Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Banggalah Menjadi Santrinya Kiai Kita

Avatar photo
33
×

Banggalah Menjadi Santrinya Kiai Kita

Share this article

Menjadi santri dari kiai alim memang sebuah kebanggaan. Begitu juga dengan santri yang sudah menjadi alumni. Akan tetapi untuk menjaga nama sebagai santri maupun alumni tidaklah mudah.

Akhir-akhir ini banyak alumni pondok pesantren yang hanya memasukkan putra-putri mereka di pendidikan formal saja. Tidak meneruskan jejak orang tuanya untuk mondok di pesantren.

Hal ini dikarenakan kurangnya rasa cinta dan perhatian kepada pondok pesantren yang menjadi tempat ngajinya dulu, ataupun karena kurangnya mahabbah kepada guru yang pernah membimbingnya selama menjadi santri.

Hal itu diistilahkan dengan santri kapok. Kapok mondok, kapok menjadi santri. Nauzubillah min dzalik.

Kadang kita melihat ada orang yang dulunya bukan santri atau alumni pondok pesantren. Tetapi memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Keadaan yang justru terbalik.

Orang awam atau orang biasa yang cinta kepada kiai lebih baik daripada alumni yang kurang atau bahkan tidak ada cinta kepada kiai. Karena orang awam yang cinta kepada kiai, kelak mungkin anaknya akan mengaji kepada kiai.

Syaikhina Maimoen Zubair dulu mengaji kepada Mbah Abdul Karim Lirboyo, juga mendorong sebagian putra maupun santri untuk mengaji kepada keturunan Mbah Abdul Karim, minimal dengan ngaji pasanan. Abah Ubab bin Maimoen mondok di Lirboyo beberapa waktu sebelum ke Makkah. Abah Kamil Maimoen ngaji pasanan ke Lirboyo ditemani oleh Gus Baha’. Dan Alhamdulillah, saya pribadi juga pernah mengaji sehari semalam di Lirboyo tahun 2017.

Syaikhina Maimoen Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi al-Maliki Makkah dan ulama-ulama di sana. Putra-putra Mbah Maimoen juga mengaji kepada Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, seperti Abah Ubab, Abah Najih, Abah Kamil, Abah Rouf dan Abah Idror.

Setelah Sayyid Muhammad wafat pada tahun 2005, Abah Rouf dan Abah Idror melanjutkan ngaji kepada Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi. Sebagian cucu Mbah Maimoen juga mengaji kepada keturunan Sayyid Alawi, yaitu Sayyid Ahmad bin Muhammad. Beliau adalah Agus Roqib bin Ubab bin Maimoen.

Sebagian santri Mbah Maimoen juga ada yang mengaji kepada Sayyid Abbas bin Alawi maupun kepada putra beliau. Dan masih banyak yang lainnya.

Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi kita, jangan pernah melupakan tempat ngaji kita dulu. Bagaimanapun sukses seorang alumni maupun santri, tentu tidak pernah lepas dari jasa guru.

Bagaimana cara membalas kebaikan guru?

Salah satunya adalah dengan cinta kepada kerabat maupun keturunan guru.

قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى.

Wallahu a‘lam.

Kang Wahyudi (abdi ndahem Mbah Maimoen)
Kramatsari III.

Kontributor

  • Wahyudi

    Pernah belajar di Lembaga Pendidikan Muhadloroh PP. Al-Anwar Sarang Rembang dan sekarang menjadi pengajar di Muhadloroh PP. Al-Anwar Sarang.