Al-Imam al-Hasan al-Bashri—seorang alim
shaleh ternama dari generasi tabi’in yang dijuluki sayyidut tâbi’în (tuannya
para tabi’in) berasal dari negeri Bashrah, Irak, dan wafat pada tahun 110 H /
728 M—pernah bertutur:
“Sungguh heran apabila ada orang yang
sedang ditimpa musibah dan kesulitan, kemudian lalai tidak membaca lima bacaan zikir
berikut ini. Padahal ia telah mengetahui janji Allah (dalam ayat-ayat tersebut)
yang akan diberikan sebagai balasan bagi yang membacanya.
Pertama, zikir yang ada pada ayat di
bawah ini (innâ lillâhi wa innâ ilaihi rôji’ûn):
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
(155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)
Kedua, zikir yang ada pada firman
Allah di bawah ini (hasbunallôh wa ni’mal wakil):
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ
جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ
يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
(174)
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati
Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan
karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
(QS. Ali Imran [3]: 173, 174)
Ketiga, zikir yang ada pada ayat di
bawah ini (wa ufawwidlu amrî ilallôh, innallôha bashîrum bil ‘ibâd):
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي
إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (44) فَوَقَاهُ اللَّهُ
سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45)
“Kelak kamu akan ingat kepada apa yang
kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah memeliharanya dari
kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang
amat buruk.”
(QS. Al-Mu’min [40]: 44, 45)
Keempat, zikir yang ada pada firman-Nya
di bawah ini (lâ ilâha illâ anta subhânaka innî kuntu minazh zhôlimîn):
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ
نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ
وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun
(Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami
tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang
sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah
Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Anbiyâ` [21]: 87, 88)
Kelima, zikir yang ada dalam firman
Allah di bawah ini (robbanaghfir lanâ dzunûbanâ, wa isrôfanâ fî amrinâ, wa
tsabbit aqdâmanâ, wangshurnâ ‘alal qaumil kâfirîn):
وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (147) فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ
الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148)
“Tidak ada doa mereka selain ucapan:
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. Karena itu Allah memberikan
kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Ali Imran [3]: 147, 148)
Imam Hasan al-Bashri kemudian kembali
berkata: “Siapa yang ketika ditimpa kesulitan dan kesusahan membaca ayat-ayat
di atas, maka Allah akan memberikan jalan keluar dan kemudahan dari kesulitan
dan kesusahan yang sedang dihadapinya itu. Hal ini karena Allah telah berjanji
(dalam firman–Nya
di atas) dan telah menetapkan hukum (akan diberikan jalan keluar dan kemudahan)
bagi yang membacanya. Hukum Allah itu tidak mungkin akan dibatalkan, dan janji–Nya tidak mungkin
akan diingkari”.
Hikayat di atas di ambil dari kitab:
Al-Faraj Ba’da asy-Syiddah, karya Imam Abu Ali al-Muhsin bin Ali bin Muhammad
at-Tanûkhi al-Bashry (w 384 H), 1/62-64.
Semoga kita semua termasuk orang-orang
yang dapat membaca ayat-ayat di atas atau paling tidak zikir-zikir yang ada
pada ayat-ayat di atas, khususnya ketika sedang ditimpa kesulitan dan
kesusahan. Karena Allah telah menjanjikan orang yang membacanya dengan penuh
keyakinan kepada-Nya, akan diberikan balasan yang sangat istimewa dan luar
biasa yang di antaranya diberikan jalan keluar dan kemudahan dari setiap
kesulitan dan kesusahan yang dihadapinya.
Dalam zikir pertama misalnya, Allah
menjanjikan: “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam zikir kedua, Allah berjanji: “Maka
mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak
mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar.”
Dalam zikir ketiga, Allah memberikan
balasan mulia: “Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka,
dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.”
Dalam zikir keempat, Allah memberikan
balasan istimewa: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman.”
Demikian juga dengan zikir kelima,
Allah menjanjikan balasan sangat agung: “Karena itu Allah memberikan kepada
mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan.”
Bahkan yang lebih menarik, dalam
ayat-ayat di atas, Allah menggunakan huruf ‘fa’ (fangqolabû, fawaqôhullôh,
fastajabnâ, faâtâhumullâh) ketika menjelaskan balasan mulia yang akan
diterima oleh mereka yang membaca zikir-zikir di atas.
Ini artinya bahwa jalan keluar dan
kemudahan yang akan Allah berikan kepada mereka yang membaca ayat-ayat di atas
(atau zikir-zikirnya) insya Allah dalam waktu sangat dekat dan cepat, tidak
dalam waktu lama. Hal ini karena menurut para ulama, huruf ‘fa’ ini di
antara fungsinya adalah littartîb watta’qîb.
Semoga saudara-saudari kita—baik yang
seagama maupun yang sesama manusia bahkan sesama makhluk Allah di manapun
berada—yang saat ini sedang ditimpa musibah berupa kesulitan, kesusahan,
penyakit, termasuk corona dan lainnya, segera diberikan jalan keluar dan
kemudahan dari semua kesulitannya itu, dan segera diangkat oleh Allah
penyakitnya serta segera diberikan kesembuhan seperti sedia kala, dengan izin-Nya.
âmîn ya robbal ‘âlamîn.
Insya Allah membaca ayat-ayat di atas
adalah di antara cara dan upaya semoga Allah segera mengangkat kesulitan,
kesusahan dan penyakit yang sedang kita hadapi, sebagaimana disampaikan oleh
al-Imam al-Hasan al-Bashri di atas, insya Allah dengan izin Allah. Semoga.
Washollollôhu ‘alâ sayyidinâ wa
maulana Muhammadin, wa ‘alâ âlihî wa shohbihî wa sallama ajma’în.