Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Malik bin Dinar dan Seorang Jariyah Cantik

Avatar photo
57
×

Malik bin Dinar dan Seorang Jariyah Cantik

Share this article

Suatu waktu Malik bin Dinar berjalan
di gang-gang kota Baghdad. Tiba-tiba, dia berpapasan dengan seorang selir
(jariyah) seorang bangsawan yang sangat cantik menawan; mengendarai kuda
terbaik dengan membawa serta pelayannya. 

“Wahai Jariyah, apakah tuanmu mau
menjualmu?” Malik bin Dinar mengejarnya.

“Kamu bilang apa, kakek tua?!” jawab jariyah
dengan nada merendahkan. 

Apakah tuanmu mau menjualmu?” Malik bin
Dinar mengulangi.

Seandainya iya, apa orang
sepertimu sanggup membeli?!” Sergah jariyah.

“Iya, bahkan yang lebih baik darimu.”
Jawab Malik bin Dinar dengan sombongnya.

Jariyah hanya tertawa lebar sembari
meminta pelayannya agar membawa Malik bin Dinar ke rumah tuannya. Sesampai di
pintu rumah, si Jariyah bercerita pada tuannya tentang kejadian tadi. Karena
penasaran, Malik bin Dinar diminta menghadap kepada sang tuan. Saat melihat
Malik bin Dinar sang tuan merasa segan.

Apa maumu?” kata tuan memberanikan
diri.

Jual jariyahmu padaku!” pinta Malik bin
Dinar.

Apa kamu mampu membelinya? Harganya dua
keping emas
,
kata si tuan membuka tawaran.

Dengan cacat yang begitu banyak?!”
jawab Malik bin Dinar dengan maksud menurunkan harganya.

Semua yang ada dalam ruangan itu
tertawa.

“Apa cacat jariyah saya?” tanya sang tuan.

Malik bin Dinar menjawab “Jika dia
tidak memakai parfum maka akan menimbulkan aroma tidak sedap, jika tidak
menggosok gigi dengan siwak bau mulutnya akan tajam, jika tidak menyisir rambut
maka akan terlihat berantakan, jika umurnya panjang maka akan segera keriput
menua; dia mengalami menstruasi, air kencing yang pesing, kotoran, dan semua
kesumpekan. Bisa jadi dia tidak menyukaimu kecuali karena mengharap keuntungan
buat dirinya. Tak menepati janji dan tak pernah benar-benar mencintaimu. Begitu
yang dia lakukan saat diwarisi anak cucumu.”

“Saya,” kata Malik bin Dinar membuat
si tuan semakin penasaran “bisa memberimu jariyah yang jauh lebih baik dari
dia; jariyah yang aromanya lebih harum dari misk dan kafur, zafron; lebih
berkilau dari permata dan cahaya; ludahnya saja bisa membuat air laut menjadi
tawar; seandainya dia mengajak bicara mayat maka akan bangun dari kematiannya; jika
lengannya dibuka maka matahari akan menjadi gerhana dan gelap; jika dia muncul
dalam kegelapan maka akan menjadi penerang; jika dia menampakkan diri dengan
perhiasannya maka seluruh jagat raya akan menjadi indah.” 

Si tuan semakin penasaran mendengar
ucapan Malik bin Dinar.

Lalu Malik bin Dinar melanjutkan, “Dia
hidup di taman penuh dengan misk, zafron; di antara bukit-bukit batu mulia yaqut
dan marjan, hidup dalam kemah kenikmatan dan meminum air tasnim (surgawi);
tak pernah mengingkari janji dan cintanya tak pernah berpaling ke lain hati. Mana
menurutmu yang layak dibeli?”

Sang tuan menjawab,Jariyah yang telah
kamu deskripsikan.”

“Harganya murah dan mudah didapatkan,” kata Malik bin
Dinar.

“Berapa harganya?” kejar si tuan.

“Sedikit pengorbanan (di dunia) untuk
mendapat balasan terbaik (di akhirat): cukup dua rakat di tengah malam yang
kamu ikhlaskan hanya demi Tuhanmu, meletakkan makananmu untuk mengingat dan
disedekahkan pada orang yang kelaparan demi memerangi syahwatmu dan
mendahulukan Tuhanmu, menyingkirkan rintangan dari jalan umum, baik berupa batu
atau kotoran; memutus diri dari bekal dan hidup cukup dengan menyingkirkan
kesenangan hidup di dunia melalui jalan qanaah.” Malik bin Dinar menawarkan.

“Dengan demikian, kamu akan menuju
akhirat dengan damai, dan kamu akan dijamu di sisi Tuhanmu dengan abadi.” Malik
bin Dinar menjamin.

Si tuan kemudian menoleh ke arah
jariyahnya
,
“apa kamu sudah mendengarnya, wahai jariyah!”

“Iya,” jawab si jariyah.

“Maka, kamu sejak saat ini merdeka
(dari status jariyah=budak). Ambil semua yang kamu inginkan sebagai sedekah
dari saya.” ujar si tuan pada jariyah cantiknya.

“Dan kalian, wahai para pembantu dan
pelayanku, juga bisa mendapatkan apa yang kalian inginkan di rumah ini.
Silahkan diambil sebagai sedekah dariku.” Si tuan memperkuat keputusannya.

Si tuan kemudian mengambil baju paling
kasar seraya pamit.

Si jariyah menyusul dengan mengganti
bajunya juga
,
Celaka, tak ada
kehidupan tanpa tuan. Saya ikut!”

Keduanya meninggalkan kehidupan glamor
dan hedon menuju jalan kesufian berkat dakwah Malik bin Dinar. 

Malik bin Dinar adalah seorang ulama
sufi dari kalangan
tabi’in,
perawi hadis yang terpercaya. Memiliki nama lengkap: Abu Yahya Malik bin Dinar.
Dilahirkan di Kufah dan belajar pada sahabat Anas bin Malik, dan pembesar
tabi’in seperti al-Hasan al-Bashri dan Said bin
Jubair. Malik bin Dinar merupakan teladan terbesar kezuhudan. Namanya abadi
dalam karya-karya kaum sufi.     

Kontributor

  • Abdul Munim Cholil

    Kiai muda asal Madura. Mengkaji sejumlah karya Mbah Kholil Bangkalan. Lulusan Al-Azhar, Mesir. Katib Mahad Aly Nurul Cholil Bangkalan dan dosen tasawuf STAI Al Fithrah Surabaya