Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Isi Kesepakatan Imam Besar Al-Azhar dan Tokoh Lintas Agama Terkait Perubahan Iklim

Avatar photo
27
×

Isi Kesepakatan Imam Besar Al-Azhar dan Tokoh Lintas Agama Terkait Perubahan Iklim

Share this article

Imam Besar al-Azhar Dr. Ahmed Al-Tayeb bersama para tokoh agama menandatangani dokumen seruan bersama dalam pertemuan di Vatikan pada Senin (4/10) dengan tajuk “Iman dan Sains: Menuju Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (COP26)”.

Para tokoh lintas agama berpesan kepada para peserta Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) yang akan diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia bulan depan tentang perlunya memberikan solusi konkrit untuk menyelamatkan bumi dari “perusakan lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya”. 

Dokumen seruan bersama ini lahir setelah diskusi berbulan-bulan antara pemimpin agama dan sejumlah ilmuwan, membahas tantangan yang mengancam masa depan umat manusia dan lingkungan, dan peran kelompok agama dalam memberikan solusi.

Di samping Grand Syekh Al-Azhar, pertemuan di Vatikan itu diikuti oleh perwakilan dari beberapa sekte Kristen, Muslim Syiah, Yudaisme, Hindu, Sikh, Buddha, Konfusianisme, Taoisme, Zoroastrianisme, Jainisme, dan lainnya.

Bersamaan dengan krisis perubahan iklim yang meningkat selama beberapa dekade terakhir, para pemimpin agama dituntut untuk bersuara mengingat kewajiban moral mereka pada jutaan orang, tidak hanya pada tingkat spiritual, tetapi juga dalam gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari mereka.

Saat pegiat dan aktivis lingkungan membunyikan alarm, lembaga-lembaga keagamaan merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menegaskan posisi mereka dalam melindungi sesama makhluk ciptaan Tuhan dan tugas mereka untuk mendorong terciptanya dunia yang lebih adil, di mana orang miskin tidak menanggung konsekuensi bencana dari ketidakmampuan negara-negara kaya mengatasi kondisi iklim yang memburuk.

Para tokoh agama yang menandatangani dokumen seruan bersama menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran atas tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam “rumah hidup bersama”.

“Kita memiliki kewajiban moral untuk bekerja sama untuk menyembuhkan planet bumi dan untuk menghadapi tantangan melalui pengetahuan ilmiah dan kebijaksanaan agama.” kata mereka seperti dilansir BBC.

Selain itu, para tokoh agama dan ulama yang terlibat dalam penyusunan pernyataan dokumen seruan bersama menyatakan bahwa iman mengajarkan tugas untuk merawat umat manusia dan lingkungan tempat mereka hidup. “Kita manusia bukan penguasa mutlak atas bumi dan sumber dayanya.” tandas mereka.

Dokumen seruan bersama berisikan kesepakatan para pemimpin agama tentang poin-poin utama sebagai berikut:

1. Memperdalam upaya-upaya menciptakan perubahan keyakinan para pemeluk agama (terkait krisis perubahan iklim).
2. Mendorong lembaga pendidikan dan kebudayaan untuk memperkuat pendidikan lingkungan terpadu dan menjadikannya sebagai prioritas.
3. Melibatkan para pemeluk agama bersama tetangga mereka untuk membangun tatanan masyarakat yang berkelanjutan dan mendorong mereka agar mengadopsi gaya hidup berkelanjutan.
4. Berupaya menyelaraskan investasi keuangan milik lembaga-lembaga keagamaan dengan standar yang bertanggung jawab secara moral dan lingkungan.
5. Mengevaluasi barang dan layanan jasa yang dibeli oleh lembaga-lembaga keagamaan dari sudut kacamata etis ramah lingkungan.

Kemudian para penandatangan dokumen seruan bersama menyerahkan rekomendasi berikut kepada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26):

1. Menghimbau negara-negara di dunia untuk segera mencapai tingkat nol emisi, dalam rangka mengurangi rata-rata kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius.
2. Menekan negara-negara kaya untuk mengambil tanggung jawab terbesar dan mengambil langkah-langkah inisiatif, dengan membuat perubahan serius untuk melindungi lingkungan, dan memberikan bantuan keuangan untuk mendukung negara-negara miskin beradaptasi dengan perubahan iklim.
3. Mendesak pemerintah-pemerintah agar meningkatkan standar target dan kerja sama internasional mereka untuk beralih ke energi bersih, praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan, berpindah ke sistem pangan ramah lingkungan, dan mengadopsi sistem pembiayaan pembangungan yang bertanggung jawab.

Dalam pertemuan itu, Grand Syekh al-Azhar Dr. Ahmed at-Tayeb mengatakan bahwa Allah swt. telah mempercayakan bumi kepada manusia dan memerintahkannya untuk berinteraksi dengan seluruh makhluk layaknya interaksi seseorang dengan temannya. Beliau mengajak para ulama dan agamawan agar menunaikan kewajiban agama mereka dalam memikul tanggung jawab terhadap krisis perubahan iklim yang tengah melanda bumi.

Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus mengatakan bahwa mengakui dunia saling berhubungan, tidak hanya sekadar memahami konsekuensi berbahaya dari tindakan kita, tetapi juga mengidentifikasi tindakan dan solusi yang sebaiknya dibuat dengan pandangan terbuka bahwa satu sama lain saling bergantung dan terlibat. “Kami melihat tanda-tanda keharmonisan ilahi yang hadir di alam. Tidak ada makhluk yang berdiri sendiri,” ujar beliau.

Patriark Konstantinopel Bartholomew I, pemimpin spiritual paling terkemuka dari Kristen Ortodoks, dalam pidatonya menekankan pentingnya dialog antara semua agama di dunia, yang disatukan oleh kewajiban untuk melestarikan keindahan dan keselamatan ciptaan Tuhan.

Kemudian Rabbi Noam Marans, perwakilan dari Komite Yahudi Internasional untuk Dialog Antaragama, menyerukan para pemimpin politik untuk mengambil tanggung jawab dan melakukan apa yang diperlukan untuk melestarikan bumi sebagai rumah bersama.

Dokumen seruan bersama dari pemimpin lintas agama itu kemudian diserahkan Paus Fransiskus kepada Presiden Konferensi Perubahan Iklim PBB Alok Sharma dan Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.