Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Para Ibu Hebat Pencetak Ulama

Avatar photo
60
×

Kisah Para Ibu Hebat Pencetak Ulama

Share this article

Sofiah binti Abdul Malik As-Syaibaniah ibunda Imam Ahmad bin Hanbal

Imam Ahmad dilahirkan dari keluarga sangat fakir sekali. Ayahnya wafat ketika dia masih kecil. Sehingga ibulah yang berperan mendidik beliau.

Imam Ahmad dididik dengan didikan iman dan takwa, tidak dengan harta dan perhiasan dunia.

Pendidikan ini sangat berbekas dalam diri sang imam. Beliau bertutur tentang ibunya:

“Ibundakulah yang menuntun diriku hingga aku hafal al-Quran ketika masih berusia 10 tahun. Dia selalu membangunkan aku jauh lebih awal sebelum waktu salat Subuh tiba, memanaskan air untukku karena cuaca di Bagdad sangat dingin, lalu memakaikan baju dan kami pun salat semampu kami. Ibunda mengenakan pakaian yang lengkap dan memakai khimarnya di kepala serta menutup seluruh tubuhnya dengan hijab, lalu kami berangkat lebih awal ke masjid, karena rumah agak jauh dan karena jalan masih begitu gelap.”

Ketika Imam Ahmad berusia 16 tahun, ibunya menyuruhnya berangkat menuntut ilmu (rihlah). Ibundanya berpesan:

اذهب في طلب الحديث، فإن السفر في طلب الحديث هجرة إلى الله الواحد الأحد،

“Pergilah untuk mencari hadits, karena hakikat safar untuk mencari hadits adalah hijrah kepada Allah Yang Maha Esa.”

Imam Ahmad melanjutkan cerita:

“Dan ibuku memberiku bekal perjalanan berupa 10 buah roti. Diletakkan bersamanya sekantong garam. Beliau berpesan, ‘Wahai anakku, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu jika dititipi maka tidak ada yang akan hilang dari-Nya, dan aku menitipkanmu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak pernah sama sekali menghilangkan amanah.’”

Anaknya kelak menjadi seorang Imam, Imam mazhab, Imam hadits dan Imam dunia.

Pendidikan sang ibunda sangat berkesan dalam kepribadian beliau. Bahkan di usia beliau yang sepuh, 70-an, dia masih selalu menyebut-menyebut kebaikan sang ibu.

Dia selalu menceritakan kebaikan ibunya kepada orang-orang, dan selalu berkata : “Semoga Allah menyayangi Ibundaku, setiap saya akan salat subuh, saya pasti teringat akan dirinya dan semua kenangan didikannya”.

Fatimah binti Ubaidillah Ibunda Imam Syafi’i

Seorang perempuan yang sangat taat, patuh dan bangga dengan agamanya. Selalu berpuasa di siang hari dan menghidupkan malam dengan ibadah. Suaminya meninggal setelah melahirkan seorang anak yang kelak ilmunya memenuhi jagat raya.

Perempuan yang cerdas dan paham agama. Tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Memberikan pendidikan terbaik kepada anaknya. Syafi’i kecil tidak pernah diberikan makanan kecuali dari yang halal. Jangankan yang haram, dari yang syubhat saja tidak pernah.

Ketika Imam Syafi’i berumur 2 tahun, sengaja ibunya berangkat dari Gaza dan membawa anaknya itu ke negeri asalnya, yaitu Makkah. Tujuannya adalah agar anak tumbuh dalam lingkungan ilmu, dan supaya bahasa anaknya menjadi bagus, karena masih banyaknya orang badui di sana.

Kelak anaknya ini menjadi seorang Imam, seluruh dunia membicarakannya dan ilmunya menjadi sinar bak matahari di siang hari, bak kesehatan untuk badan.

Al-‘Aliyah binti Syarik bin Abdur Rahman al-Asadiah Ibunda Imam Malik

Ibu yang memotivasi anaknya untuk menghafal al-Quran, sehingga anaknya berhasil menghafalnya.

Dia juga mengirim anaknya ke majelis para ulama, lalu memakaikannya pakaian yang terbaik dan memasangkan sorban untuknya, lantas berkata :

اذهب فاكتب الآن

“Pergilah, carilah ilmu sekarang.”

Tidak hanya itu, sang ibu juga sangat perhatian terhadap pelajaran anaknya dan etika dalam menuntut ilmu. Dia berpesan kepada anaknya:

اذهب إلى ربيعة فتعلم من أدبه قبل علمه

“Pergilah kepada Rabi’ah, pelajarilah adabnya terlebih dahulu sebelum ilmunya.”

Sang anak akhirnya menjadi salah satu figur ilmu, Imam mazhab, mufti kota Nabi, Madinah dan ilmunya memenuhi seantero bumi.

***

Begitulah, di balik nama seorang ulama dan Imam besar, ada jasa sang ibu di belakangnya. Ibu yang mendidik dengan tegas, disiplin terhadap ilmu, taat terhadap agama. Anak sedari kecil diajarkan takut kepada Allah dan bangga dengan agamanya dan ilmu.

Semoga Allah selalu menyayangi ibu kita dan menjaga mereka lahir dan batin.

Kontributor

  • Afriul Zikri

    Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dengan mengambil fakultas Syariah Islam. Asal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Alumni Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang, Sumatera Barat.