Al-Qur’an berbeda dengan Kitab-kitab suci lainnya dalam hal Nuzul (turun)-nya.
Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, sementara Kitab-kitab suci lainnya turun secara utuh sekaligus.
Ini merupakan pendapat yang masyhur di kalangan para ulama. Bahkan bisa dikatakan ini adalah ijmak mereka.
Hal itu berdasarkan firman Allah swt. dalam surah Al-Furqan:
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَٰحِدَةً كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَٰهُ تَرْتِيلً
“Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)’.” (QS. Al-Furqan: 32)
Namun, sebelum diturunkan berangsur-angsur dari Baitul ‘Izzah kepada Rasulullah saw. Al-Qur’an terlebih dahulu turun secara utuh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah.
Apa hikmah atau rahasia adanya dua periode turunnya Al-Qur’an tersebut? Mengapa tidak langsung kepada Rasulullah saw. dari Lauhul Mahfudz?
Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan, menjelaskan bahwa rahasia mengapa Al-Qur’an turun sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia adalah mengagungkan kedudukan Al-Qur’an dan kedudukan orang yang menerimanya (Nabi Muhammad saw.) dengan mengumumkan kepada penghuni tujuh langit, yakni para malaikat, bahwa Kitab itu (Al-Qur’an) merupakan Kitab suci terakhir yang disampaikan kepada Rasul terakhir untuk umat yang paling mulia, yakni umat Muhammad saw.
Selain itu, Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus ke langit dunia untuk diserahkan kepada umat manusia. Sebuah tujuan yang nampak jelas bagi mereka dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. yang menjadi rahmat.
Jadi, ketika rahmat tersebut keluar dengan terbukanya pintu, maka rahmat itu datang dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. dan Al-Qur’an.
Baca juga:
Al-Qur’an diletakkan di Baitul ‘Izzah (langit dunia) agar ia masuk di perbatasan dunia, dan kenabian diletakkan di hati Nabi Muhammad saw. lalu datanglah malaikat Jibril dengan membawa risalah dan wahyu, seakan-akan Allah swt. ingin menyerahkan rahmat ini yang menjadi keistimewaan umat.
Kemuliaan umat Muhammad antara lain dengan diperintahkannya 70 ribu malaikat untuk mengiringi turunnya surah Al-An’am atas perintah Allah swt. dan juga diperintahkannya malaikat Jibril untuk mendiktekan Al-Qur’an kepada As-Safarah Al-Kiram (para malaikat yang mulia) dan membacakannya pada mereka.
Allah swt. membedakan Al-Qur’an dengan Kitab-kitab suci lainnya, sehingga Allah menjadikan Al-Qur’an turun dalam dua tahap (periode). Periode ketika Al-Qur’an turun sekaligus, dan periode ketika turun berangsur-angsur untuk memuliakan orang yang menerimanya (Nabi Muhammad saw). Demikian yang dikemukakan oleh Abu Syamah dalam kitab Al-Mursyid Al-Wajiz. Wallahu a’lam.