Al-Quran sebagai kitab petunjuk umat manusia telah memberikan banyak pengajaran tentang bagaimana melaksanakan sedekah dengan benar. Bersedekah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dan dampaknya bukan hanya untuk personal namun juga sosial. Sedekah dapat membawa manfaat bagi penerima sekaligus mendatangkan pahala besar bagi yang memberi.
Beberapa ayat yang mengajarkan cara bersedekah sesuai dengan ajaran al-Quran adalah sebagai berikut:
Sedekah Disertai dengan Kebaikan dan Keikhlasan
Al-Quran mengajarkan bahwa sedekah harus disertai dengan sikap yang baik dan tidak menyakiti hati penerima. Sedekah juga harus dengan niat yang tulus. Sebagaimana firman-Nya:
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ () يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti hati. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. al-Baqarah: 263-264)
Ayat di atas mengandung pesan bahwa perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan. Di samping itu sedekah harus dengan niat yang tulus hanya karena Allah tanpa ada maksud untuk mendapatkan pujian atau keuntungan duniawi.
Ibnu Katsir menjelaskan, Allah mengutamakan kualitas interaksi sosial yang baik di atas sekadar pemberian materi. Dengan kata lain, hubungan yang baik antara sesama lebih penting daripada tindakan memberi yang dilakukan dengan cara yang tidak tepat.
Berdekah Saat Lapang dan Sempit
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْن
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran: 133-134)
Dalam hadis, ketika sahabat bertanya tentang sedekah mana yang paling afdhal, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah dari orang yang banyak harta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau saw. juga pernah bersabda, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat disertai pelit (sulit mengeluarkan harta), saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan.” (HR. Bukhari Muslim)
Ada ulama yang mengatakan maksudnya keutamaan sedekah ialah saat susah. Sebagian mengatakan bahwa sedekah dilakukan dalam keadaan hati yang senantiasa “ghina” yaitu penuh kecukupan. Ada juga yang mengatakan maksudnya adalah sebaik-baik sedekah dilihat dari keadaan setiap orang, kuatnya ia bertawakkal dan lemahnya keyakinan. (‘Aunul Ma’bud 4/227)
Dalam hadis di atas, juga terdapat pesan penting dari Rasulullah, yakni untuk tidak bersikap pelit atau kikir dan jangan takut menjadi seorang fakir sebab bersedekah. Oleh karena itu meskipun di saat susah, tetap bersedekah dan tidak perlu khawatir menjadi fakir karena Allah menjamin akan memberikan ganti lebih baik baginya.
Bersedekah dengan Rezeki Terbaik
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya.” (QS. al-Baqarah: 267)
Salah satu tujuan sedekah yaitu untuk menebarkan rasa kasih sayang dan cinta. Karenanya, kita diperintahkan untuk bersedekah dengan barang yang baik atau yang dicintai. Adapun memberikan sedekah dalam bentuk sesuatu yang buruk itu, sesungguhnya adalah lahir dari rasa keterpaksaan, bukan lahir dari rasa kecintaan.
Prioritas dalam Bersedekah
يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 215)
Syekh Mutawalli as-Sya’rawi dalam tafsirnya menerangkan harta yang disedekahkan, diistilahkan dengan al-khair, yang berarti sesuatu yang baik dan bermanfaat. Hal tersebut menandakan bahwa harta yang diinfakkan haruslah harta terbaik dan bermanfaat untuk orang lain.
Selain kriteria hal yang disedekahkan, dalam ayat 215 surah al-Baqarah juga menekankan prioritas orang yang menjadi penerimanya di mana hal ini tujuannya untuk kesejahteraan bersama. Yaitu mengutamakan orang-orang terdekat mulai dari, orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.
Sedekah Tidak Mengenal Waktu
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. al-Baqarah: 274)
Imam ar-Razi menjelaskan bahwa ayat di atas memotivasi umat Islam untuk bersedekah di setiap waktu dan di setiap keadaan. Setiap kali kita menemui orang yang membutuhkan, hendaknya bersegera membantunya (dengan sedekah), tidak menunda-nundanya, dan tidak pula menangguhkannya dalam waktu yang lama.
Dengan demikian, sedekah tidak mengenal waktu artinya bisa dilakukan kapan saja. Baik malam ataupun siang, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Jika di satu waktu tidak bisa, maka dapat dilakukan di waktu lain. Wallah a’lam.