Udara sejuk sore hari menyelimuti Pancor, salah satu desa di Lombok Timur, tempat PP Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah bertempat. Rombongan Safari Dakwah Sanad Media bertolak menuju Sembalun, sebuah destinasi wisata di lereng Gunung Rinjani.
Memakan waktu sekira satu jam untuk sampai ke situ. Kabut bertumpuk di antara tebing-tebing Pegunungan Rinjani seolah menemani perjalanan Syekh Syahawi setelah menyelesaikan hari kedua Daurah Ilmiyah dan Pengajian Umum Kitab Bulughul Maram Bab Thaharah hingga Bab Haji karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.
Keindahan dataran tinggi Lombok, suasana pedesaan, udara segar, pohon-pohon, dan warna-warna menyegarkan nyaris terlihat sepanjang perjalanan sejauh hampir 45 Kilometer itu. Belum sampai ke tujuan pun, rombongan telah mendapat suguhan menawan dari alam.
Setiba di lokasi penginapan, Syekh Syahawi langsung digandeng oleh Pemred Sanad Media, Abdul Majid, menuju ke kamar. Suasana menjelang Magrib itu benar-benar sulit dilupakan. Hamparan rumput seluas kurang lebih 1 hektare di area penginapan, sungguh-sungguh indah.
Tidak ada agenda khusus di tempat ini. Tim Sanad hanya bercengkerama dengan Sang Guru, sambil menikmati udara segar dan jamuan makan malam, sambil merenggangkan pergelangan setelah selama dua hari menyelesaikan agenda yang cukup padat.
Sebelum udara 8 derajat celsius benar-benar datang seiring tenggelamnya matahari, teman-teman Safari Dakwah mencuri waktu sambil berbincang santai di taman bersama Syekh Syahawi. Obrolan pun terjadi dua arah. Meski Tim Sanad lebih banyak mendengar petuah beliau. Kapan lagi.
Usai Magrib, obrolan lebih serius pun diteruskan. Syekh Syahawi bercerita dengan detail nama-nama nabi dan rasul serta kisah-kisah kemuliaan Nabi Muhammad saw. Termasuk dialog antara Heraklius Penguasa Romawi dengan Abu Sufyan dalam hadits panjang dalam Shahih al-Bukhari.
Beliau tidak lupa juga bertanya banyak hal tentang Islam di Indonesia. Mulai dari bagaimana awal mula agama dari Jazirah Arab ini bisa masuk ke Nusantara, silsilah sanad keilmuan pemuka ulamanya, hingga keterkaitan hubungan dagang dua budaya berbeda ini di masa lalu.
Pembahasan seperti ini tentu saja DR. Ahmad Ginanjar Sya’ban paling otoritatif memberi jawaban dan menjelaskannya kepada beliau.
Menggunakan bahasa Arab fasih, filolog muda NU ini menjelaskannya dengan sopan dan penuh andap asor, selayaknya seorang murid kepada sang guru.
DR. Ahmad Ginanjar bercerita bahwa beliau dalam Safari Dakwah ini dijadwalkan akan berziarah ke makam Syaikhona Kholil Bangkalan. Di sana beliau akan bertemu dengan Syekh Muhammad Syadi Arbasy, ulama fikih mazhab Syafi’i asal Suriah yang mentahqiq kitab Hasyiyah at-Tarmasyi karya Syekh Mahfudz Termas.
Diceritakan kepada beliau bahwa Islam telah datang ke Nusantara bahkan sejak era sahabat. Perairan nusantara menjadi jalur rempah-rempah dan maritim yang dilalui oleh para pedagang termasuk para pedagang dari jazirah Arab. Jejak-jejaknya pun banyak ditemukan di Nusantata. Antata lain koin-koin mata uang era Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah di situs tua Jago-jago Tapanuli Selatan.
Penulis buku Mahakarya Islam Nusantara itu memang sengaja menyempatkan diri untuk mengikuti Safari Dakwah Sanad Media kali. Meski pun baru beberapa hari lalu dirinya pulang ke Tanah Air dari tur Eropa bersama Tim Nahdlatut Turost selama hampir setengah bulan.
Di Eropa, kabarnya DR. Ahmad Ginanjar mendapat banyak insight terkait khazanah literasi Islam Nusantara. Oleh-oleh dia dari Eropa itu bisa Anda baca di Sanad Media. Tinggal klik namanya. Memang belum seutuhnya ditulis, tapi setidaknya sudah ada beberapa yang bisa kita nikmati.
Obrolan Syekh Syahawi dengan teman-teman Sanad Media dan kawan-kawan dari Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah berlangsung hangat. Sesekali rekan-rekan juga turut menimpali pertanyaan. Sehingga obrolannya makin gayeng dan terus mengalir hingga waktu istirahat tiba.
Dr. Ahmad Ginanjar menegaskan bahwa Islam datang dan menyebar ke Nusantara lewat jalur perdagangan dari pedagang-pedagang Arab-muslim yang datang ke Indonesia. Mereka tidak menyebarkan Islam dengan pedang dan kekerasan.
“Memang demikian adanya. Islam tidak disebarluaskan dengan pedang,” tegas Syekh Syahawi.
Esok hari, setelah agenda di Lombok tuntas, masih ada 16 tujuan yang harus diselesaikan dalam rangkaian agenda Safari Dakwah perdana ini. Healing sejenak bersama Syekh Syahawi dalam suasana penuh berkah di lereng Rinjani ini, semoga bisa menambah energi untuk melangka ke destinasi berikutnya.