Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Rahasia Lafal Hu(wa) dalam Perspektif Imam Fakhruddin Ar-Razi

Avatar photo
46
×

Rahasia Lafal Hu(wa) dalam Perspektif Imam Fakhruddin Ar-Razi

Share this article

Huwa adalah isim dhamir yang merujuk orang ketiga atau dia. Tarekat tertentu sering menjadikan kata itu sebagai bacaan zikir, menggantikan Allah.

Imam Fakhruddin ar-Razi memiliki penafsiran menarik tentang lafal Huwa. 

Pertama: Kata هو (Huwa) terdiri dari dua huruf: ha’ dan wawu. Ttapi yang asal (pokok) adalah huruf ha’, sementara huruf wawu-nya gugur. Buktinya adalah bahwa huruf wawu tersebut tidak ada ketika tatsniyyah dan jamak, sehingga disebut هما Humâ dan هم Hum. (Perhatikan: tidak ada huruf wawu).

Karena itu, huruf Ha’ adalah huruf tunggal yang menunjukkan al-Wâhid al-Haqq, dan tak ada sesuatu apapun yang lain yang memiliki keistimewaan ini. 

Tidakkah Anda tahu bahwa Allah Ta’ala menciptakan segala anggota badan itu berpasangan? Seperti dua tangan, dua kaki, tempat masuk makanan dan udara, dan juga tempat keluarnya makanan dan udara itu. 

Kemudian, Allah menciptakan hati itu satu, karena merupakan tempat makrifat; menciptakan lisan itu satu, karena merupakan tempat zikir; dan menciptakan dahi itu satu, karena merupakan tempat sujud. 

Sebab inilah, anggota-anggota badan ini lebih mulia dari anggota badan yang lain; demikian pula huruf Ha’ dalam pendapat kami tentang Huwa.

Kedua: Huruf Ha’ merupakan huruf halqi (kerongkongan) yang paling dalam, sedangkan huruf wawu merupakan huruf yang muncul ketika bertemunya dua bibir, sehingga makhraj Ha’ adalah awal makhraj semua huruf, dan makhraj wawu adalah akhir makhraj semua huruf. Dan juga huruf ha’ itu berada di bathin (baca: dalam) dan huruf wawu berada di dhahir (baca: luar).

Kemudian, karena keberadaan dua huruf ini muncul di awal dan di akhir makharijul huruf, benarlah bahwa keduanya merupakan awal dan akhir; dan karena keberadaan salah satu huruf itu di dalam halq sedangkan satunya di dhahir bibir, benarlah bahwa keberadaan keduanya di dhahir dan bathin. 

Karena itu, ketika isim ini menunjuk pada al-Haqq (Allah), tak diragukan lagi bahwa Allah itu Maha Awal, Akhir, Dhahir, dan Bathin.

Ketiga: Kita ini meski mengetahui bahwa huruf Ha’ itu merupakan huruf halqi, tetapi makhraj pastinya tak kita ketahui sama sekali. Karena itu, huruf yang digunakan untuk mengenali Allah saja, makhraj dan kaifiyyahnya tak kita ketahui, tentu Dzat Allah lebih utama lagi jika eksistensiNya Suci dari kaifiyyah (mem-bagaimana-kan) dan Ainiyyah (men-dimana-kan). 

Keempa: Lafal Huwa terdiri dari dua huruf, sehingga hal itu merupakan sebab tercapainya makrifat (mengenal Allah). Hal ini mengingatkan Anda bahwa tak ada jalan menetapkan sifat Wahdaniyah (ke-Esa-an) Allah, kecuali dengan pasangan selain-Nya. Sehingga, Dia berfirman dalam menjelaskan bahwa selain Allah itu berpasangan:

ومن كل شيء خلقنا زوجين 

Sementara itu, Allah berfirman dalam menjelaskan bahwa Dia itu Maha Esa:
قل هو الله احد 
وإلهكم إله واحد

Kelima: Al-Haqq (Allah) menyeru mukallaf dengan tiga lafal, yaitu Yâ Ayyuha. Hal ini karena kata ini terdiri dari tiga lafal, yaitu Ya ayyu Ha. Sedangkan martabat yang diketahui ada tiga:
Lafadz Ya, bagian orang-orang zalim.
Lafadz Ayyu, bagian orang-orang muqtashid (pertengahan).
Dan lafadz Hâ, bagian orang-orang sâbiq (paling awal dalam berbuat kebajikan).

Ketika Allah memperkenalkan Diri-Nya, Dia berfirman:
هو الله أحد
Sehingga Huwa, bagian al-Sâbiqîn.
Allah, bagian al-Muqtashidin.
Dan Ahad, bagian al-Dhâlimîn.

Kesimpulannya adalah bahwa Kalam Allah terhadap al-muqarrabîn, tak ada lain kecuali kata ها , sementara kalam al-muqarrabîn pada Dirinya Sendiri, tak ada lain kecuali هو. 
Karena itu, (panggilan) dari-Nya pada kamu adalah firman-Nya ها, dan (panggilan) darimu pada-Nya adalah ucapanmu هو. 

Karenanya, Maha Suci Dia yang menutupi (Dzat-Nya) dari segala akal dengan kedahsyatan penampakan-Nya dan menyamarkan (Dzatnya pula) dari pandangan ruh dengan kesempurnaan cahaya-Nya.

Kontributor

  • Nur Hasim

    Asal Madiun Jawa Timur. Menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Banten dan sekarang melanjutkan di Qatar.