Namanya masyhur di Semenanjung Arab, dan senantiasa dipuji oleh segenap penduduk langit dan bumi, harum semerbak layaknya kasturi. Di balik namanya, tersingkap banyak rahasia-rahasia ilahi, yang tak banyak diketahui, namun mampu menumbuhkan kecintaan dalam hati.
Muhammad Saw adalah penutup para nabi, maka tidak ada nabi sepeninggalnya. Ini telah menjadi kesepakatan umum (ijmak) kaum muslim dan prinsip agama yang harus diyakini. Oleh karena itu, dakwah dan risalah yang disampaikan Nabi Saw merupakan penegas dan pelengkap bagi risalah-risalah langit yang telah diturunkan sebelumnya. Selain itu, beliau juga merupakan pembuka cahaya dari segala cahaya, rahasia dari segala rahasia, makhluk yang paling agung derajat dan kesempurnannya.
Keistimewaan Nabi Muhammad Saw begitu banyak tak terhingga, baik secara dzat atau pun sikap. Oleh karena itu, keistimewaan dan kemuliaan beliau telah banyak dituliskan para ulama dalam kitab-kitab sirah nabawiyah.
Nabi Muhammad Saw memiliki banyak nama. Di antara nama-nama beliau yang ada dalam Al Qur’an adalah: Muhammad, Ahmad, Rasul, Nabi, Syahid, Basyir, Nadzir, Mubasyir, Mundzir, Da’i, Sirajul Munir, Raufu Rahim, Al Haq, Al mubin, An Nuur, Khatimun Nabiyin, Rahmah, Nikmah, Musaddiq, Mudzakkir, Muzzamil, Mudatstsir, Abdullah, Al-Karim, Al-Hadi, Thaha, dan Yasiin. Inilah sifat-sifat beliau Saw yang juga disebut sebagai nama-nama beliau Saw.
Imam An-Nabhani menyatakan setelah menelaah kitab-kitab khusus yang berkaitan dengan Nabi, bahwa setidaknya beliau memiliki 830 nama. Imam Suyuti pun memaparkan bahwa nama Muhammad adalah sebaik-baiknya nama yang ada di muka bumi.
Makna kata dari Muhammad sendiri adalah terpuji atau yang dipuji, maksudnya ialah bahwa beliau selalu dipuji di dunia dan di akhirat. Dalam ilmu gramatikal bahasa Arab, kata Muhammad berasal dari wazan maf’ul, lalu dibuat menjadi Isim Mubalaghah (yang bermakna lebih). Sebagaimana yang telah dikaji oleh Imam As-Suhaili, bahwa kata ‘Muhammad’ adalah sifat yang diambil dari sighoh mubalaghah sehingga menghasilkan makna yang dipuji setelah menjadi yang terpuji.
Nama Muhammad disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 4 kali, yaitu pada surat Ali-Imran: 144, Al-Ahzab: 40, Muhammad: 3 dan Al-Fath: 29. Pada hakikatnya, nama Muhammad sudah ada sejak zaman dahulu, jauh sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Namun, hanya segelintir orang saja yang mengetahui sejarah tersebut karena sedikitnya ulama yang meriwayatkannya dalam kitab-kitab mereka.
Setelah Nabi terlahir ke bumi dan dinamai dengan sebutan Muhammad, maka dari situlah mayoritas bangsa Arab berbondong-bondong mulai menamai anak-anak mereka dengan nama serupa, yaitu Muhammad.
Dalam kitab Hasyiah At-Tarmasi disebutkan, bahwa ada 18 orang yang bernama Muhammad sebelum Nabi, dan dari mereka yang masuk Islam hanya 3 orang, yaitu Muhammad bin Rabi’ah, Muhammad bin Harits serta Muhammad bin Maslamah.
Kedudukan Nabi Muhammad di sisi Allah bisa terlihat dari riwayat yang menyebutkan bahwa ketika Nabi Adam berada di surga, beliau melihat nama Muhammad termaktub di pin ntu-pintu surga. Selain itu, namanya ikut disandingkan pula dengan nama Allah swt di atas Arsy’ dengan lafadz,
لا إله إلا الله ومحمد رسول الله (صلى الله عليه وسلم).
“Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Dari sini, terbukti jelas kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammmad Saw di sisi Allah. Tak hanya itu, segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan beliau pun akan ikut mulia.
Adapun tokoh yang menamai Nabi dengan sebutan Muhammad ialah sang kakek Abdul Muthalib. Diriwayatkan dirinya mendapat ilham dari Allah dalam mimpinya agar menamai sang cucu dengan kata Muhammad, yang kemudian akan dipuji oleh penduduk langit dan bumi.
Pada riwayat lain, ketika Nabi lahir ke muka bumi, Abdul Muthalib menamainya dengan nama Qostam. Namun, tak lama dari itu, Aminah sang ibunda Nabi mengabarkan padanya dengan apa yang ia lihat di mimpinya agar menamai sang buah hati dengan Muhammad. Serentak Abdul Muthalib pun ingat dengan mimpi serupa yang dialami oleh Aminah, lalu mengubah dengan nama Muhammad.
Di antara keistimewaan Nama Nabi Muhammad adalah sebagai berikut:
Tidak sah keislaman seorang kafir hingga melafalkan dengan nama Muhammad (pada syahadatain) yaitu, Muhammad Rasulullah Saw. Tidak cukup apabila hanya mengucapkan Ahmad.
Namanya wajib diikutsertakan dalam pembacaan tasyahud ketika shalat.
Jumlah huruf Muhammad dalam bahasa Arab (محمد), serupa dengan jumlah nama Allah (الله) yaitu ada empat.
Allah swt telah menyandingkan nama-Nya yang Maha Agung dengan nama Muhammad.
Allah menamai Nabi dengan nama Muhammad yang diambil dari nama-Nya yang lain.
Nabi Adam As menyandang gelar dengan sebutan Abu Muhammad kelak di surga nanti.
Setan tunduk kepada Nabi Sulaiman ketika disebutkan nama Muhammad Saw.
Bahtera Nabi Nuh yang dibuat untuk menyelamatkan diri serta kaumnya, tertulis nama Muhammad.
Nama yang terukir di surga, arasy, cincin-cincin para Nabi, batu-batu, pohon-pohon, dan hewan-hewan adalah nama Muhammad, bukan nama selainnya.
Agama mensyariatkan agar menamai seorang muslim dengan nama ini, sebagai bukti kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw.
Itulah beberapa keistimewaan yang dapat kita jumpai di berbagai kitab salafus salih. Masih banyak lagi keistimewaan yang belum kita ketahui. Keistimewaan nama Muhammad telah beliau nyatakan sendirinya dalam sabda-Nya,
من ولد له مولود فسماه محمدا حبا لي وتباركا باسمي كانا هو ومولوده في الجنة.
“Siapa saja yang dikaruniai sang buah hati (anak), lalu ia menamainya dengan nama Muhammad dengan niat sebagai tanda bukti kecintaan dan mengambil barakah dari namaku, maka kelak dia bersama anaknya akan berada di surga.”
Syekh Muhammad Abdur Rauf Al-Munawi menyatakan bahwa hadits di atas bersanad hasan.
Teringat kepada disiplin ilmu adab, kita akan menjumpai bait syair Qais yang kerap dikenal sebagai Majnun Layla, ia pernah berkata,
أحبُّ من الأسماءِ ما وافق اسمها أو شبهه أو كان منه مدانيا
“Aku menyukai nama-nama yang sama dengan namanya (Layla), atau menyerupai namanya, atau nama panggilannya.”
Jika diperhatikan, betapa besar kecintaan Qais kepada Layla sehingga apapun yang memiliki keterkaitan dengannya akan ia sukai. Lalu, bagaimanakah sikap seorang muslim sejati, yang seharusnya memiliki rasa kecintaan dan kerinduan kepada sang kekasih Nabi Muhammad Saw, sudah sepatutnya ia memuliakan semua perkara yang memiliki hubungan dengan sang Nabi, terlebih dengan namanya yang mulia. Wallahu a’lam bis showab.
Referensi:
– Al-Manhalul Amim bi Syarhi Minhajil Qowim, Syekh Muhammad Mahfudz At-Tarmasi.
– Ar-Raudho Al-Anfu fii Siiroh An-Nabawiyyah, Abdurrahman bin Ahmad As-Suhaeli.
– Faidul Qadhir Syarh Al-Jami’ As-Shogir, Syekh Muhammad Abdur Rauf Al-Munawi.
– Hasyiah Al-Baijuri ala Syarh Ibnu Qosim Al-Ghozzi, Syekh Ibrahim Al-Baijuri.
– I’anatut Thalibin ala Syarhi Alfadzi Fathil – Mu’in, Syekh Abu Bakar Usmad Muhammad Syatha.
– Subulul Huda wa Ar-Rasyad fi Siiroti Khoiril Ibad, Muhammad bin Yusuf As-Syami.