Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Pesan Gus Baha, Bahaya Ngaji tanpa Guru

Avatar photo
23
×

Pesan Gus Baha, Bahaya Ngaji tanpa Guru

Share this article

Gus Baha dalam salah satu pengajiannya memberi peringatan soal bahaya ngaji tanpa adanya guru. Karena ada pepatah mengatakan; “barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah setan.”

Fenomena munculnya “orang pinter baru”—meminjam uslub Gus Mus—banyak sekali ditemui di zaman sekarang ini. Hanya bermodalkan dari internet dan buku,  sedikit-sedikit orang mudah berkata  ini sunah rasul, padahal tidak punya riwayat ngaji dan sanad yang jelas.

Lebih lanjut Gus Baha memberi alasan mengapa belajar tanpa guru, bisa disebut gurunya setan, karena di luar hukum yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. ada ahwal, perilaku, karakter dan ciri khas. Dan ini tidak didapati di internet dan sosial media mana pun.

Baca Juga: Resep Jitu Gus Baha, Melihat Kematian Sebagai Hal yang Biasa Saja

“Misalnya begini, contoh gampang” tutur beliau “semua ulama mulai dari guru-guru saya sampai Rasulullah Saw, semuanya mengatakan nahi munkar itu wajib tapi mulai dulu mereka tidak punya tradisi jadi ekstremis.”

Artinya adalah sebuah ketaatan itu membutuhkan proses, dijalankan secara bertahap dan berkala. Tidak tiba-tiba langsung mengubahnya secara total 180 derajat. 

“Nabi saja bisa nahi munkar setelah 13 tahun jadi Nabi, setelah adanya Fathu Mekah. Sebelum itu, beliau diam saja. Ada apapun, beliau juga diam saja.” terang murid kesayangan KH. Maimoen Zubair itu

Hal ini yang  beliau tegaskan bahwa semuanya butuh proses, tidak bisa langsung serta merta. Intinya, prinsip hukum nahi munkar tetap wajib, tetapi mereka punya tradisi ahwal yang dijalankan.

Salah satu ahwal yang dilakukan oleh Nabi adalah beliau gemar memberi uang dan hal-hal lain kepada orang-orang yang tidak menyukainnya. Sampai-sampai ahwal Nabi ini menimbulkan kecemburuan dan kesenjangan di antara para sahabat Ansor.

Baca Juga: Gus Baha: Jangan Khawatir Soal Rezeki

Karena ditafsirkan dan dimaknai keliru, Nabi pun akhirnya  memberi penjelasan bahwa hal ini dilakukan supaya mereka mau masuk Islam. Atau sama artinya di zaman sekarang agar orang-orang suka kepada kiai, suka dengan Islam, dan akhirnya mau ngaji.

Memang seyogyanya begitu, mengaji itu mesti dengan guru yang tepat dan yang bersanad sampai Rasulullah Saw. serta bisa membimbing dzohir sekaligus batin.

Kontributor