Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Nabi yang hidup kembali setelah wafat 100 tahun

Avatar photo
30
×

Kisah Nabi yang hidup kembali setelah wafat 100 tahun

Share this article

Dalam Al-Quran surat al-Baqarah 259, Allah SWT menceritakan sebuah peristiwa luar biasa yang tidak terjangkau oleh nalar manusia. Peristiwa itu terjadi karena kemahakuasaan-Nya semata. Allah SWT mematikan seorang hamba-Nya selama 100 tahun dan kemudian membangkitkannya kembali.

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengisyaratkan bahwa hamba yang dimatikan lalu dihidupkan kembali itu bernama Uzair. Para ulama memang berselisih apakah Uzair termasuk di antara Utusan Allah ataukah seorang hamba yang shaleh. Sebagian ulama berpendapat bahwa Uzair adalah termasuk Nabi yang diutus Allah kepada Bani Israil.

Ada sebuah hadits yang meyebutkan bahwa jumlah Nabi mencapai 124 ribu orang dan jumlah Rasul 313 orang. Sebagian dari mereka dikisahkan dan sebagian lainnya tidak (lihat QS. Al-Mukmin [40]: 78). Di antara Nabi dan Rasul itu hanya 25 orang yang wajib diketahui oleh umat Islam karena disebutkan langsung dalam Al-Quran.

Adapun Uzair kisahnya diungkap dalam ayat di atas (Al-Baqarah: 259). Peristiwa itu terjadi lebih dari 3000 tahun yang lampau di sebuah negeri bernama Baitul Maqdis. Saat itu Baitul Maqdis hanyalah kota mati dengan puing-puing reruntuhan bangunan. Seorang raja lalim bernama Bukhtanashar telah menghancurkan kota itu.

Uzair seorang yang taat beribadah dan terkenal dengan kebaikan dan keilmuannya. Ia tinggal di sebuah desa tak jauh dari Baitul Maqdis. Saban hari dia pergi menuju ladangnya untuk mengairi tanaman dan memberi makan hewan ternaknya. Ia selalu melewati sebuah bangunan rusak dan kosong yang tak berpenghuni . Tempat itu juga merupakan pemakaman besar yang mengubur banyak jasad di bawahnya.

Hari itu terik panas menggigit. Uzair pulang bersama keledainya menuju desanya. Keledainya kepayahan dan berjalan amat lambat. Uzair memutuskan untuk berhenti sejenak guna mengumpulkan tenaga. Ia berhenti di samping pemakaman itu. Ia lalu memasukinya dan mencari tempat teduh untuk beristirahat. Uzair mengikat keledainya di pohon yang rindang. Dia juga mengeluarkan bekal makanannya, sebuah roti kering, anggur dan buah tin. Dia memeras anggur dan menuangkannya dalam mangkok. Roti kering dicelupkan di dalamnya.

Sambil menunggu roti kering itu melembut agar mudah dikunyah, Uzair merenungi tempat itu. Bangunan-bangunan megah yang dulu berdiri sekarang telah hancur. Mayat-mayat di perut bumi telah bertahun-tahun dan berubah menjadi tanah. Uzair bertanya dalam hati, “Bagaimana Tuhan akan membangkitkan kembali orang-orang ini setelah kematiannya?” Uzair bukan ingin meragukan kekuasaan Tuhannya. Uzair memikirkan bagaimana cara Dia menghidupkan dan membangkitkan kembali setelah kematiannya.

Pertanyaan itulah yang kemudian merubah hidupnya secara total. Saat pertanyaan itu terdetik dalam hatinya, Allah mengirimkan Malaikat Maut untuk mencabut nyawanya. Uzair wafat di tempat itu. Keledainya menyusul beberapa malam kemudian. Tak ada seorang pun yang mengetahui peristiwa itu.

Baca juga:

Berita menghilangnya Uzair menjadi viral dan menyebar ke pelosok negeri. Mereka mencarinya ke setiap sudut tapi tidak menemukannya. Menghilangnya Uzair menjadi cerita misteri yang tidak terungkap. Hari berganti hari. Bulan menyusul bulan. Tahun melewati tahun. Nama Uzair lambat laun terlupakan. Hanya ada seorang nenek tua yang pernah bekerja di rumah Uzair yang masih mengingat nama itu. Saat Uzair menghilang, wanita itu berumur 20.

Setelah 100 tahun berlalu, Allah menghidupkan Uzair kembali. Mula-mula hatinya diberi nur atau cahaya. Jasadnya kemudian berubah dari tanah menjadi tulang, daging, dan kulit. Ia kemudian bangun dengan kesadaran hidup seperti semula. Uzair bangun di tempat semula ia mati. Ia mengamati sekelilngnya. Ia menyangka telah tertidur beberapa jam di tempat itu.

Seorang malaikat yang diutus Allah bertanya kepadanya, “Berapa lama engkau berada di sini?” Uzair menjawab, “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari” (Labitstu yauman au ba’dlo yaum).”

Allah lalu mengkhabarkan melalui Malaikat-Nya:

قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا

“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minuman yang belum berubah; dan lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Kami akan menjadikanmu tanda-tanda kekuasaan Kami kepada manusia. Dan lihatlah kepada tulang belulang keledei itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya kembali dengan daging.” (QS. Al-Baqarah [2]: 259)

Uzair terheran-heran dengan jawaban itu. Ia menggigil ketakutan dengan berita itu. Tapi ia tetap memiliki keimanan yang kuat akan kekuasaan Tuhannya. Dia Maha Pencipta, Dia yang menghidupkan, mematikan dan membangkitkan kembali. Malaikat itu menyuruh Uzair untuk melihat makanan dan minumannya yang belum berubah, belum rusak, meski seabad lamanya. Perasan anggur, roti dan buah tin masih seperti sedia kala. Uzair lalu menoleh ke pohon tempat dia mengikat keledainya. Tapi ia tidak mendapatinya kecuali tanah.

As-Suddi dan ulama lainnya mengatakan: Tulang belulang keledai itu berserakan di sekitarnya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya. Kemudian ia pun memperhatikan tulang-tulang yang tampak jelas karena putihnya. Selanjutnya Allah mengirimkan angin untuk mengumpulkan kembali tulang belulang itu dari segala tempat. Setelah itu, Dia menyusun setiap tulang pada tempatnya hingga menjadi seekor keledai yang berdiri dengan tulang tanpa daging. Selanjutnya Allah membungkusnya dengan daging, urat, pembuluh darah, dan kulit. Kemudian Dia mengutus Malaikat untuk meniupkan roh melalui kedua hidung keledainya. Lalu, dengan izin Allah, keledei itu bersuara.

Semua peristwa dahsyat itu disaksikan Uzair dengan mata kepalanya sendiri di depannya. Inilah jawaban Allah terhadap pertanyaan yang melintas di hatinya. Setelah menyaksikan peristiwa itu Uzair berkata, “Aku mengetahui bahwa sesungguhnya Allah itu berkuasa atas segala sesuatu.”

Dengan mengendarai keledainya, Uzair kembali ke desanya. Ia melihat semuanya telah berubah. Bangunan, jalan, dan para penduduknya. Ia memasuki wilayah yang benar-benar asing baginya. Ia tak mengenal orang-orang yang dijumpainya. Mereka pun tak ada yang mengenali dirinya. Uzair meninggalkan kampung itu di usia 40 tahun dan kembali dengan usia yang sama.

Setelah berhari-hari menyusuri kampung itu, Uzair teringat seorang perempuan taat yang pernah bekerja di rumahnya. Perempuan itu kini berusia 120 tahun dan telah kehilangan pandangannya.

Baca juga:

Akhirnya bertemulah Uzair dengan nenek tua itu. Uzair mendekatinya dan menanyakan di mana rumah Uzair. Ketika nama Uzair disebut, wanita itu langsung menangis karena teringat kebaikan dan akhlaknya. Nama Uzair sudah tidak pernah ia dengar lagi selama seabad. Lalu, wanita itu mengkhabarkan bahwa Uzair telah menghilang 100 tahun lalu.

“Aku ini Uzair, Tuhanku telah mematikan aku selama 100 tahun dan menghidupkanku kembali,” kata Uzair. Wanita tua itu tidak begitu saja percaya. Ia lalu teringat akan doa-doa Uzair yang selalu mustajab. Ia meminta Uzair mendoakannya agar penglihatannya pulih kembali.

Uzair berdoa untuk kesembuhan wanita itu. Allah menjawab doanya dengan memulihkan mata wanita itu seketika. Wanita itu sembuh dan menangis. Dia percaya bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Uzair, orang yang taat dan doa-doanya selalu terkabul.

Wanita itu kemudian mendatangi penduduk dari kalangan Bani Israil untuk mengkhabarkan bahwa Uzair telah kembali. Tapi tak seorang pun yang mempercayai dan mempedulikannya. Mereka bahkan menganggap bahwa wanita itu telah gila dan kehilangan akal. Wanita itu terus bersaksi dan meyakinkan orang-orang bahwa Uzair telah hidup kembali.

Akhirnya berkumpullah para ulama dan penguasa untuk membahas masalah tersebut. Di antara mereka, hadir pula cucu Uzair pada pertemuan itu. Mereka kemudian sepakat untuk menguji Uzair guna membuktikan kebenarannya.

Seorang utusan penguasa mendatangi Uzair dan berkata, “Kami dengar dari anak cucu bahwa Uzair itu seorang Nabi dan menghapal kitab Taurat. Kitab Taurat sekarang sudah hilang dan rusak karena peperangan sejak seratus tahun lalu. Maka datangkanlah kepada kami Taurat itu jika engkau benar Uzair yang menyimpan Taurat dalam dadanya!”

Uzair kemudian pergi menyepi untuk menulis Taurat huruf per huruf, kata per kata dan kalimat per kalimat hingga selesai. Ia menyerahkan tulisan Taurat itu kepada kaum Bani Israil. Penduduk pun keheranan dan akhirnya mereka percaya dengan Uzair.

Namun keheranan terhadap Uzair belum berhenti hingga di sini. Diketahui bahwa ayah Uzair, Sarukha, pernah menyimpan naskah Taurat di suatu tempat yang sangat tersembunyi agar tidak dirusak orang. Hanya Uzair yang mengetahui tempat itu. Kemudian mereka memutuskan untuk menemukan naskah itu untuk dicocokkan dengan apa yang telah ditulis oleh Uzair. Namun, ketika mereka menggali tempat penyimpanan Taurat itu, ternyata kitab itu telah hilang.

Uzair kemudian yakin bahwa Allah tidak hanya mematikan dan menghidupkannya kembali untuk menyaksikan kekuasaan Allah membangkitkan yang mati. Uzair juga meyakini bahwa dia dimatikan dan dihidupkan untuk menghadirkan kembali kitab Taurat kepada Bani Israil.

Setelah waktu berlalu, Bani Israil seperti biasanya selalu berpaling dari kebenaran dengan mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah. Mereka seringkali mendustakan Allah.

Allah menyatakan dalam QS. At-Taubah ayat 30, “Orang-orang Yahudi berkata Uzair itu putra Allah dan orang-orang Nasrani berkata Al-Masih itu putra Allah. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir sebelumnya. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka sampai berpaling.” Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Kholisuddin

    Penulis lepas. Menyelesaikan studi pada program Pascasarjana, Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia.