Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Bahaya menghina orang lain menurut Al-Ghazali

Avatar photo
39
×

Bahaya menghina orang lain menurut Al-Ghazali

Share this article

Pada era sosial media, kita bisa mendapatkan begitu banyak kemudahan akses komunikasi dan informasi. Salah satunya dengan mudah kita dapat berbincang atau mengomentari status orang jauh hanya dengan gawai yang tidak lebih besar dari kotak sereal makanan ringan itu.

Namun, karena saking mudahnya akses tersebut terkadang orang-orang dengan mudahnya menghina atau mencela orang lain. Hanya dengan mengetukkan jari orang-orang bisa mengirimkan kata-kata hinaan kepada orang jauh.

Seakan-akan dirinya (atau kelompoknya) lebih baik dari yang lain. Bahkan tak jarang hal tersebut sampai mengakibatkan permusuhan dan pertikaian karena mereka saling menghina satu sama lain.  

Baca juga: Pemabuk dan Larangan Menunda Amal Baik

Belum tentu ia dan atau kelompoknya lebih baik dari yang dihina. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Hujurat: (49:11)

يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوْا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْأَلْقَابِ, بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْإِيْمَانِ, وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang zalim.

Dalam Al-Quran, ada banyak kata yang maknanya merujuk pada makna menghina, mengolok-olok atau mencela. Salah satunya ialah kata “As-Sukhriyah” pada ayat 11 surat Al-Hujurat tersebut. Di sana Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk tidak saling menghina satu sama lain dan memanggil dengan panggilan-panggilan yang buruk, karena boleh jadi orang yang dihina lebih baik dari orang yang menghina.

Menghina dalam pengertian al-Ghazali

Kata “As-Sukhriah” atau mengolok-olok sebagaimana yang didefinisikan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin (5/469) ialah meremehkan dan merendahkan serta menyebutkan aib atau kekurangan (orang lain) dengan tujuan agar menjadi bahan tertawaan baik dengan perbuatan, perkataan ataupun dengan isyarat.

Termasuk di dalamnya menghina seseorang yang telah tobat dari dosa yang telah ia perbuat. Hal tersebut bahkan bisa menjadikannya melakukan dosa yang sama. Sebagaimana yang dijelaskan dalamhadist Turmudzi dari jalur Muadz bin Jabal berikut:

وقال معاذ بن جبل: قال رسول الله ص.م: “من عيّر أخاه بذنب قد تاب منه.. لم يمت حتي يعمله”.

Muadz bin Jabal berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa mencela saudaranya dengan dosa (yang diperbuatnya) sedang ia telah bertaubat, maka ia tidak akan mati kecuali telah melakukannya”.

Baca juga: Tafsir Surat Luqman Ayat 19, Jangan Bersuara Kencang Seperti Keledai

Lebih lanjut, dengan mengutip penafsiran Ibnu Abbas pada ayat 49 surat Al-Kahfi, Al-Ghazali mengingatkan dengan tegas bahwa menghina orang lain meski dengan hanya tersenyum mendengar hinaan merupakan perbuatan tidak baik yang hasil produknya ialah dosa. Apalagi jika menghina dengan diiringi tertawa dengan keras.

وقال ابن عباس في قوله تعالى: {يويلتنا مال هذا الكتب لا يغادر صغيرة ولا كبيرة إلا أحصها}: (الصغيرة: التبسم بالاستهزاء بالمؤمن, والكبيرة: القهقهة بذلك), وهو إشارة إلى أن الضحك على الناس من جملة الذنوب والكبائر.

Ibnu Abbas terkait firman Allah Ta’ala: “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” berkata: maksud dari lafal “As-Shagirah” ialah tersenyum dengan (tujuan) menghina orang mukmin sedangkan lafal “Al-Kabirah” ialah terbahak-bahak dengannya. Ini menunjukan bahwa menertawai orang lain (menghina) ialah termasuk dari bagian dosa-dosa besar.

Dan masih banyak hadist Nabi Saw maupun atsar sahabat yang menunjukkan bahayanya menghina orang lain. Salah satunya hadist yang menunjukkan keadaan orang-orang yang menghina orang lain pada saat di akhirat berikut:

وقال ص.م : ” إن المستهزئين بالناس يفتح لأحدهم باب من الجنة, فيقال: هلم هلم, فيجيء بكربه وغمه, فإذا جاء..أغلق دونه, ثم يفتح له باب أخر, فيقال: هلم هلم, فيجيء بكربه وغمه, فإذا جاء..أغلق دونه, فما يزال كذلك حتى إن الرجل ليفتح له الباب فيقال له: هلم هلم فما يأتيه”

Nabi Muhammad Saw bersabda: “sungguh orang-orang yang menghina orang lain akan dibukakan bagi salah satu dari mereka pintu dari pintu-pintu surga, kemudian dikatakan: kemarilah, kemarilah. Sehingga ia datang dengan membawa rasa susahnya. Namun, ketika ia sampai, pintu tersebut tertutup. Kemudian terbuka lagi pintu lainnya. kemudian dikatakan: kemarilah, kemarilah. Sehingga ia datang dengan membawa rasa susahnya. Namun, ketika ia sampai, pintu tersebut tertutup. Hal tersebut terus terjadi sehingga kemudian dibukakan pintu dan ia tidak mendatanginya.” Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Alwi Jamalulel Ubab

    Alumni Khas Kempek, Cirebon. Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.