Grand Syekh Al-Azhar Ahmed At-Tayeb berbelasungkawa kepada para korban dua serangan teroris yang terjadi di Austria dan Afghanistan. Beliau juga mengecam kekerasan brutal itu dengan menyebut pelakunya telah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.
Syekh Al-Azhar menegaskan bahwa membunuh satu jiwa berarti membunuh seluruh umat manusia. “Hak asasi manusia untuk hidup adalah salah satu tujuan tertinggi dalam semua hukum yang ada,” kata beliau dikutip Shout Al-Azhar Rabu (4/11).
Syekh Ahmed At-Tayeb menyerukan kepada semua badan dan lembaga internasional untuk berdiri bersama memerangi terorisme dan mengajak semua orang agar bersatu menyebarkan perdamaian ke seluruh dunia.
Serangan di enam tempat berbeda di sekitar sinagog tua kota Vienna terjadi pada Senin malam (2/11), menewaskan 5 orang termasuk pelaku dan mencederai 22 orang. Sementara Universitas Kabul menjadi sasaran pembom bunuh diri dan serangan bersenjata pada Senin malam itu juga, menewaskan 22 mahasiswa dan mencederai 22 korban lainnya.
Baca juga: Syekh Al-Azhar dan Paus Fransiskus Ajak Bijak Sikapi Serangan Gereja Notre Dame
Imam Besar Al-Azhar itu berharap supaya korban cepat pulih dan berdoa kepada Allah SWT agar menyelamatkan dunia dari bahaya dan kejahatan terorisme supaya semua orang merasakan keamanan, keselamatan dan ketentraman.
Dua Serangan Berbeda dengan Dalang yang Sama
ISIS mengklaim bertanggung jawab melakukan serangan di Vienna. Diberitakan dalam situsnya resminya, ‘Amaq, pelakunya itu disebut sebagai prajurit khilafah. Dia bernama Kujtim Fejzulai, pemuda Albania berusia 20 tahun dengan nama julukan Abu Dujana al-Albani.
Rita Katz, direktur SITE Intelligence Group dalam cuitannya mengatakan bahwa klaim ini akan dimanfaatkan oleh ISIS dan pendukungnya, setelah terjadinya penurunan serangan lone-wolf di Barat. Lone-wolf adalah serangan teror tunggal yang dilakukan seseorang tanpa mengatasnamakan organisasi tertentu.
Pemimpin redaksi surat kabar Austria Walter, mengatakan pelaku termasuk salah satu dari 90 militan Austria yang ingin berperang di Suriah. Dia pernah dihukum pada April 2019 karena mencoba melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Dia dijatuhi hukuman 22 bulan penjara, tetapi dibebaskan lebih awal dengan pembebasan bersyarat pada bulan Desember.
Baca juga: Berikut Enam Pertanyaan yang Jelaskan Ketegangan di Perancis
Aljazeera Rabu (4/11) memberitakan bahwa ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi di Universitas Kabul di tengah meningkatnya kekerasan di Afghanistan. Negara yang remuk oleh konflik selama dua dekade itu menjadi destinasi baru ISIS setelah kalah dan kehilangan wilayah kekuasaannya di Suriah dan Irak pada 2014.
Dalam sebuah rekaman video berdurasi 25 menit, yang beredar di internet pada 4 Maret 2018, ISIS meminta umat Islam untuk berangkat ke Afghanistan, terutama provinsi Jawzan dan Nangarhar. Organisasi teroris itu menjadi gunting ketiga pengoyak rajutan kedamaian warga sipil di wilayah itu setelah Taliban dan Al-Qaeda.
Serangan brutal Senin malam itu merupakan serangan kedua terhadap lembaga pendidikan di ibukota Afghanistan selama beberapa minggu terakhir. Pada 24 Oktober lalu sebuah pusat bimbingan belajar di lingkungan Dasht-e-Barchi diserang oleh ISIS, menewaskan 24 siswa.
“Kami sedang belajar di dalam kelas ketika kami tiba-tiba mendengar hujan peluru di dalam universitas,” kata Fraydon Ahmady (22 tahun). Dia menambahkan bahwa dirinya dan banyak mahasiswa terjebak selama lebih dari dua jam.
Baca juga: Bagaimana Mencegah Diri Menjadi Teroris
Sebelumnya, Syekh Al-Azhar mengutuk keras serangan teroris penuh kebencian yang terjadi Kamis pagi (29/10) di dekat Gereja Notre Dame di Nice, Perancis. “Bagaimanapun tidak ada pembenaran untuk tindakan teroris penuh kebencian yang bertentangan dengan ajaran Islam yang toleran,” tegas beliau dalam pernyataannya.