Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Sanad Media

Menelusuri jejak Kiai Usman Kudus Makkah: Ulama Nusantara di Tanah Suci awal abad ke-20

Avatar photo
80
×

Menelusuri jejak Kiai Usman Kudus Makkah: Ulama Nusantara di Tanah Suci awal abad ke-20

Share this article

Berikut ini adalah halaman sampul dari manuskrip bernomor kode [xxx], koleksi Perpustakaan Universitas King Saud (KSU) Riyadh. Manuskrip tersebut memuat teks kitab “Fath Ghâfir al-Khatiyyah” karya Syaikh Nawawi Banten (w. 1897), seorang ulama besar dunia Islam asal Nusantara yang berkarir di kota suci Makkah.

“Fath Ghâfir al-Khatiyyah” karya Syaikh Nawawi Banten sendiri merupakan syarah (penjelasan) atas teks puisi (nazham) “al-Kawâkib al-Jaliyyah fî Nazhm al-Âjurûmiyyah” karya Syaikh ‘Abd al-Salâm al-Nabrâwî (w.?), yang memuat kajian dalam bidang ilmu sintaksis Arab (nahwu).

Pada halaman sampul manuskrip tersebut, terdapat parateks yang berisi catatan kepemilikan (taqyîd al-tamalluk) atas nama ‘Utsmân Qudus bin ‘Abdullâh (atau Usman Kudus), bertahun 1322 Hijri (1904 Masehi). Terdapat pula stempel pribadi dengan bentuk lingkaran, memuat nama yang sama (‘Utsmân Qudus bin ‘Abdullâh).

Nama “Usman Kudus” sebagai pemilik manuskrip tersebut yang kemudian memantik rasa penasaran saya, dan mencari tahu tentang sosok tersebut. Pasalnya, selain pada manuskrip Fath Ghâfir al-Khatiyyah (Perpustakaan KSU, [xxx]), parateks catatan kepemilikan atas nama “Usman Kudus” juga dijumpai dalam sejumlah manuskrip lainnya yang tersimpan di beberapa perpustakaan di Kerajaan Saudi Arabia.

* * * * *
Parateks catatan kepemilikan atas nama “Usman Kudus” lainnya dijumpai juga dalam manuskrip bernomor kode [xxx], koleksi Perpustakaan KSU Riyadh, yang memuat teks kitab “Risâlah fî Mabâdi al-‘Ulûm” karya Syaikh Nawawi Banten. Di sana, nama Usman Kudus tertulis sebagai ‘Utsmân Qudus bin ‘Abdullâh, dengan tahun 1322 Hijri (1904 Masehi).

Manuskrip koleksi Perpustakaan KSU Riyadh lainnya yang memuat parateks catatan kepemilikan atas nama “Usman Kudus”, adalah manuskrip bernomor kode [xxx]. Naskah tersebut memuat teks utama kitab “’Umdah al-‘Awâm syarah Faidh al-Malik al-‘Allâm” karya Syaikh Nawawi Banten, yang berisi kajian bidang ilmu teologi Islam. Di sana, nama Usman Kudus tertulis sebagai “’Utsmân Qudus bin ‘Abdullâh al-Qudus”, dengan Tarikh 1331 Hijri (1913 Masehi). Terdapat juga catatan keterangan harga pembelian manuskrip tersebut, sebesar 20 Rupiah, di kota Makkah.

Dalam manuskrip bernomor kode [xxx], koleksi Perpustakaan KSU Riyadh, yang memuat teks kitab “Fath al-Majîd fî Bayân Hukm al-Taqlîd” karya Syaikh Dahlan Tremas (w. 1911), terdapat pula parateks catatan kepemilikan (taqyîd al-tamalluk) atas nama “Usman Kudus” (‘Utsmân Qudus bin ‘Abdullâh). Parateks tersebut menjelaskan jika naskah “Fath al-Majîd” tersebut menjadi hak milik Usman Kudus dengan jalan pembelian legal (syirâ syar’î) dari Haji Abdul Mu’in Solo di Makkah, pada tahun 1338 Hijri (1920 Masehi).

Pun demikian halnya dalam halaman pertama dari manuskrip bernomor kode [xxx], koleksi Perpustakaan Makkah al-Mukarramah (Maulid Nabawi), yang memuat teks ijâzah dan sanad qira’at sepuluh, yang diberikan oleh Syaikh Muhammad al-Syarbînî (w. 1903), seorang guru besar qira’at al-Qur’an di Makkah, kepada muridnya yang bernama Syaikh Muhammad Mahfûzh al-Tarmasî al-Makkî, atau Syaikh Mahfudz Tremas (w. 1920). Di sana, terdapat parateks catatan kepemilikan atas nama Usman Kudus (‘Utsmân bin ‘Abdullâh), bertahun 1338 Hijri (1920 Masehi). Terdapat pula keterangan lain yang menginformasikan peralihan kepemilikan atas manuskrip tersebut, dari Usman Kudus, kepada ‘Alî bin Muhammad al-Hindî, dengan Tarikh 1366 Hijri (1947 Masehi).

* * * * *
Nama Usman Kudus juga terlacak dalam salah satu edisi Majalah Soeara Nahdlatoel Oelama (SNO) di tahun 1929 Masehi (1348 Hijri), yaitu sebuah majalah yang terbit dalam bahasa Jawa aksara Arab (Jawa Pegon) dan terafiliasi dengan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Majalah SNO sendiri terbit di kota Surabaya di Jawa Timur.

Dalam majalah tersebut, terdapat nama Usman Kudus (‘Utsmân Qudus bin ‘Abdullâh), dengan alamat Bâb al-Basîthah di Makkah. Nama Usman Kudus tercatat bersama-sama dengan beberapa orang ulama muda Jawa lainnya yang bermukim di Makkah dan berkorespondensi dengan dewan redaksi SNO di Jawa.

Di antara nama-nama para ulama Jawa di Makkah yang terbubuh Namanya dalam surat tersebut antara lain: Syaikh Abdul Muhith bin Ya’qub dari Siwalan Panji, Sidoarjo (yang juga menantu Syaikh Nawawi Banten), Alawi bin Syu’aib dari Tebuireng (Jombang), Hasbullah bin Ja’far Ampel (Surabaya), Abu Muhammad bin Musa (Gresik), Asyraf (Blora), dan Usman Qudus bin Abdullah (Kudus).

Dalam surat korespondensi yang mereka tulis dan kirimkan kepada SNO, diinformasikan jika mereka sedang melakukan inisiatif untuk membangun sebuah rubâth (rumah pelajar atau pemondokan) bagi para pelajar asal Pulau Jawa yang sedang bermukim dan belajar di Makkah. Terkait upaya tersebut, mereka meminta dukungan, doa dan restu dari segenap para kiyai di Jawa dan juga para pembaca setia SNO.

* * * * *
Melihat sejumlah keterangan terkait Kiyai Usman Kudus yang terekam secara tercecer di beberapa manuskrip di sebahagian perpustakaan Saudi Arabia sebagaimana terdedah di atas, juga di salah satu majalah SNO, kita bisa mendapatkan sekilas informasi dan data mengenai sosok Kiyai Usman Kudus tersebut. Di antaranya:

Pertama: Kiyai Usman bin Abdullah Kudus adalah seorang ulama Nusantara asal Kudus (Jawa Tengah) yang bermukim di Makkah. Di kota suci, Usman Kudus tercatat bermukim di kawasan Bab al-Basithah.

Kedua: masa pemukiman Usman Kudus di Makkah diperkirakan antara rentang tahun 1900 hingga 1930-an. Sejumlah tawarikh pada parateks catatan kepemilikan manuskrip di atas mencatat tahun-tahun antara 1904 (1322 H), 1920 (1338 H) hingga 1929 (1348 H). Bahkan bisa jadi, masa pemukimannya di Makkah sejak akhir abad ke-19 M (1890-an).

Ketiga: dalam rentang masa tersebut, berarti Kiyai Usman Kudus sezaman dengan beberapa ulama Kudus lainnya yang bermukim di Makkah, seperti Syaikh Abdul Hamid bin Ali Kudus Makkah (w. 1915), dan juga KH. Rd. Asnawi Kudus (bermukim di Makkah hingga tahun 1914-an). Ulama Nusantara lainnya yang mengajar di Makkah pada kurun masa tersebut antara lain: Syaikh Abdul Haq Banten (w. 1906), Syaikh Ahmad Patani (w. 1908), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1917), Syaikh Mahfudz Tremas (w. 1920), Syaikh Nahrawi Banyumas (w. 1927), Syaikh Mukhtar Bogor (w. 1930) dan lain-lain.

Keempat: Kiyai Usman Kudus tampaknya terlibat aktif dalam aktivitas sosial dan keilmuan di kalangan para moekimers asal Nusantara di Makkah. Hal ini ditandai dengan partisipasi aktif yang ditunjukkan oleh Usman Kudus bersama sejumlah ulama asal Jawa lainnya di Makkah yang mengupayakan untuk membangun sebuah pemondokan bagi para pelajar asal Jawa di kota suci itu.

Kelima: Kiyai Usman Kudus tampaknya berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang kelas sosial yang mapan dan kaya (saudagar). Hal ini dikuatkan dengan tidak sedikitnya jumlah koleksi mansukrip milik Usman Kudus di Makkah yang ia dapatkan dengan jalan pembelian. Tentu saja, pada masa itu, harga manuskrip (naskah tulis tangan) cukup mahal.

Wallahu A’lam
Buitenzorg, 30 Jumadil Tsaniyah 1446 Hijri / 30 Desember 2024
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

Kontributor

  • A. Ginanjar Syaban

    Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.