Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Jubah Bisht, Simbol Gaya dan Keanggunan Pria Arab

Avatar photo
22
×

Jubah Bisht, Simbol Gaya dan Keanggunan Pria Arab

Share this article

Apa yang terbetik di benak anda ketika membayangkan pakaian lazim pria Arab Saudi? Kemungkinannya pasti tak jauh dari gambaran tentang jubah besar yang menutupi sekujur tubuh atau tunik panjang setinggi pergelangan kaki. Betul, mereka menyebutnya jubah bisht.

Bisht adalah pakaian orang Arab paling tradisional dan paling bergengsi. Jubah bisht ini biasanya terbuat dari wol dan sutra serta memiliki corak warna yang beragam, dari putih, krem, hingga warna cokelat, abu-abu, dan hitam gelap.

Meskipun sangat tenar di Arab Saudi, pakaian ini juga banyak digunakan di negara-negara Teluk lainnya. Sesuai tradisi yang ada, bisht umum dikenakan pada momen-momen khusus seperti pernikahan, penyelenggaraan wisuda dan hari raya Idul Fitri.

Abdullah Jafar Al-Qattan , salah satu pembuat bisht paling terkenal di Al-Ahsa, sebuah provinsi di timur Arab Saudi, mulai mengerjakan bisht pada usia 7 tahun. Dia berasal dari keluarga generasi pembuat bisht, dia meneruskan warisan ayahnya lewat kecintaannya pada pakaian.

“Saya memulai di toko ayah saya sebagai juru bantu, hanya mengambil barang dan mengamati, dan akhirnya saya mulai menekuni keterampilan yang diperlukan,” kata Al-Qattan dilansir Arab News (14/10).

“Setiap gambar kerajaan Saudi yang Anda lihat, saya jamin dia mengenakan bisht Hasawi,” ujarnya dengan bangga.

Baca juga: Muasal Sabun, Bentuk Ketaatan pada Perintah Nabi

Sejarah Muasal Bishts

Abu Salem, seorang penjahit Saudi dari Al-Ahsa, berkata, “Bisht pertama kali dibuat di Persia. Diperkenalkan kepada orang-orang Saudi ketika para pedagang Persia datang ke sini untuk haji atau umrah. ”

Daerah Al-Ahsa di timur Arab Saudi telah menjadi kiblat bagi penjahit bisht terbaik selama lebih dari 200 tahun dan produsen terkemuka di negara-negara Teluk sejak 1940.

Menyulam bishts bukanlah sembarang pekerjaan. Hanya orang-orang tertentu yang bisa membuatnya. Beberapa dari mereka mewarisi keterampilan ini dari nenek moyangnya.

Karena keahlian turunan, beberapa dari mereka mendedikasikan pembuatan bisht atas nama keluarganya. Sehingga pakaian-pakaian itu populer dikenal dengan sebutan Bisht al-Qattan, Bisht Al-Kharas, Al-Mahdi atau Al-Bagli.

Bisht Sebagai Simbol

Seperti pakaian pada umumnya, bisht dibandrol dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari SR 100 hingga SR 20.000, tergantung kualitasnya—kain, jahitan, warna dan modelnya.

Yang paling mahal adalah Bisht Royal, ia dirancang khusus untuk pangeran, politisi, dan orang kaya. “Orang-orang ini biasanya memilih warna hitam, madu (kuning eemasan) dan krem,” kata Abu Salem. “Bisht itu dibuat dengan tangan dan menggunakan benang emas atau perak dan terkadang kombinasi keduanya,” tambahnya.

Karena memberikan privilge lebih bagi pemakainya, bisht selain lekat sebagai simbol kerajaan dan kebesaran, ia juga dimaknai sebagai fashion dan keanggunan. Sekarang bisht telah menjadi pilihan pakaian formal bagi politisi, ulama, dan individu berpangkat tinggi di negara-negara Teluk Arab, Irak, dan negara-negara di utara Arab Saudi.

Baca juga: Pajaro Negro, Musik dan Budaya Bersolek di Eropa

Sampai akhirnya ditemukan mesin jahit. Meski sebagian bisht dibuat menggunakan mesin tetapi bebarapa orang lebih menyukai buatan konvensional atau sulaman tangan, karena alasan lebih detail dan halus.

“Menjahit jubah bishts Hasawi adalah seni yang membutuhkan ketelitian dan keterampilan. Sulaman emas membutuhkan kesabaran dan waktu berjam-jam. Lamanya waktu tergantung pada gaya dan desain. Untuk satu bishts saja bisa memakan waktu 80 hingga 120 jam dengan empat penjahit, masing-masing dengan satu tugas khusus. ” kata Abu Salem.

Kontributor

  • Redaksi Sanad Media

    Sanad Media adalah sebuah media Islam yang berusaha menghubungkan antara literasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Mengampanyekan gerakan pencerahan melalui slogan "membaca sebelum bicara". Kami hadir di website, youtube dan platform media sosial.