kita mendapat nikmat sebuah bersin.

Beberapa ulama memberikan perhatian khusus mengenai bersin. Mereka paham betul hikmah di balik kesunnahan tersebut. Mereka juga begitu meyakini bahwa doa-doa itu tidaklah sia-sia. Bahkan Imam Abu Dawud, salah seorang pemilik kitab induk hadis Sunan Abi Dawud pernah mengalaminya sendiri.

Cerita ini diriwayatkan dari Ibn Abdil Barr yang memperoleh cerita langsung dari Abu Dawud. Alkisah suatu hari, ketika Abu Dawud hendak bepergian ke salah satu negara mengendarai kapal. Dalam satu rombongan kapal besar tersebut terdapat banyak sekali penumpang. Lazimnya penumpang kapal di masa lalu, tak banyak ruangan atau dek penumpang. Mereka otomatis bercampur baur satu sama lain.

Baca juga: Kisah Imam Syafi’i, Ibnu Jinni dan Sibawaih jadi ulama besar

Kapal tersebut tampaknya harus menempuh perjalanan jauh membelah lautan. Sepanjang perjalanan di awal semua penumpang dan awak kapal begitu tenang melewati lautan yang begitu indah. Mereka bercengkrama satu sama lain bertukar pandangannya akan pemandangan yang di depan mata.

“Hatchii… chi… chi… chi..!”

Suara itu memecah konsentrasi seisi kapal. Semua mata tertuju pada satu orang yang berada di ujung dek kapal. Seorang tersebut kemudian membaca hamdalah.

Imam Abu Dawud yang berada di ujung lain kemudian bergegas bergerak. Abu Dawud kemudian merangsak meminjam uang satu dirham kepada seorang teman di sebelahnya.

“Bro, pinjam dulu uangmu satu dirham!”

“Buat apa emangnya?” tanyanya sedikit penasaran.

“Sudah beri saja, nanti kamu juga tahu.” ia sedikit memaksa

Diraihnya kemudian uang di saku dan lekas diberikan kepada Abu Dawud. Menerima uang tersebut, ia langsung memberikannya kepada pemuda di ujung dek kapal yang bersin tadi. Ia lantas membalas bersin dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah.

“Yarhamukallah.”

Baca juga: Ishaq bin Rahawaih, menikahi perempuan karena koleksi buku

Pemuda yang dipinjam uangnya merasa heran dengan tingkah Abu Dawud. Dia pinjam uang satu dirham, dan diberikan kepada orang yang bersin begitu saja, tanpa ada alasan apapun. Apakah ia membayar hutangnya atau bagaimana. Pemuda itu masih bingung dengan motif apa yang dilakukan Abu Dawud. Ia pun memberanikan bertanya:

“Kenapa memberikan uang kepada pemuda itu, dia kan cuma bersin? Kami punya hutang?”

“Tidak kok. Siapa tahu doa dia manjur,”

“Masak begitu doang.”

Jawaban singkat itu hanya dibalas senyuman cuek Abu Dawud. Ia kemudian beranjak menuju kamar untuk beristirahat.

Ajaibnya, ketika semua penumpang kapal sudah tertidur. Mereka semua bermimpi satu hal yang sama. Mereka semua seakan mendengar suara namun tanpa wujud.

“Wahai seluruh penumpang kapal, apakah kalian tahu salah seorang penumpang kapal yang bernama Abu Dawud. Hari ini dia telah membeli surga dengan satu dirham yang diberikan kepada pemuda yang bersin tadi.”

Semua penumpang kaget dan tersadar. Mereka menyadari bahwa apa yang dilakukan Imam Abu Dawud dengan mendoakan orang yang bersin dan bersedekah kepadanya mempunyai nilai yang agung.

Kisah ini menegaskan bahwa mengamalkan hal-hal sunah kecil mempunyai faidah keutamaan tersendiri. Sekalipun hanya berupa sedekah satu dirham, akan tetapi karena keikhlasan dan kemurnian doa dari si pemuda, uang yang hanya satu dirham tersebut bernilai surga yang tak terkira.

Sumber: Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, Maktabah Malik Fahd, Riyadh, vol. 10 hal. 626.

Kontributor

  • Ahmad Yazid Fathoni

    Santri, Pustakawan Perpustakaan Langitan, suka menggeluti naskah-naskah klasik.